Saya yakin, pembaca pasti akan langsung tertuju pada satu benda bundar berukuran kecil yang bahannya dari kaca dan berwarna-warni di dalamnya. Meski dari kaca kelereng ini terkenal kerasnya sehingga kalau dibanting sekalipun tidak pecah.
Permainan KelerengÂ
Di kampung dulu, benda ini paling populer, karena selalu jadi permainan sepanjang tahun. Kalau permainan lain ada musimnya, sehingga kalau sedang tidak musim dia menjadi tidak populer. Sementara kelereng ini dimainkan terus sehingga selalu dicari oleh anak-anak di toko-toko orang China.
Kami lebih akrab dengan sebutan kelereng daripada gundu. Sementara orang-orang tua masih menyebutnya beguli, atau kelereng dalam bahasa Bugis.
Kelereng ini dimainkan dalam beberapa versi permainan, mulai dari yang paling mudah sampai yang paling sulit. Permainannya juga bisa mulai dari yang paling sepi penonton sampai yang paling rame.
Ada satu permainan kelereng yang paling banyak digemari karena sistemnya kalah-menang. Kalau yang bisa memenangkan permainan dia boleh mengambil semua kelereng lawan yang diikutkan dalam arena permainan, berapa pun jumlahnya.
Nama permainannya pocis. Pocis ini berupa gambar segitiga di atas tanah, kemudian di tiap-tiap sudut atau garis dipasangi kelereng pemain. Minimal pemainnya dua orang. Maksimal tidak ada batasan. Tapi biasanya sampai 7 orang saja, karena kapasitas pocisnya terbatas.
Jumlah kelereng yang dipertaruhkan di dalam segitiga pocis ini minimal satu. Maksimalnya tergantung kapasitas atau ruang yang tersedia di dalam pocisnya. Misalnya, yang bermain 2 orang dan kelereng yang dipertaruhkan satu.
Posisi kelereng ini akan diletakkan di dua titik yang berada di kaki segitiga pocis. Kalau yang bermain tiga orang dengan taruhan kelereng satu, tinggal ditaruh saja kelerengnya di titik paling atas. Kebayang, kan?