Mari kita bayangkan kehidupan awal manusia yang dimulai sejak zaman purbakala, ratusan ribu tahun lalu. Saat di mana peradaban belum terbentuk, bahasa seperti yang kita kenal sekarang pun belum ada. Manusia masih menggunakan cara-cara berkomunikasi tanpa bahasa melainkan simbol-simbol dari bunyi atau suara yang mereka keluarkan seperti pada binatang.
Komunikasi seperti ini tujuannya juga masih terbatas, yaitu hanya mengingatkan adanya bahaya yang mengintai, atau memberi informasi tentang sumber makanan yang bisa dicari secara bersama-sama. Komunikasi dalam kelompok hanya mengatur cara untuk mencari makan atau menghindari bahaya berupa serangan dari binatang buas.
Cara-cara manusia dalam berkomunikasi mulai berkembang dengan pola yang lebih teratur terjadi sekitar 70 ribu hingga 30 ribu tahun lalu. Banyak teori yang mencoba memberi jawaban spekulatif untuk menjelaskan perubahan cara berpikir yang fenomenal ini.
Bando, dalam buku "3 Revolusi yang Mengubah Dunia" (2024) menuliskan bahwa Revolusi Kognitif merupakan salah satu revolusi yang  menandai kemunculan cara-cara baru berpikir dan berkomunikasi yang terjadi antara 70 ribu hingga 30 ribu tahun silam.
Harari, dalam Bando (2024) menuliskan teorinya tentang fenomena Revolusi Kognitif sebagai penanda lahirnya kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa pada manusia purba paling modern (Homo sapiens).
Menurut teori Harari (2021), fenomena Revolusi Kognitif bisa saja terjadi karena karena faktor genetikal yang terjadi pada Homo sapiens. Harari mendasarkan pendapatnya ini pada kebanyakan teori yang berargumen bahwa mutasi-mutasi genetik tanpa sengaja mengubah sambungan-sambungan di dalam otak sapiens, memungkinkan mereka berpikir dengan cara-cara yang tak pernah ada sebelumnya, dan berkomunikasi menggunakan jenis bahasa yang sepenuhnya baru.
Sapiens menciptakan gaya berkomunikasi antar mereka menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, berbeda dengan gaya komunikasi yang sudah mendarah daging dari pendahulunya yang sudah digunakan berjuta-juta tahun lamanya. Bahasa menjadi cara sekaligus alat komunikasi yang revolusioner dalam pergaulan sehari-hari sapiens.
Kemampuan berkomunikasi dengan bahasa ini merupakan inovasi manusia yang didasarkan pada kesadaran tentang hakikatnya sebagai makhluk sosial sosial yang membutuhkan manusia lain untuk "bergosip" sebagai salah satu aktivitas sosial yang populer di masyarakat. Media yang paling efektif untuk menyatukan persepsi manusia ketika bergosip adalah bahasa.
Bahasa dalam Revolusi Kognitif adalah informasi yang disampaikan melalui bunyi-bunyi ujaran yang diucapkan. Manusia sudah bisa menyambungkan bunyi dan tanda dalam jumlah terbatas, untuk menghasilkan kalimat dalam jumlah tak terbatas dengan maknanya masing-masing.