Setelah membayar ongkos ojek, saya langsung menuju ke gabus putih untuk memilih ikan kesukaan. Ada beberapa jenis ikan yang tersedia di dalam gabus itu. Tapi yang paling banyak kakap merah dan baronang. Saya putuskan untuk pilih baronang ukuran sedang sesuai dengan porsi makan saja. Kalau kakap kebesaran, ukurannya untuk 2 sampai 3 orang. Kalau sendirian pasti klenger dan tidak habis.
Saya mengambil posisi di salah satu sisi meja panjang yang ada di dekat gabus dan tempat pembakaran ikan. Sambil menunggu ikannya matang, tangan saya tidak pernah berhenti memencet tombol rana kamera untuk mengabadikan momen-momen penting yang ada di dalam rumah makan ini. Dan beberapa hasilnya akan saya sertakan dalam artikel ini.
Sepintas, penampakan RM Aroma La Bakkang tidak berbeda dengan rumah makan ikan bakar atau rumah makan umum yang lainnya. Dari penyajian, cara bakar, hingga menunya saya perhatikan sama semua. Perbedaan yang saya temui ketika awal datang hanyalah pada fokus jualannya pada ikan laut.
Ada beberapa olahan lain yang ditawarkan juga di sini, seperti pallumara, ikan goreng, atau sop ikan. Tetapi yang lebih banyak dikenal dari RM La Bakkang ini ikan bakarnya. Penyebabnya mungkin karena posisi pembakaran ikannya diletakkan paling depan sehingga aroma ikan bakarnya yang paling banyak dibaui oleh masyarakat dan konsumen.
Ukuran tempat untuk membakar atau memanggang ikan cukup besar, dengan panjang kira-kira 2 meter dan lebar sekitar 1 meter. Dengan dimensi seperti itu, bisa kita bayangkan sekali bakar bisa lebih dari 10 ekor ikan baronang ukuran besar. Untuk kakap merah ukuran besar bisa sampai denga 5 atau 6 ekor. Dengan panggangan yang demikian banyak, wajar saja kalau aroma ikan bakarnya bisa menyebar ke mana-mana.
Aroma tersebut akan semakin wangi ketika ikan-ikan itu ditaburi dengan minyak kelapa dan aneka bumbu olahan yang dimasukkan ke dalam dua kaleng yang lumayan besar ukurannya. Minyak dan bumbu tersebut dioles ke badan ikan menggunakan kuas berukuran besar juga.
Siang itu kondisi rumah makan ini tidak begitu ramai. Hanya ada 3 konsumen yang saya temui ketika pertama kali datang. Jadi pemanggangan ikan secara massal tidak bisa saya rekam momennya karena jumlah ikan yang dibakar hanya beberapa ekor saja.
Empat orang pelayan pria melayani semua konsumen dengan cekat dan ramah. Mereka langsung mengolah ikan pesanan konsumen mulai dari membersihkan sisik, membelah, mengoles dengan bumbu lalu memanggang menggunakan arang.