Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

"Doa Orang Sibuk 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya", Cerminan Gaya Sarkastik Joko Pinurbo

28 April 2024   23:38 Diperbarui: 28 April 2024   23:45 3648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Perjamuan Khong Guan" yang berisi puisi-puisi karya Joko Pinurbo (Sumber: IDNTimes.com)

Sabtu, 27 April 2024 bangsa kita kehilangan lagi salah satu penyair terkenal, yaitu Joko Pinurbo atau yang populer dengan nama sapaan Jokpin. Pria kelahiran Sukabumi tahun 1962 ini selama hidupnya telah mendedikasikan diri melalui karya-karya puisinya yang penuh dengan satir dan kritikan terhadap realitas sosial dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang bisa membaca karya-karya puisinya yang fenomenal dan unik lantaran bahasa yang digunakan sederhana.

Jokpin lebih senang menggunakan diksi-diksi umum yang populer di masyarakat sehingga puisinya mudah dimengerti dan dapat diterima oleh seluruh kalangan masyarakat. Bagi Jokpin semua kehidupan sosial pada diri manusia dan masyarakatnya adalah inspirasi untuk membuat puisi bernilai seni tinggi. Kata-kata yang dirangkai di dalam puisinya selalu membawa kesan dan rasa yang berbeda-beda. Terkadang lucu, tetapi kadang pedes juga kedengarannya. Kadang-kadang bisa santai juga bahasanya, tetapi bisa juga nyelekit karena sindirannya yang tajam.

Efeknya, bagi yang merasa tersindir dengan puisi Jokpin pasti panas hatinya. Kuping bisa langsung merah seketika. Muka bisa berkerut karena ditekuk lantaran malu disindir melalui kata-kata yang meluncur dengan syair-syair yang lucu.

Saya sendiri tidak begitu dekat dengan karya-karya puisinya, tetapi pernah mendengar beberapa teman sering membicarakan tentang puisi-puisinya. Saya acuh dengan semua pembicaraan tersebut. Bagi Joko Pinarto ya Joko Pinarto, sama seperti penyair-penyair lainnya yang karyanya sudah pernah saya baca seperti Chairil Anwar dan WS Rendra.

Seperti itu saja sih saya kenal dengan  penyair yang selalu tampil sederhana di depan publik.

Hingga suatu saat -belum lama juga sih- tanpa sengaja saya menyaksikan sebuah cuplikan di televisi yang menampilkan Jokpin sedang membaca puisi yang menurut saya beda sekali cara membahasakannya. Saya ikuti terus cara Jokpin membaca puisinya yang terdengar datar dan tidak menggebu-gebu seperti Rendra. Tidak semangat dan tidak bisa menggugah emosi.

Sarkastik

Salah satu puisi Jokpin yang masih terngiang hingga sekarang adalah "Doa Orang Sibuk 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya". Puisinya sebagai berikut:

"Tuhan, ponsel saya

rusak dibanting gempa.

Nomor kontak saya hilang semua.

Satu-satunya yang tersisa

ialah nomorMu.

Tuhan berkata:

Dan itulah satu-satunya nomornya

yang tak pernah kausapa."

Joko Pinurbo, Perjamuan Khong Guan

Buku
Buku "Perjamuan Khong Guan" yang berisi puisi-puisi karya Joko Pinurbo (Sumber: IDNTimes.com)

Puisi ini diungkapkan secara monolog tetapi berisi dialog antara makhluk yang namanya manusia dengan penciptanya, yaitu Tuhan. Menurut penilaian saya, dengan puisi ini Jokpin hendak menyindir kecengengan manusia yang langsung tidak berdaya jika kehilangan fasilitas hidup seperti kekuasaan dan kekayaan. Langsung mengadu kepada tuhan karena merasa dizalimi atas hilangnya fasilitas yang sudah dimilikinya selama ini.

Apakah pengaduan manusia atas kehilangan HP-nya menunjukkan adanya rasa menyesal karena sudah mengabaikan tuhan begitu lama? Justru Jokpin memainkan kemampuannya dalam mengolah kata dengan menciptakan suara tuhan sebagai lawan bicara manusia saat itu juga.

Apa kata Tuhan? Jokpin langsung mengungkapkan dengan lugas: "itulah satu-satunya nomor yang tak pernah kau sapa". Menurut saya, permainan kata-kata dari lirik puisi yang terbilang pendek ini menjadi ciri tersendiri puisi Joko Pinurbo yang mudah dikenali oleh para penggemar puisi.

Dari satu puisinya ini saya merasa kagum lantaran ada keunikan dalam penyampaian masalah yang sering dihadapi oleh orang-orang yang melupakan tuhan ketika sedang sukses kehidupan duniawinya. Konsep puisinya yang tertata melalui komposisi kata dan kalimat yang lugas dan pendek-pendek memberikan warna tersendiri pada karya-karyanya. Gaya berpuisi Joko Pinurbo ditulis dengan cara yang berbeda dengan penulis puisi kebanyakan sehingga menimbulkan kesan yang sarkastik terhadap manusia-manusia yang sombong dan lupa pada tuhannya.

Dalam puisi "Doa Orang Sibuk 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya" Joko Pinurbo mampu

menyampaikan pemikirannya akan situasi hidup manusia saat ini dengan kalimat-kalimat

bernada sarkastik. Gaya sarkastik Jokpin merefleksikan kemampuannya dalam telaah atas realitas yang terjadi pada manusia modern yang hidup di era milenial di negara kita.

Gaya Puisi Jokpin

Meskipun basiknya adalah penulis, puisi-puisi karya Joko Pinurbo tidak terlalu banyak

menggunakan majas yang terkesan rumit. Malah sebaliknya, puisi-puisinya lebih banyak mengangkat tema keseharian denganmenggunakan gaya bahasa yang dituturkan secara lisan.  

Gaya penulisannya yang khas inilah membuat karya-karyanya tidak hanya diterima di kalangan sastrawan, tapi juga menarik perhatian pembaca awam.

Ilustrasi Joko Pinurbo membaca puisi (Sumber: Medcom.id)
Ilustrasi Joko Pinurbo membaca puisi (Sumber: Medcom.id)

Berbagai puisi yang ditulis Joko Pinurbo dikenal sebagai perpaduan antara narasi, humor, hingga ironi. Kemampuannya untuk menghubungkan kata-kata dengan cara yang sederhana menjadikannya mahir mengolah puisi yang bersandar pada peristiwa dan objek sehari-hari.

Selain itu, Jokpin juga kerap memainkan keunikan diksi-diksi bahasa Indonesia  saat membuat puisi dengan kandungan refleksi dan kontemplasi yang menyentuh absurditas.  Karena itu tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa puisi-puisi Joko Pinurbo sering kali dianggap sebagai jendela yang membuka pandangan baru terhadap dunia dan pengalaman manusia.

Selamat jalan maestro puisi Indonesia! Mungkin suatu saat nanti saya akan menjadi pembaca puisimu agar bisa menyelami kehebatan dan kemahiranmu dalam mengolah diksi menjadi karya tulis yang bermanfaat.

Depok, 29/04/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun