Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kaesang-Erina Masuk Bursa Calon Kepala Daerah: Pertarungan Wacana Dinasti Politik vs Konsolidasi Demokrasi

12 Maret 2024   05:28 Diperbarui: 12 Maret 2024   05:28 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daerah-daerah yang dikenal memiliki hubungan yang kuat dengan politik kekerabatan melahirkan dinasti politik yang luas dan kuat dalam mencengkeram kekuasaan di daerahnya. 

Sebut saja Banten yang berhasil mempertahankan dominasi kekuasaan di tangan keluarga Ratu Atut, Gubernur Banten yang menjabat dari 2007 hingga 2015 (dua periode). 

Selain Banten, di Pulau Kalimantan ada di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat. Sementara di Sulawesi, Sumatera, Maluku, dan Papua  juga mencatat munculnya penguasa-penguasa lokal dengan dinasti politiknya masing-masing.

Meskipun selalu dikritik dan dikecam oleh publik, fenomena dinasti politik tetap saja mencuat. Data terakhir dalam Pilkada serentak 2020 mengungkapkan, 55 pasangan calon kepala daerah dari 124 kandidat (44 persen) yang tercatat dalam sistem informasi dan rekapitulasi KPU ternyata terafiliasi dengan dinasti politik pejabat dan mantan pejabat. Tren politik kekerabatan ini menunjukkan munculnya gejala patrimonial lama yang dibungkus dengan strategi baru atau neopatrimonialistik.

Menurut Dosen Ilmu Politik Fisipol UGM, A.G.N. Ari Dwipayana,  dinasti politik sekarang disebut neopatrimonial karena dulu pewarisan kuasa ditunjuk langsung, sekarang lewat jalur politik prosedural. Patrimonialistik terselubung dalam jalur prosedural, seperti anak atau keluarga para elite masuk partai politik sebagai institusi yang disiapkan.

Dari semua penjelasan tersebut, dinasti politik yang marak di Indonesia ternyata bukan sekadar fenomena biasa, tetapi juga sudah menjadi tradisi, bahkan strategi. Semua itu bermuara pada upaya untuk melanggengkan kekuasaan. 

Dalam konteks Kaesang dan istrinya yang muncul di bursa calon kepala daerah menggambarkan narasi politik dinasti yang hendak melanggengkan kekuasaan keluarga Presiden Joko Widodo.

Relevansi isu politik dinasti pada Pilpres dengan Pilkada serentak 2024 terletak pada pola perekrutan dan penempatan anggota keluarga Jokowi dalam posisi politik strategis. 

Pada tingkat nasional, pencalonan Gibran sebagai calon wakil presiden menggambarkan kekuatan politik keluarga Jokowi yang ingin memperkuat posisinya di tingkat nasional. Sementara, pada tingkat lokal, munculnya Kaesang dan Erina sebagai calon kepala daerah mencerminkan upaya keluarga Jokowi untuk memperluas pengaruh politiknya di daerah.  

Konsolidasi Demokrasi

Pertanyaan mengenai apakah munculnya Kaesang dan Erina merupakan refleksi dari politik dinasti Jokowi yang semakin kuat atau murni karena konsolidasi demokrasi adalah perdebatan yang kompleks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun