Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

5 Kiat untuk Lansia yang Hendak Berpuasa

11 Maret 2024   09:21 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:22 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5 Kiat Untuk Lansia yang Hendak Berpuasa

Oleh: Sultani

Setiap Ramadan tiba, kita sering kali berdiskusi tentang manfaat puasa bagi kesehatan secara umum. Kita semua sadar bahwa tantangan kesehatan menjadi perhatian utama untuk menjamin kelancaran dalam berpuasa. Namun, sering kali kita lupa untuk membahas bagaimana puasa dapat memengaruhi kesehatan lansia, yang membutuhkan perhatian khusus dalam menjaga kondisi fisik dan mental mereka. Khusus untuk lansia yang hendak berpuasa, diperlukan perhatian khusus dan pemahaman akan akan kebutuhan tubuh yang berubah seiring bertambahnya usia.

Pada prinsipnya, tidak ada larangan berpuasa bagi lansia meskipun mereka sering dianggap sebagai kelompok yang rentan. Mereka juga memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa. Puasa dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi lansia jika dilakukan dengan benar, yaitu memerhatikan kebutuhan nutrisi dan hidrasi mereka, serta mendapatkan bimbingan medis yang tepat.

Salah satu aspek penting dari daya tahan tubuh lansia dalam berpuasa adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pola makan dan kebiasaan harian. Meskipun metabolisme berubah seiring bertambahnya usia, tubuh masih mampu beradaptasi dengan baik terhadap berkurangnya nutrisi selama periode puasa.

Dengan pemahaman yang benar tentang daya tahan tubuh dan model puasa yang sesuai, lansia dapat mengambil bagian dalam ibadah puasa dengan penuh keyakinan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa puasa dapat memiliki efek positif pada kesehatan lansia jika dilakukan dengan benar. Dalam beberapa kasus, puasa terbukti bisa membantu meningkatkan sensitivitas insulin, mengendalikan gula darah, dan memperbaiki fungsi sistem pencernaan.

Selain manfaat secara fisik, puasa juga mendatangkan manfaat spiritual untuk lansia. Berpuasa menjadi kesempatan bagi mereka untuk menguatkan ikatan spiritual, meningkatkan disiplin diri, dan merasakan solidaritas dengan umat lainnya.

Sumber: Liputan6.com
Sumber: Liputan6.com

Model Puasa Lansia

Puasa pada usia lanjut harus diperlakukan berbeda dengan puasa pada usia normal. Dibutuhkan pendekatan yang hati-hati, karena para lansia sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan kesehatan, mulai dari penurunan fungsi fisik hingga risiko penyakit kronis. Untuk itu, memilih model puasa yang sesuai dengan kondisi kesehatan mereka adalah prakondisi bagi lansia sebelum mereka menjalankan ibadah puasa.

Model puasa yang ideal adalah yang memperhitungkan kebutuhan nutrisi dan hidrasi yang tepat, serta memberikan ruang bagi tubuh untuk beristirahat dan pulih kembali. Oleh karena itu, puasa penuh –dari waktu fajar hingga maghrib – di mana tidak ada asupan makanan atau minuman selama periode tersebut, boleh jadi tidak cocok untuk sebagian besar lansia. Meskipun puasa penuh adalah ibadah yang mulia, bagi mereka yang hidupnya telah melewati masa muda ini, harus mengambil langkah-langkah ekstra agar tetap sehat dan kuat.

Sebaliknya, model puasa yang disesuaikan seperti puasa sebagian, di mana lansia dapat mengonsumsi makanan ringan dan air saat diperlukan, bisa menjadi pilihan yang cocok untuk lansia. Ini memungkinkan mereka untuk menjaga energi dan hidrasi yang cukup tanpa memberikan beban berlebih pada tubuh mereka.

Untuk itu penting bagi lansia untuk melakukan ritual sahur yang sehat untuk memulai hari puasa. Mereka harus mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi dan menghindari makanan yang berlemak atau berat. Sahur adalah bekal bagi tubuh para lansia untuk menyelesaikan perjalanan panjang puasa. Selama periode puasa jangan pernah membiarkan tubuh lansia menjadi lemah.

Selain membekali tubuh dengan nutrisi yang mencukupi, para lansia juga perlu membatasi aktivitas fisik selama siang hari. Kekuatan masa muda mereka sudah pudar, sehingga disarankan untuk menggunakan energi dengan bijaksana. Jangan terlalu banyak bergerak atau beraktivitas agar tubuh yang sudah renta tersebut tidak mudah lelah. Jika merasa lelah atau lemah, jangan ragu untuk beristirahat atau mengonsumsi makanan ringan yang diperlukan. Itu tandanya tubuh memberi sinyal yang benar tentang apa yang harus dilakukan oleh lansia, kesehatan adalah prioritas utama.

Agar lansia bisa berpuasa dengan nyaman dan aman serta bisa meraih keutamaan ibadah puasa Ramadan, simak 5 tips berikut ini:

1. Konsultasi Medis Sebelum Memulai Puasa

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh lansia sebelum memulai puasa adalah berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis yang berpengalaman. Kondisi kesehatan individu dapat bervariasi, dan dokter akan memberikan evaluasi yang akurat tentang apakah puasa cocok bagi lansia tersebut. Konsultasi ini juga memungkinkan untuk menyesuaikan regimen puasa sesuai dengan kondisi kesehatan yang spesifik.

Hal yang harus diperhatikan ketika konsultasi medis adalah soal riwayat kesehatan. Lansia yang hendak berpuasa hendaknya memberikan informasi yang lengkap dan akurat tentang riwayat kesehatan lansia, termasuk penyakit yang pernah diderita, kondisi kesehatan saat ini, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Informasi ini akan menjadi pedoman bagi dokter untuk menentukan keamanan berpuasa dan model puasa yang dikerjakan.

Sumber: Herminahospitals.com
Sumber: Herminahospitals.com

Lansia juga perlu berinisiatif untuk mendiskusikan risiko dan manfaat puasa. Diskusi tersebut akan memberikan wawasan kepada dokter tentang pemahaman lansia terhadap potensi risiko dan manfaat puasa berdasarkan kondisi kesehatannya sendiri. Dengan pemahaman yang jelas akan membantu dokter untuk mengarahkan lansia membuat keputusan yang tepat terkait kesehatannya.

Lansia juga bisa bekerja sama dengan dokter untuk membuat rencana puasa yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Rencana tersebut bisa soal penyesuaian jam makan, dosis obat, atau pemantauan lebih ketat terhadap kondisi kesehatan tertentu,  agar tidak mengganggu kesehatan tubuh lansia.

Lansia yang hendak berpuasa wajib untuk peka terhadap gejala yang perlu diperhatikan selama puasa, seperti dehidrasi, penurunan gula darah, atau masalah kesehatan lainnya. Konsultasikan gejala tersebut sejelas mungkin dengan dokter agar bisa membantu lansia untuk tetap waspada terhadap kondisi kesehatannya dan mengambil tindakan yang diperlukan jika ada masalah.

2. Menjaga Hidrasi yang Cukup

Salah satu aspek penting dalam menjalani puasa adalah menjaga hidrasi yang cukup, terutama bagi lansia yang rentan terhadap dehidrasi. Meskipun puasa melarang konsumsi makanan dan minuman selama periode tertentu, lansia masih harus memastikan bahwa mereka minum air yang cukup selama periode sahur dan berbuka. Kekurangan cairan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti pusing, kelelahan, atau masalah ginjal.

Isu dehidrasi untuk lansia berpuasa selalu menjadi perhatian karena tingkat kerentanannya terhadap kekurangan cairan. Pada umumnya dehidrasi pada lansia bisa diidentifikasi dari tanda-tanda berikut:

Mulut kering dan haus yang berlebihan. Jika tubuh lansia kekurangan asupan air, mereka akan merasa haus terus-menerus dan mengalami kesulitan menelan karena kurangnya air liur. Untuk mencegah dehidrasi selama puasa, harus dipastikan bahwa lansia minum air dalam jumlah yang mencukupi saat sahur dan berbuka. Selain itu, harus dipastikan juga bahwa asupan cairan di antara waktu berbuka dan sahur juga cukup.

Sumber: Liputan6.com
Sumber: Liputan6.com

Gejala dehidrasi yang lain adalah kulit yang tampak kering, kusam, dan kurang elastis. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada kulit, hindari konsumsi minuman ber-kafein atau beralkohol. Jadi, jangan memberikan minuman seperti kopi, teh, atau minuman berenergi kepada lansia, karena berisiko meningkatkan dehidrasi.

Pusing pada lansia juga bisa menandakan gejala dehidrasi karena terjadi penurunan tekanan darah akibat kekurangan cairan. Lansia harus mengonsumsi makanan yang tinggi kadar airnya, seperti buah-buahan dan sayuran segar, serta makanan berserat tinggi untuk  membantu mempertahankan kadar cairan tubuh.

Gejala lain dehidrasi pada lansia bisa juga berupa kelelahan atau kelemahan karena penurunan energi dan kelemahan umum pada lansia. Untuk mencegah kelelahan atau kelemahan ketika berpuasa, lansia harus mengunyah permen peppermint atau menggunakan penyegar mulut yang bebas gula, untuk merangsang produksi air liur dan membantu mengatasi rasa mulut kering.

Konstipasi atau gangguan pencernaan juga bisa menjadi gejala dehidrasi pada lansia. Supaya pencernaannya tidak mengganggu aktivitas puasa karena konstipasi, lansia harus memastikan untuk mengambil istirahat yang cukup selama puasa dan menghindari aktivitas fisik yang berlebihan yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi.

3. Mengonsumsi Makanan Sehat dan Seimbang

Saat sahur dan berbuka, lansia perlu memperhatikan jenis makanan yang mereka konsumsi. Memilih makanan yang sehat dan seimbang akan membantu menjaga energi dan memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Hindari makanan yang berlemak, berat, atau berkalori tinggi, dan pilihlah makanan yang kaya akan serat, protein, vitamin, dan mineral.

Pentingnya mengonsumsi makanan sehat dan seimbang selama berpuasa bagi lansia adalah mutlak. Makanan yang tepat akan menunjang kenyamanan dan keamanan lansia dalam menjalani ibadah puasa. Ada beberapa alasan mengapa lansia harus memilih makanan yang sehat dan seimbang selama berpuasa.

Makanan sehat dan seimbang meningkatkan kesehatan jantung dan kolesterol. Lansia sering memiliki risiko tinggi terhadap penyakit jantung dan masalah kolesterol. Makanan yang tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan memperburuk kondisi kolesterol. Dalam puasa, konsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol akan membantu menjaga kesehatan jantung dan mengendalikan kadar kolesterol.

Makanan sehat dan seimbang juga bisa menjaga stabilitas kadar gula darah. Pada usia lanjut, kontrol gula darah menjadi sangat penting, terutama bagi mereka yang menderita diabetes atau resistensi insulin. Makanan tinggi gula atau karbohidrat sederhana dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang tidak stabil dan berisiko bagi kesehatan. Sebaliknya, makanan yang kaya serat dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil selama berpuasa.

Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang ternyata efektif mencegah masalah pencernaan. Karena itu, konsumsi makanan berlemak atau berat selama puasa dapat memperburuk masalah pencernaan pada lansia. Makanan yang kaya serat akan membantu mencegah sembelit dan memperbaiki fungsi pencernaan secara keseluruhan.

Bagi lansia yang rentan terhadap kesehatan tulang dan otot, mengonsumsi makanan sehat dan seimbang selama berpuasa sangat baik untuk menjaga kekuatan dan kepadatan tulang. Konsumsi makanan yang kaya akan kalsium dan protein, serta makanan yang tinggi serat ternyata bisa mencegah terjadinya osteoporosis dan kelemahan otot pada lansia yang berpuasa.

Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang selama berpuasa juga bisa menjaga kesehatan mental dan kecerdasan. Makanan yang kaya akan vitamin dan mineral seperti vitamin B, C, dan E serta magnesium dan zat besi dapat membantu menjaga kesehatan otak dan fungsi kognitif.

Dengan memilih makanan yang sehat dan seimbang selama berpuasa, lansia dapat menjaga kesehatan secara menyeluruh dan menjalani ibadah dengan nyaman dan aman. Pilihan makanan yang tepat akan membantu menjaga energi, keseimbangan nutrisi, dan kesehatan fisik dan mental selama periode puasa.

4. Menghindari Aktivitas Fisik yang Berlebihan

Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan akan membantu mengurangi risiko kelelahan atau kelelahan yang berlebihan. Meskipun kelelahan adalah masalah umum lansia, kelelahan yang berlebihan ketika berpuasa penting untuk diperhatikan pada lansia. Berhubung usia yang semakin tua, energi dan daya tahan tubuh yang menurun, kelelahan pada lansia yang berpuasa memiliki risiko yang besar terhadap kondisi tubuhnya.

Untuk mengantisipasi kelelahan pada lansia selama berpuasa, penting untuk mengetahui gejala atau tanda-tanda kelelahan yang diderita oleh lansia.

Umumnya, lansia yang kelelahan mengalami kekurangan energi dan kecenderungan untuk tidur lebih banyak. Kekurangan energi selama berpuasa bisa menyebabkan lansia tidur lebih banyak atau merasa mengantuk sepanjang hari.

Gejala kelelahan juga ditunjukkan dengan kesulitan konsentrasi dan menjaga fokus. Mereka merasa sulit untuk memusatkan perhatian pada aktivitas sehari-hari atau memenuhi tugas-tugas harian dengan efisien.

Lansia yang kelelahan juga bisa diketahui dari gejala penurunan motivasi dan semangat. Kelelahan membuat lansia merasa kurang termotivasi untuk menjalani aktivitas sehari-hari atau menyelesaikan tugas-tugas rutin.

Gejala kelelahan yang paling tampak pada lansia adalah penurunan daya tahan fisik. Lansia mungkin mengalami penurunan daya tahan fisik, membuat mereka merasa cepat lelah atau mudah terengah-engah bahkan untu aktivitas ringan sekali pun. Ini dapat menyulitkan mereka untuk menjalani kegiatan fisik atau bergerak dengan nyaman selama puasa.

Gejala kelelahan juga berpengaruh pada kondisi mental lansia, yakni perubahan mood dan kecenderungan emosional. Tanda yang paling umum adalah perubahan suasana hati yang tidak menentu. Mereka bisa saja merasa lebih mudah marah, mudah tersinggung, juga cenderung merasa sedih atau tertekan.

Kelelahan ini dapat memengaruhi kemampuan lansia untuk menjalani puasa dengan nyaman dan aman. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk mengenali gejala kelelahan lalu mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Misalnya, dengan mengatur waktu istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, menjaga hidrasi yang cukup, dan membatasi aktivitas fisik yang berlebihan. Dengan mengelola kelelahan secara tepat, lansia dapat menjalani puasa lebih nyaman dan aman.

5. Menjaga Kesehatan Mental

Puasa bukan hanya tentang menjaga kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Di usia mereka yang semakin tua, lansia tetap perlu memerhatikan kesehatan mental mereka dengan menjaga pikiran yang positif, mengelola stres, dan menjaga hubungan sosial yang sehat. Bagi lansia yang berpuasa, menjaga kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Kesehatan mental yang baik tidak hanya memengaruhi kualitas hidup mereka selama bulan Ramadan, tetapi juga dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Bagi lansia yang hendak berpuasa dan ingin terus menjaga kesehatan mentalnya selama bulan Ramadan, baca baik-baik tips berikut yang bisa membuat kesehatan mental Anda terjaga dengan baik.

Sumber: Antaranews.com
Sumber: Antaranews.com

Konektivitas sosial adalah kunci penting untuk kesehatan mental bagi lansia, karena puasa akan membuat mereka selalu terhubung dengan keluarga dan teman. Komunikasi reguler melalui panggilan telepon, pesan teks, atau bahkan pertemuan langsung dapat memberikan dukungan emosional dan membuat mereka merasa dihargai dan terhubung.

Para lansia juga tetap aktif secara mental selama berpuasa sehingga dapat membentuk menjaga kesehatan mental mereka. Mengisi waktu dengan aktivitas mental seperti membaca buku, menonton film atau acara televisi yang menghibur, atau bahkan bermain game puzzle yang menantang menjadi adalah kegiatan yang menyenangkan. Aktivitas tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga membantu menjaga pikiran tetap tajam dan aktif.

Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan memiliki keselarasan dengan menjaga kesehatan mental pada lansia berpuasa. Bagi banyak lansia, puasa Ramadan tidak hanya tentang menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga tentang mendekatkan diri pada Tuhan dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. Melaksanakan ibadah seperti shalat, membaca Al-Quran, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial keagamaan lainnya dapat memberikan kedamaian dan ketenangan pikiran yang sangat diperlukan bagi kesehatan mental.

Menjaga kesehatan mental lansia dalam berpuasa bisa juga dilakukan dengan konsistensi menjaga pola tidur yang sehat. . Lansia harus memastikan bahwa mereka memiliki rutinitas tidur yang teratur dan mencukupi selama bulan Ramadan. Kekurangan tidur dapat menyebabkan penurunan suasana hati, kelelahan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk kesehatan mental.

Mengelola stres dan ketegangan dengan baik merupakan bagian dari tips untuk menjaga kesehatan mental lansia yang berpuasa. Puasa Ramadan memang menjadi waktu yang menuntut secara emosional dan fisik sehingga penting bagi lansia untuk memiliki strategi yang efektif untuk mengelola stres dan ketegangan. Meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu meredakan stres dan membuat mereka merasa lebih tenang dan rileks.

Urgensi kesehatan mental bagi lansia selama berpuasa sangat penting karena dapat berdampak pada kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Kesehatan mental yang baik dapat membantu mereka mengatasi tantangan fisik dan emosional yang terkait dengan berpuasa, menjaga suasana hati yang positif, dan merasa lebih bahagia dan puas selama bulan Ramadan.

Menjaga kesehatan saat berpuasa bukanlah sesuatu yang harus diabaikan, terutama bagi lansia yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan. Dengan demikian, menjalani puasa bukanlah sebuah hambatan, tetapi kesempatan untuk memperkuat koneksi spiritual dan memelihara kesehatan secara menyeluruh.

Depok, 11 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun