Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pahami Pembagian Level Aktivitas Gunung Api dari Erupsi Gunung Ruang

4 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 4 Mei 2024   00:14 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi letusan Gunung Ruang pada 30 April 2024 (Sumber: CNBCIndonesia.com)

Peringatan dini bencana gunung api berdasarkan pembagian level aktivitas gunung api bertujuan untuk menghindari masyarakat dari ancaman bahaya erupsi, yaitu bahaya primer, bahaya sekunder, dan bahaya kolateral.

Ilustrasi bahaya primer dari letusan gunung berapi (Sumber: Kompas.com)
Ilustrasi bahaya primer dari letusan gunung berapi (Sumber: Kompas.com)

Dilansir dari bnpb.go.id, ketiga jenis bahaya erupsi gunung api tersebut selalu terjadi dalam bencana gunung api yang berpotensi menimbulkan kerugian material dan korban jiwa, jika penanganan dampak bencananya terlambat dilakukan.

Bahaya primer adalah dampak kerusakan yang terjadi secara dari peristiwa letusan gunungapi. Bahaya yang berpotensi terjadi seperti aliran awan panas, lahar letusan atau lumpur panas, jatuhan piroklastik atau hujan abu, leleran lava dan gas vulkanik beracun.

Letusan hebat Gunung Merapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah pada 2010 lalu merupakan contoh dari fenomena bahaya primer erupsi gunung api. Bahaya primer tersebut tidak hanya merusak apa pun lanskap wilayah lereng tetapi juga menelan korban jiwa.

Bahaya sekunder atau bahaya tidak langsung dari letusan, yang biasanya terjadi beberapa saat setelah erupsi. Fenomena alam yang paling populer dari bahaya sekunder ini adalah lahar hujan atau endapan material erupsi pada puncak dan lereng yang terbawa oleh hujan. Aliran endapan material berupa lumpur dan bebatuan ini bisa mengubah topografi sungai dan merusak infrastruktur.

Contoh dari bahaya sekunder ketika banjir lahar hujan yang merusak jaringan pipa air bersih di sekitar wilayah Kaliurang Barat, Sleman, DIY, pada awal Februari 2021. Banjir bandang dan longsoran vulkanik adalah juga merupakan fenomena alam yang menggambarkan  bahaya sekunder erupsi gunungapi.

 

Bahaya terakhir adalah bahaya kolateral atau bahaya lain yang dipicu dampak letusan gunungapi. Bahaya ini dapat memicu gerakan tanah pada tubuh gunung, penyakit endemik, kelaparan hingga tsunami.

Contoh bahaya kolateral yang pernah terjadi di Indonesia saat tsunami menerjang beberapa kawasan di Provinsi Banten akhir tahun 2018. Letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda menyebabkan fenomena tsunami yang melanda daerah pesisir Banten dan Lampung.

Depok, 4/5/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun