Ketidakmampuan mengelola stres juga dapat menyebabkan mahasiswa merasa terisolasi secara sosial. Mereka mungkin menarik diri dari interaksi sosial, merasa sulit untuk terlibat dalam kegiatan sosial atau akademis, dan bahkan menghindari teman dan keluarga.
Dalam beberapa kasus, ketidakmampuan mengelola stres dapat mendorong mahasiswa kedokteran spesialis untuk mengatasi stres dengan cara yang tidak sehat, seperti penyalahgunaan zat, perilaku impulsif, atau berpikir untuk melakukan tindakan merusak diri. Tindakan-tindakan ini dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan fisik dan mental yang lebih serius.
Gejala ini dibuktikan dengan data yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan tentang gejala depresi pada mahasiswa PPDS. Dari 22,4 persen mahasiswa program pendidikan dokter spesialis yang terdeteksi mengalami gejala depresi, 3 persen di antaranya mengaku merasa lebih baik mengakhiri hidup atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apa pun.
Untuk mengatasi masalah perundungan dan depresi di program pendidikan dokter spesialis, perlu adanya langkah-langkah konkret dari pihak fakultas dan institusi pendidikan, seperti implementasi kebijakan yang melarang perundungan, peningkatan pengawasan dan pembinaan, serta promosi budaya yang sehat dan inklusif di lingkungan pendidikan kedokteran. Selain itu, dukungan kesehatan mental yang memadai juga harus tersedia bagi mahasiswa yang mengalami tekanan emosional dan psikologis selama masa pendidikan mereka.
Depok, 24/04/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H