Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

3 Keutamaan Sedekah yang Menambah Berkah Rezeki Kita

18 Maret 2024   03:03 Diperbarui: 18 Maret 2024   03:10 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedekah sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT (Sumber: Detik.com)

3 Keutamaan Sedekah yang Menambah Berkah Rezeki Kita

Oleh: Sultani

Dalam Islam, sedekah memiliki makna yang mendalam sebagai amal kebaikan yang ditujukan kepada Allah SWT. Namun, sedekah yang diberikan di bulan Ramadan memiliki keistimewaan tersendiri karena bulan ini adalah waktu di mana pahala amal baik dilipatgandakan. Karena itu sedekah dalam bulan Ramadan juga memiliki berkah yang berlipat ganda.

Sedekah berkah dalam bulan Ramadan mencakup berbagai jenis amal kebajikan seperti  memberikan makanan kepada yang lapar, membantu orang-orang yang membutuhkan, menolong fakir miskin dan kaum duafa, serta  menyumbang untuk pembangunan masjid.  Tujuan dari sedekah berkah ini adalah untuk meraih keredaan Allah SWT, membersihkan hati dari keserakahan, dan membantu mereka yang membutuhkan.

Sedekah berkah dalam bulan Ramadan juga dianggap sebagai cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan meningkatkan spiritualitas. Dengan memberikan dari rejeki yang telah diberikan Allah kepada kita, kita menunjukkan rasa syukur dan pengabdian kepada-Nya. Selain itu, sedekah juga dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada sesama manusia dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.

Dengan demikian, sedekah berkah dalam bulan Ramadan bukan hanya sekadar tindakan memberi, tetapi juga merupakan bagian penting dari ibadah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas dan penuh keberkahan. Ini adalah kesempatan yang baik bagi umat Muslim untuk mendapatkan pahala yang besar dan meraih kebaikan dalam menjalani ibadah di bulan Ramadan.

Sedekah berkah Ramadan memiliki 3 dimensi yang terkait langsung dengan amal kebaikan seseorang dan dampaknya terhadap kehidupan sosial dan amalan mu'amalah yang lain. Tiga dimensi tersebut adalah fondasi kepribadian  mulia, panggilan hati untuk berbagi, dan latihan diri untuk ikhlas. Untuk pemahaman lebih detail ketiga dimensi yang menjadi pilar sedekah berkah, simak artikel ini sampai selesai.

1. Fondasi Kepribadian Mulia

Ramadan telah hadir di tengah-tengah kita dengan segala cerita kebaikannya. Ada satu amalan mu'amalah yang mulia yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, yaitu sedekah. Penting untuk diketahui bahwa sedekah di bulan Ramadan bukanlah sekadar tindakan memberi biasa. Ini adalah fondasi yang kokoh untuk membangun kepribadian mulia yang penuh berkah.

Bayangkan Ramadan sekarang sebagai fondasi rumah kita. Tanpa fondasi yang kuat, rumah kita akan rapuh dan rentan roboh saat badai datang. Begitu juga dengan sedekah di bulan Ramadan. Ini adalah fondasi yang kita butuh untuk membangun karakter mulia dan luhur dalam diri kita.

Ilustrasi sifat dermawan sebagai cerminan kepribadian mulia (Sumber: Antaranews.com)
Ilustrasi sifat dermawan sebagai cerminan kepribadian mulia (Sumber: Antaranews.com)
Sedekah dalam bulan suci ini bukan hanya tentang memberikan materi kepada orang lain yang membutuhkan, tetapi juga tentang keyakinan bahwa ketika kita memberikan bagian dari rezeki yang kita miliki, kita sebenarnya memberikan bagian dari diri kita sendiri. Kita tidak sekadar memberi, tetapi mengungkapkan kasih sayang Allah melalui rezeki kita.

Sedekah di bulan Ramadan adalah jalan kita untuk menyadari betapa berlimpahnya karunia yang Allah berikan kepada kita sehingga saat kita berbagi, tindakan tersebut adalah refleksi  keberkahan yang Allah limpahkan kepada kita. Ketika kita memberikan dengan ikhlas dan tanpa pamrih, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membantu diri kita sendiri untuk tumbuh dan berkembang.

Ini adalah siklus kebaikan yang tidak pernah berakhir. Dari setiap kebaikan sedekah  yang kita lakukan, kita akan merasakan berkah yang melimpah dari Allah SWT.

Berkah inilah yang mendasari niat kita dalam bersedekah. Ketika kita menyadari bahwa rejeki yang kita terima adalah anugerah dari Allah, kita pun menjadi lebih rendah hati dan bersedia berbagi dengan orang lain. Sedekah mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang lebih dermawan, peduli, dan penuh kasih. Sedekah menjadi fondasi kepribadian mulia melalui sikap rendah hati dan kasih sayang.

Semua agama pasti mengajarkan bahwa sedekah adalah tindakan mulia yang menunjukkan kepedulian terhadap sesama. Islam sendiri mengajarkan, sedekah merupakan fondasi yang membangun kepribadian mulia dan luhur bagi setiap orang yang melakukannya. Dengan merasakan penderitaan dan kesulitan orang lain, kita menjadi lebih peka terhadap kebutuhan mereka sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk membantu dan meringankan beban sesama manusia.

Ketika kita memberikan sedekah tanpa mengharapkan balasan apapun, kita sebenarnya sedang menguatkan ikatan ukhuwah (persaudaraan) antar-umat manusia. Ramadan akan membentuk sedekah menjadi empati dan kepedulian terhadap sesama, dengan mengingatkan bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung daripada kita.

Sedekah tidak hanya melibatkan pemberian secara fisik, melainkan ikut melibatkan sikap-sikap seperti kedermawanan, kebaikan hati, dan kepedulian terhadap sesama. Ketika seseorang memberikan sedekah, ia menunjukkan bahwa ia memiliki hati yang tulus dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Ramadan menjadikan karakter-karakter tersebut sebagai semangat untuk membangun fondasi kepribadian mulia melalui sedekah.

2. Panggilan Hati

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, sering kali kita terperangkap dalam pandangan sempit tentang sedekah. Banyak yang menganggap sedekah hanya sebatas memberikan harta kepada yang membutuhkan. Namun, sebenarnya sedekah adalah panggilan hati yang jauh lebih tinggi daripada sekadar tindakan memberi dengan ikhlas. Sedekah adalah hubungan emosional yang mendalam antara kita dengan Allah Ta'ala, Sang Pemilik rejeki.

Di dalam hati setiap orang  terdapat suara yang memanggil untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ramadan adalah saat yang tepat untuk merespons panggilan ini dengan memberikan sedekah. Saat kita mendengarkan panggilan hati ini dan bertindak sesuai, kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang mendalam.

Ilustrasi sedekah tanpa pamrih (Sumber: CNNIndonesia.com)
Ilustrasi sedekah tanpa pamrih (Sumber: CNNIndonesia.com)
Sebagai muslim, kita jangan sampai terjebak pada pemahaman bahwa sedekah hanya sebatas membagi harta kita kepada mereka yang membutuhkan. Dalam Islam sedekah tidak hanya berbicara tentang harta benda yang kita sumbangkan, atau bagian rejeki yang kita sisihkan.  Sedekah adalah tentang keikhlasan hati yang kita tanamkan dalam setiap tindakan memberi tersebut.

Jadi jelas, Islam mengajarkan bahwa sedekah bukan sekadar menjadi kewajiban seorang Muslim, tetapi juga mengekspresikan panggilan hati yang ikhlas dan tulus. Dengan memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki kepada yang membutuhkan, kita bukan hanya memberi manfaat materi, tetapi juga memberikan harapan dan kebahagiaan kepada mereka.

Ketika kita membagi rejeki dengan orang-orang yang membutuhkan, kita juga membuka pintu-pintu rejeki yang lebih luas bagi diri kita sendiri. Dengan memberikan sedekah yang terbaik, hati kita terpaut langsung dengan janji Allah yang akan memberikan  ganjaran berlimpah untuk setiap kebaikan yang kita lakukan.

Karena itu, berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan dan memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki. Dari sedekah yang kita berikan selama bulan Ramadan, sesungguhnya sedekah tersebut akan membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi banyak orang di sekitar kita, selain berkah tak terhingga untuk harta dan jiwa kita sendiri.

Artinya, keikhlasan yang diekspresikan melalui sedekah sesungguhnya tidak bisa diukur dengan nilai harta atau rejeki yang kita sisihkan. Sejatinya, sedekah adalah bentuk ungkapan rasa syukur kita karena sadar bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan-Nya. Dengan menyisihkan bagian rejeki untuk disedekahkan, kita sebenarnya sedang memperkuat ikatan spiritual kita dengan Allah SWT.

Sedekah adalah cara kita untuk bersyukur atas nikmat tersebut. Dengan memberikan sebagian rejeki kita kepada yang membutuhkan, kita sudah memanifestasikan pengabdian kita kepada-Nya sesuai dengan panggilan hati kodrat kita sebagai makhluk.

3. Melatih Diri Untuk Ikhlas

Puasa Ramadan adalah latihan spiritual yang mendalam melalui ujian untuk menahan lapar, haus, dan hawa nafsu yang membatalkan puasa, dari fajar hingga senja. Tujuannya adalah untuk memahami penderitaan orang lain, dan membuka mata dan hati kita untuk merasakan penderitaan orang lain secara jelas.

Ketika kita merasakan sensasi lapar dan haus, kita menjadi lebih peka terhadap kondisi mereka yang kurang beruntung. Ini bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang menahan diri dari kemewahan dan kenikmatan lainnya, untuk sejenak merasakan bagaimana hidup orang-orang yang kurang beruntung.

Puasa Ramadan hendak mengajarkan kita untuk menjadi lebih sabar dan pengertian. Saat kita merasakan lapar dan haus, kita belajar untuk menahan diri dari bereaksi secara negatif atau marah. Selain itu, kita juga belajar untuk bersabar dan memahami bahwa penderitaan ini hanyalah sementara, ketimbang penderitaan orang lain yang jauh lebih berat.

Dalam keadaan lemah dan lapar inilah kita belajar untuk menghargai nikmat-nikmat kecil yang seringkali kita abaikan. Di balik semua itu, terdapat keajaiban yang mengubah hati dan jiwa, yakni tumbuhnya rasa empati dan kasih sayang yang tulus terhadap sesama manusia. Itulah imbalan terbesar di balik kepedihan lapar dan dahaga yang kita rasakan.

Dari sinilah timbul rasa empati yang mendalam, ketika kita mulai memahami dan merasakan apa yang mereka alami. Dari rasa empati dan kasih sayang yang tumbuh, kita menyadari bahwa rejeki yang kita miliki seharusnya dibagikan dengan mereka yang kurang beruntung. Kita termotivasi untuk memberikan dengan ikhlas dan tanpa pamrih.

Ilustrasi sikap empati dan kasih sayang (Sumber: Tribunnews.com)
Ilustrasi sikap empati dan kasih sayang (Sumber: Tribunnews.com)
Ikhlas sendiri adalah kunci untuk membuat sedekah menjadi berkah. Ketika kita memberikan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari orang lain, sedekah tersebut menjadi lebih berharga di mata Allah SWT. Puasa Ramadan telah melatih kita untuk ikhlas melalui rasa empati dan kasih sayang yang tumbuh.

Dengan ikhlas kita semakin sadar bahwa rejeki yang kita miliki sesungguhnya tidak bernilai apa-apa jika digunakan hanya untuk kemakmuran diri sendiri. Sikap empati dan kasih sayang mengajarkan kita untuk memberikan hak orang-orang yang tidak mampu terlebih dahulu dari harta yang kita miliki.

Dari rasa empati dan kasih sayang yang tumbuh melalui puasa Ramadan, kita menjadi lebih mampu untuk memberikan dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Kita menyadari bahwa keberkahan rezeki yang kita miliki seharusnya dibagikan dengan mereka yang kurang mampu.

Dengan keikhlasan dalam bersedekah, kita akan merasakan kepuasan dan kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada kenikmatan duniawi. Kepribadian kita pun semakin mantap dipenuhi dengan sifat-sifat kedermawanan, kasih sayang, serta tulus dan tanpa pamrih terhadap orang lain. Sedekah akhirnya bisa mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang ikhlas, rendah hati, dan peka terhadap kondisi sesama.

Menjadi ikhlas dalam bersedekah merupakan panggilan hati yang paling mulia dalam beramal, sebagai ekspresi pengabdian kita kepada Allah SWT dan pelayanan untuk sesama manusia. Sedekah yang ikhlas sesungguhnya tidak hanya memberi manfaat materi, tetapi juga bisa menghidupkan cinta dan kasih sayang di dalam diri kita sendiri.

Marilah kita jadikan Ramadan sebagai kesempatan untuk menguatkan rasa empati dan kasih sayang kita terhadap sesama manusia melalui sedekah. Dengan begitu, kita tidak hanya berpuasa dengan lapar dan haus, tetapi juga dengan hati yang penuh kasih sayang dan kebaikan.

Saat ketiga elemen ini bergabung, sedekah di bulan Ramadan menjadi lebih dari sekadar tindakan memberi. Ia menjadi alat untuk membentuk karakter yang mulia, menanggapi panggilan hati untuk berbagi, dan melatih diri untuk ikhlas. Sedekah di bulan suci ini tidak hanya membawa berkah bagi penerima, tetapi juga bagi yang memberi. Dan inilah esensi sejati dari sedekah dalam bulan Ramadan. Semoga ketiga elemen tersebut tetap ajek dan menjadi kepribadian mulia setelah Ramadan sepanjang tahun. 

Depok, 18 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun