Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3 Keunggulan Perguruan Tinggi dalam Mencetak Kelas Menengah Indonesia

3 Maret 2024   21:09 Diperbarui: 3 Maret 2024   22:09 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://fecon.uii.ac.id/

3 Keunggulan Perguruan Tinggi dalam Mencetak Kelas Menengah Indonesia

Oleh: Sultani

Masyarakat kita sekarang memiliki keyakinan bahwa sarjana adalah tiket menuju kehidupan yang lebih baik. Alasan utama yang bisa membenarkan kita menerima keyakinan tersebut adalah karena lulusan perguruan tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mobilitas sosial dan menaiki tangga ekonomi. Semua orang yang bisa melampaui perguruan tinggi akan merasa telah mendapatkan batu loncatan yang besar untuk mengangkat martabat dan derajat sosial mereka.

Sejak merdeka hingga zaman reformasi sekarang, perguruan tinggi masih menjadi jalan yang paling diandalkan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Keyakinan bahwa perguruan tinggi dapat mengangkat hidup dari kemiskinan telah mendorong cita-cita setiap keluarga di Indonesia untuk menjadikan anak-anak mereka sarjana. Pola pikir masyarakat tentang perguruan tinggi ini disokong oleh fakta bahwa pendidikan tinggi ternyata bisa menjadi aset investasi ekonomi yang sangat berharga untuk masa depan. Inilah yang membuat masyarakat semakin menyadari arti pendidikan, dan memercayai pendidikan sebagai langkah awal kesuksesan hidup anak-anak.

Khusus untuk perguruan tinggi, pendidikannya memiliki nilai yang strategis dalam pembangunan negara serta persaingan global. Kualitas lulusan dan penguasaan ilmu yang kompleks menjadi nilai lebih lulusan perguruan tinggi di setiap negara di dunia ini. Lulusan perguruan tinggi merupakan SDM unggul yang siap melanjutkan estafet kemajuan dunia melalui inovasi dan kepeloporan dalam penemuan teknologi. Dengan kompetensi pendidikannya, para sarjana siap mengaplikasikan ilmu pengetahuan mereka ke dalam dunia kerja atau industri. Mereka memiliki peluang yang lebih besar dalam mendapatkan pekerjaan dengan kedudukan dan gaji yang tinggi.

Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Kapulspdik)  Abdul Kahar (2024) melihat bahwa model pendidikan tinggi di Indonesia sudah didesain untuk menjembatani kebutuhan SDM untuk dunia kerja sekaligus tangga mobilitas sosial yang kredibel. Perguruan tinggi memiliki 3 keunggulan yang bisa membuka peluang mobilitas sosial kepada lulusan perguruan tinggi. Keunggulan tersebut antara lain:

#1 Instrumen Persaingan Global

Globalisasi dan evolusi ekonomi berbasis pengetahuan (the knowledge-based economy) telah mengubah secara dramatis konstelasi karakter dan fungsi pendidikan di seluruh dunia. Salah satunya adalah menjadikan perguruan tinggi sebagai instrumen penting dari persaingan global sehingga banyak negara di dunia berupaya untuk meningkatkan jumlah perguruan tinggi dan pendidikan profesional.

Dalam kerangka globalisasi tersebut ruang untuk persaingan dan kerjasama selalu bergerak dinamis sehingga berimplikasi pada relasi antarnegara yang bersifat kompetisi sekaligus kerjasama. Perubahan mendasar yang ditimbulkan oleh globalisasi ialah keterbukaan, yang mengimplikasikan demokrasi dan kebebasan, baik dalam diri individu maupun masyarakat serta pengelolaan negara dan bangsa.

Sumber: Investor.id
Sumber: Investor.id

Dalam ruang global yang terbuka tersebut mutu SDM-lah yang akan menjadi faktor determinan keunggulan sebuah negara. Setiap orang dituntut untuk mampu mengatasi berbagai masalah yang kompleks sebagai akibat pengaruh perubahan global. Bangsa yang mampu membenahi diri dengan meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM-nya, kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi global.

Di sinilah perguruan tinggi tampil sebagai instrumen persaingan global yang bisa mendidik dan memproduksi sarjana berdaya saing tinggi (qualified) dalam menghadapi gempuran dari dinamika globalisasi. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan global, ditantang  untuk mampu meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya yang unggul sebagai hasil penguasaan iptek dan informasi.

Kedudukan perguruan tinggi sebagai instrumen dalam persaingan global sesungguhnya bertumpu pada kemampuan dalam memproduksi SDM yang unggul dalam berbagai aspek kehidupan di dunia. Keunggulan SDM ditandai dengan kompetensi yang mendalam sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan kepakaran yang dikuasai.

Keberhasilan perguruan tinggi sebagai instrumen persaingan global akan memberi peluang yang lebih besar kepada lulusannya dalam memperbaiki kedudukan sosial mereka. Peran dan kinerja lulusan perguruan tinggi dalam era persaingan global merupakan jembatan mobilitas sosial untuk menjadi kelas menengah yang paling riil. Perguruan tinggi bisa menjadi penentu nasib kelas menengah Indonesia pada abad mendatang yng sedikit banyak ditentukan oleh perkembangan industri di republik ini dan dinamika kapitalisme global.

#2 Terkoneksi dengan Industri dan Dunia Kerja

Gelar sarjana sekarang sudah menjadi syarat mutlak dalam rekrutmen calon karyawan di perusahaan sehingga eksistensi perguruan tinggi sudah menjadi elemen penting dalam industri dan dunia kerja sekarang. Tanpa ijazah perguruan tinggi, sulit rasanya untuk mendapat pekerjaan yang layak dalam struktur sosial masyarakat sekarang. Sarjana merupakan bukti  akan kemampuan intelektual seseorang yang dapat memperluas pandangan dan pemahamannya mengenai masalah-masalah industri dan perusahaan.

Perguruan tinggi dengan dunia industri sekarang sudah terkoneksi melalui program kerjasama dalam kurikulum pendidikan dengan kebutuhan kualifikasi dan keterampilan dalam dunia kerja. Konektivitas tersebut terwujud melalui pengembangan program studi berbasis kebutuhan industri dan dunia kerja. Konektivitas kampus dengan industri juga bisa dilihat dari pengembangan keterampilan lunak (soft skills) mahasiswa. Metode pengembangan keterampilan ini bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan seperti komunikasi efektif, kerja tim, kepemimpinan, dan pemecahan masalah.

Dengan kurikulum yang relevan kampus dapat memastikan bahwa mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh dunia usaha. Pengembangan soft skill oleh perguruan tinggi kepada mahasiswa menunjukkan konektivitas yang kuat dalam rangka mendukung karier lulusan ketika bekerja.

Sumber: kontan.co.id
Sumber: kontan.co.id

Koneksi antara kampus dengan industri juga bisa dilakukan dengan kolaborasi melalui magang, praktik kerja, dan bimbingan karier yang diikuti oleh mahasiswa secara langsung di tempat kerja. Melalui kolaborasi dengan perusahaan, perguruan tinggi dapat membantu mahasiswa memperoleh pengalaman praktis dan pemahaman langsung tentang dunia kerja. Kolaborasi ini tidak hanya memberikan peluang kerja kepada mahasiswa, tetapi juga memungkinkan mereka untuk mengembangkan jaringan profesional yang berharga.

Praktik-praktik yang mengarahkan kompetensi mahasiswa secara langsung dengan kebutuhan industri atau dunia kerja membuat sarjana mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang lengkap sehingga langsung terkoneksi dengan dunia kerja setelah lulus. Mendapatkan pekerjaan yang mapan dengan gaji yang tinggi adalah tiket bagi para sarjana dalam menapaki hidup menjadi kelas menengah

#3 Jaminan Penghasilan Tinggi

Ada kepercayaan di masyarakat kita bahwa sarjana pasti memiliki gaji yang lebih tinggi dibanding mereka yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Meski bukan sebuah pendapat umum yang diterima di dunia kerja namun pendapat ini sudah diterima sebagai kebenaran oleh masyarakat umum. Pandangan ini merefleksikan keunggulan sarjana di dunia kerja yang dijamin memiliki pendapatan atau gaji yang tinggi.

Kompetensi ilmu dan keterampilan sarjana merupakan nilai lebih sarjana dalam dunia kerja sehingga diganjar dengan gaji yang sesuai kompetensinya. Penguasaan yang mendalam terhadap pengetahuan dan keterampilan inilah yang membuat kemampuan sarjana sangat dibutuhkan perusahaan. Untuk semua kemampuan yang diserap tersebut, perusahaan memberi kompensasi dengan gaji yang lebih tinggi daripada pekerja non-sarjana.

Berkat kompetensinya juga, sarjana biasanya akan diberi tanggung jawab yang lebih berat melalui jabatan yang lebih tinggi dalam pekerjaan. Di sinilah karier sarjana selalu dimulai dari posisi sebagai pimpinan dari level yang paling rendah. Misalnya supervisor. Dengan menjabat posisi sebagai supervisor tentu tanggung jawab yang diemban pasti lebih berat ketimbang karyawan biasa, staf, atau operator.

Sumber: Detik.com
Sumber: Detik.com

Posisi yang dijabat sarjana di tempat kerja menunjukkan perjalanan jenjang karier yang jelas dan pasti. Semakin panjang jejak karier yang dilalui, beban tanggung jawab pun bertambah. Seiring dengan penambahan tersebut, penghasilan atau gaji sarjana pun akan meningkat secara signifikan. Perusahaan biasanya memberi besaran kompensasi atas karir yang ditawarkan dengan nilai yang fantastis seiring dengan penambahan beban kerja dan tanggung jawab.

Kompetensi, gaji yang tinggi, dan karir yang jelas merupakan jaminan bagi para sarjana untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi. Penghasilan merupakan sumber kekayaan manusia yang diperoleh melalui kerja. Para lulusan perguruan tinggi yang mendapatkan gaji yang tinggi dari perusahaan memiliki potensi untuk menjadi orang kaya melalui pekerjaan mereka. Di sinilah peluang mobilitas sosial menjadi kelas menengah terbuka lebar.

Kelas Menengah Indonesia

Terbentuknya kelas menengah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah terbentuknya bangsa-negara dan kolonialisme, yang akar kelahirannya bersumber dari revolusi industri dan kapitalisme di Eropa. Kehidupan bangsawan, priyayi, dan pegawai administrasi pemerintah merupakan benih-benih kelas menengah yang membentuk karakter kelompoknya hingga sekarang. Eksistensi dan privelege mereka sangat bergantung pada dukungan kekuasaan dari pemerintah kolonial berupa jabatan, gelar, simbol-simbol jabatan, dan gaji.

Karena itulah watak kelas menengah di Indonesia tidak sepenuhnya sama dengan kelompok-kelompok serupa di negara-negara lain terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang atau negara kapitalis lainnya yang sama sekali tidak tergantung pada pemerintah.

Di Indonesia kelas menengah belum merupakan kelompok yang aktif memberikan saran pada pemerintah melainkan kelompok yang telah melakukan ''trade off" antara kebebasan mereka dengan berbagai kemudahan  atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Pengusaha misalnya, mengekang keinginannya untuk berpolitik secara aktif termasuk menyampaikan gagasan-gagasan pembaharuan yang bertentangan dengan pemerintah untuk memperoleh kemudahan-kemudahan yang diperlukan.

Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa dalam periode mana pun sejak Indonesia merdeka, ada kelompok yang berperan sebagai perantara antara negara dan masyarakat, yaitu mereka yang dianggap mampu untuk mencernakan kebijaksanaan pemerintah terutama dalam bidang ekonomi dan kemudian direalisasikan dalam usaha mereka sehari-hari. Karena itulah masyarakat Indonesia setelah merdeka tidak memiliki suatu kelas menengah dalam pengertian sesungguhnya, yaitu sebagai kelompok manusia Indonesia yang benar-benar merdeka dalam pandangan politik dan memiliki kekuatan ekonomi yang mandiri dan menentukan.

Kelas menengah di Indonesia muncul karena posisi mereka yang amat khusus terutama dalam bidang ekonomi. Mereka merupakan orang-orang yang aktif memimpin dunia usaha dan profesi serta pengambil keputusan dalam menjalankan usahanya sehari-hari. Mereka mengejar karier dan menduduki berbagai jabatan. Secara riil kelas menengah Indonesia cenderung direpresentasikan oleh pengusaha/wiraswasta, tenaga profesional seperti dokter, pengacara, wartawan, seniman, guru/dosen, pegawai negeri, politikus, karyawan swasta dan mahasiswa.

Mahasiswa dianggap cukup penting karena mereka mempunyai peranan tersendiri sebagai kelompok kelas menengah. Secara ekonomis mereka belum pantas disebut kelas menengah, tetapi mereka juga bukan merupakan kelompok yang hanya menerima perintah seperti kelas ''bawah." Mereka bukan merupakan kelompok elite juga bukan kelompok bawah, tetapi posisi mereka sangat strategis terutama dalam kegiatan pembangunan nasional. Peran mahasiswa sebagai kelas menengah memberikan memberikan bobot yang tinggi pada para cendekiawan sebagai kelompok yang diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam pembangunan negara.

Penghargaan masyarakat terhadap kedudukan mahasiswa sebagai kelas menengah merupakan modal sosial yang bersumber dari kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas mahasiswa sebagai kelompok yang ikut berperan dalam menggerakkan pembangunan. Kepercayaan ini tumbuh beriringan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap peran perguruan tinggi sebagai kendaraan mobilitas sosial. Perguruan tinggi adalah sarana mobilitas sosial vertikal bagi masyarakat dan secara khusus membuka pintu kelas sosial menengah bagi masyarakat lapisan bawah.

Depok, 3 Maret 2024

Referensi

Kahar, Abdul. Sukses dengan Beasiswa. 2011. Indonesia Emas Group: Bandung.

             

           

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun