Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kenangan Quick Count 2014: Ajang untuk Menjadi yang Tercepat dan Terakurat

27 Februari 2024   23:20 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:08 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korda dan korlap adalah bagian dari infrastruktur quick count Litbang Kompas yang mendukung pengumpulan data yang akurat (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kenangan Quick Count 2014 : Ajang Untuk Menjadi yang Tercepat dan Terakurat

Quick count selalu menjadi rujukan para kandidat pemilu dan pendukungya untuk mengetahui hasil pemilihan sebelum KPU mengumumkan hasil resmi. Hasil quick count memang masih berupa hitungan awal namun akurasinya sangat bisa diandalkan karena hasil yang diumumkan beberapa jam setelah pemungutan suara biasanya tidak jauh beda dengan yang diumumkan KPU. Akurasi inilah yang membuat para kandidat, tim sukses dan pendukungnya, serta sebagian kecil masyarakat berani memprediksi kemenangan pemilu berdasarkan hasil quick count.

Bagi penyelenggara quick count, survei prediksi hasil pemilu berbasis sampel TPS ini merupakan ajang unjuk reputasi dalam membuat prediksi yang paling akurat, sesuai dengan hasil yang diumumkan oleh KPU. Akurasi dalam hasil quick count baru menjadi isu krusial sejak Pemilu 2009 seiring dengan meningkatnya popularitas quick count dengan hasil penghitungan yang beraneka ragam. Untuk diketahui, sejak quick count pertama kali diselenggarakan pada Pemilu 1999, akurasi dalam prediksi hasil pemilu belum menjadi isu yang krusial karena lembaga penyelenggaranya masih sedikit, dan hasilnya hanya dimanfaatkan untuk kalangan terbatas.

Salah satu lembaga yang berpartisipasi menyelenggarakan quick count saat itu adalah LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Saya adalah salah satu tenaga interviewer yang memprediksi hasil pemilu dengan simulasi memilih partai politik seperti survei elektabilitas capres sekarang. Hasil prediksi tersebut kemudian dimuat di media massa satu hari setelah pemilu. Seiring berjalannya waktu, muncul lembaga-lembaga survei yang menjalankan bisnis utamanya dalam bidang survei opini publik kemudian berpartisipasi dalam quick count untuk pemilu-pemilu berikutnya. Akurasi data masih menjadi isu biasa, karena ketepatan data hasil prediksi quick count dengan hasil resmi dari KPU tidak terlalu dipermasalahkan. Meski demikian, semua lembaga survei saat itu sangat berambisi untuk menampilkan data yang paling akurat seperti yang dirilis KPU.

Persoalan akurasi data ini baru menjadi isu sentral dalam quick count seiring dengan maraknya pelaksanaan pilkada langsung pada 2005. Lembaga-lembaga survei yang telah ada berlomba-lomba untuk mempromosikan kredibilitasnya dengan menyematkan prestasi terbesar mereka dalam hal akurasi. Seiring dengan maraknya kontestasi politik berupa pemilihan langsung tersebut, quick count pun tumbuh subur dan menjadi populer seiring dengan musim pemilihan umum.

Mengirim hasil suara di TPS dalam quick count (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Mengirim hasil suara di TPS dalam quick count (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Litbang Kompas sendiri memulai debut quick count dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007. Hasil quick count Litbang Kompas saat itu menunjukkan adanya selisih atau simpangan rata-rata dengan hasil KPUD Jakarta sebesar 0,11 persen. Prediksi Litbang Kompas terbilang akurat dengan simpangan rata-rata yang menggambarkan realitas hasil pemilihan gubernur yang nyaris sempurna. Angka tersebut jauh lebih kecil margin of error (toleransi kesalahan) sebesar 1 persen. Artinya, terdapat selisih yang sangat kecil  dengan hasil resmi KPUD Jakarta sehingga quick count Litbang Kompas paling akurat untuk menggmbarkan pilihan populasi pemilih Jakarta.

Untuk mencapai akurasi data yang tinggi dalam quick count prinsip teoretisnya hanya satu, yaitu menggunakan data sampel TPS yang dipilih secara acak dan proporsional. Prinsip ini universal berlaku dalam riset sosial dan riset opini publik. Karena itu, semua lembaga survei dan penyelenggara quick count pasti sudah memahami betul bahwa untuk mendapatkan gambaran awal hasil pemilihan umum secara akurat, proyeksi datanya terdapat pada teknik sampling yang tepat. Dalam hal ini, teknik sampling adalah syarat mutlak untuk akurasi data sebagai isu utama dalam memprediksi hasil quick count yang bisa mendekati hasil resmi dari KPU.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana Litbang Kompas menjamin bahwa teknik sampling yang digunakan pada quick count 2014 bisa memproyeksi hasil quick count secara akurat hanya dengan mengandalkan teknik penarikan sampel di balik meja dengan menggunakan DPT sebagai kerangka sampel? Secara teoretis, pilihan teknik sampling untuk menentukan TPS sebagai unit sampel yang menjadi obyek quick count sudah cukup handal untuk merepresentasikan populasi seluruh pemilih yang terdaftar dalam DPT. Dengan kata lain, teknik sampling sudah memungkinkan peneliti untuk membuat kesimpulan tentang populasi berdasarkan data yang diperoleh dari TPS sampel.

Akan tetapi, hanya mengandalkan teknik sampling untuk memproyeksi tingkat akurasi data tanpa verifikasi dan validasi faktual tentang informasi TPS yang menjadi sampel sangat berpotensi menciptakan selisih data yang semakin besar antara sampel dengan populasi. Apalagi ukuran populasi quick count jumlahnya mencapai 200 juta lebih pemilih sehingga sampel yang ideal untuk memprediksinya harus mencapai ribuan TPS. Dengan ukuran sampel sebesar itu, pilihan yang paling realistis untuk memastikan proyeksi akurasi data diperlukan verifikasi faktual TPS untuk memperkuat teknik sampling yang digunakan.

TPS sebagai unit sampel dalam quick count harus faktual untuk menjamin akurasi data quick count (Sumber: Dokumentasi pribadi)
TPS sebagai unit sampel dalam quick count harus faktual untuk menjamin akurasi data quick count (Sumber: Dokumentasi pribadi)

 

Untuk itulah Litbang Kompas merancang organisasi dan mekanisme kerja quick count serinci mungkin untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menentukan titik sampel di lapangan. Struktur organisasi quick count dengan tugas dan tanggung jawab yang berjenjang memungkinkan efisiensi dalam verifikasi dan validasi faktual TPS yang dilakukan oleh interviewer, korlap, korda, dan korwil. Mekanisme kerja yang bersifat hierarki ini juga memungkinkan pemilihan TPS yang realistis, terjangkau, aman, dan memiliki akses komunikasi namun tetap memenuhi prinsip acak dan proporsional.

Untuk diketahui, quick count Litbang Kompas 2014 dilakukan untuk menghitung hasil Pemilu anggota legislatif (Pileg) yang dilaksanakan pada 9 April 2014 dan Pemilihan Presiden pada 9 Juli 2014. Jadi, cerita tentang persiapan penyelenggaraan quick count ini adalah konsolidasi untuk mempersiapkan SDM dan infrastruktur hitung cepat yang akan digunakan pada Pileg dan Pilpres tersebut.

Korda dan korlap adalah bagian dari infrastruktur quick count Litbang Kompas yang mendukung pengumpulan data yang akurat (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Korda dan korlap adalah bagian dari infrastruktur quick count Litbang Kompas yang mendukung pengumpulan data yang akurat (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Cepat dan Akurat

 

Hari pelaksanaan pemilu menjadi momentum paling mendebarkan bagi penyelenggara quick count, termasuk Litbang Kompas. Pesan berantai untuk saling menguatkan semua anggota tim dari PO hingga interviewer tersebar melalui SMS dan BBM (Blackberry Messanger) yang isinya kurang lebih mengingatkan untuk jaga kesehatan, pastikan logsitik aman, perlengkapan tulis menulis dan dokumen pendukung, baterai hp full charged, dan berada di TPS tepat waktu. Dan ditutup dengan pesan agar tetap jaga kekompakan dalam tim masing-masing, dan saling dukung satu sama lain.

Ketika quick count Pileg pada 9 April  2014 posisi saya ada di Kota Baubau. Pagi-pagi saya sudah memantau persiapan korlap, interviewer, dan informan lokal. Satu per satu mereka dari Kolaka Utara hingga Wanci saya hubungi sekadar untuk memastikan bahwa mereka melakukan semua tugas dan prosedur kerja yang sudah dijelaskan. Saya juga mengingatkan mereka untuk memastikan handphone dalam keadaan prima dan baterainya full charged. Saya juga meminta mereka untuk segera menghubungi jika terjadi kendala di TPS.

Agenda hari itu adalah mengamati proses pemilihan dan memantau kerja salah satu interviewer yang bertugas di TPS di Desa Gu yang berada di Pulau Muna. Sekitar Jam 8 pagi Saya bergerak ke pelabuhan penyeberangan dan langsung memarkir mobil ke dalam dek feri yang membawa kami menyeberang dari Baubau menuju Muna. Perjalanan kurang lebih 30 menit. Setelah mulut feri bersandar di dermaga satu per satu mobil keluar dari dalam perut kapal tersebut. Saya bergerak pelan-pelan keluar dari kapal dan meninggalkan dermaga.

Hari masih segar ketika mobil saya melintasi satu-satunya jalan raya yang membelah Pulau Muna. Sepanjang jalan tidak ada bangunan atau permukiman yang saya jumpai. Pulaunya gersang sehingga udaranya terasa panas meski matahari belum tinggi benar. Ada dua atau tiga perkampungan yang saya lewati sebelum masuk ke Desa Gu. Posisi TPS yang saya tuju tidak terlalu sulit karena letaknya persis di pinggir jalan poros Pulau Muna.

Suasana salah satu TPS di Desa Gu, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Suasana salah satu TPS di Desa Gu, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Suasana di lokasi TPS sudah ramai dengan kerumunan para pemilih yang berdatangan dari berbagai arah. Mereke berdiri bergerombol di sekitar TPS. Ada yang sedang mengamati gambar caleg dan partai politik yang ditempelkan di dekat pintu masuk TPS, ada yang bercengkerama di luar TPS, dan ada juga yang hanya mengamati situasi TPS dari kejauhan.

Para pemilih yang sudah mendaftar terlihat menempati kursi yang sudah disediakan di dalam TPS. Posisinya pagi itu terlihat penuh semua. Artinya, para pemilih di TPS ini sangat antusias untuk menggunakan hak pilih mereka. Satu per satu warga yang sudah memilih terlihat meninggalkan TPS setelah mencelupkan jari mereka ke dalam wadah tinta ungu yang dijaga oleh seorang petugas. Sementara dari pintu yang berbeda, warga yang sedang antri dipersilakan masuk ke dalam TPS untuk mendaftar dan menunggu giliran memilih.

Interviewer yang bertugas terlihat mulai sibuk mendekati beberapa warga yang meninggalkan TPS untuk melakukan exit poll (survei setelah pemilih meninggalkan TPS). Salah satu tugas interviewer di TPS adalah melakukan exit poll selain mengirimkan hasil suara TPS. Mereka ditugaskan untuk memilih secara acak 4 pemilih yang baru saja meninggalkan TPS untuk menanyakan tentang pilihan yang baru saja dilakukan di dalam TPS.

Komposisi respondennya adalah 2 laki-laki dan 2 perempuan  yang dipilih secara acak sistematis. Kalau responden pertama adalah laki-laki, maka responden keduanya harus perempuan, dan ketiga laki-laki lagi, lalu terakhirnya baru perempuan. Setelah semua responden disurvei, hasil exit poll tersebut kemudian dilaporkan ke pusat kontrol data.

Setelah jam 12 siang suasana TPS mulai sepi. Petugas masih tetap menunggu sisa-sisa pemilih yang hendak menggunakan hak pilihnya di sini. Sebagian petugas terlihat sudah mulai merapikan kursi plastik yang kosong. Beberapa bangku dan kursi mulai diatur posisinya menghadap ke tembok, tempat fomulir C1 ditempel.

Tepat jam 1 siang, setelah semua petugas sepakat untuk menyatakan bahwa sudah tidak ada pemilih yang datang, TPS secara resmi dinyatakan ditutup dan tidak lagi menerima pemilih yang datang. Proses penghitungan suara pun dimulai dengan membuka kotak suara dari surat suara untuk caleg DPR. Para petugas KPPS meminta semua petugas TPS dan saksi untuk mengamati proses ini secara seksama agar tidak terjadi pelanggaran.

Interviewer menjalankan tugas berikutnya, yaitu melaporkan perkembangan TPS saat itu. Dia mengirim pesan ke pusat kontrol data dengan kode akses tertentu, yang isi pesannya adalah: "penghitungan surat suara untuk anggota DPR dimulai".

KPPS membuka proses penghitungan suara pertama setelah semua surat suara dihitung dan jumlahnya sesuai dengan DPT. Satu per satu surat suara dibuka lebar-lebar di hadapan petugas, saksi, dan warga. Petugas KPPS tinggal menyebut bagian dari surat suara yang dilubangi jatuh pada caleg nomor berapa dari partai apa. Informasi ini kemudian dicatat oleh petugas pencatat ke dalam formulir C1.

Ketika hitungan surat suara untuk anggota DPR selesai, interviewer mengirimkan lagi pesan kedua tentang situasi TPS ke pusat kontrol data. Isi pesannya adalah: "penghitungan suara anggota DPR selesai".

 

Sekarang interviewer tinggal menunggu proses verifikasi hasil penghitungan suara antara petugas KPPS, petugas TPS, dan saksi dari partai politik. Jika semua petugas ini setuju dan menyatakan menerima hasil penghitungan tersebut, mereka lalu menandatangani berita acara persetujuan yang ada di formulir C1. Artinya, penghitungan surat suara untuk anggota DPR selesai dan dinyatakan sah.

Hasil penghitungan suara inilah yang dicuplik oleh interviewer sebagai data hasil suara di TPS yang dikirimkan ke pusat kontrol data. Data perolehan suara yang dimasukkan sebagai data quick count adalah perolehan suara partai, yang merupakan gabungan antara suara caleg dan partai. Setelah mencuplik perolehan suara partai pada lembar C1 yang sudah ditandatangani, interviewer langsung mengirimkan data tersebut dengan kode akses yang berbeda lagi ke pusat kontrol data.

Tugas interviewer di TPS sudah tuntas setelah mengirimkan SMS perolehan suara ini. Interviewer tinggal menunggu telepon dari petugas konfirmator untuk memastikan kesesuaian data yang mereka terima dan yang dicatat interviewer. Konfirmator akan membacakan satu persatu nama partai politik dan suara yang diperoleh di TPS, kemudian interviewer diminta untuk membacakan ulang satu per satu nama partai politik berikut perolehan suaranya sesuai dengan yang tertulis di formulir C1. Setelah konfirmator memastikan semua kelengkapan informasi yang dibutuhkan telah terisi, konfirmator menyatakan tugas interviewer hari itu selesai, dan mengucapkan terima kasih kepada interviewer.

Rangkaian quick count untuk Pileg 2014 berakhir ketika semua data TPS sudah diterima di pusat kontrol data dan dikonfirmasi secara faktual tentang kebenaran dan kesesuaiannya dengan perolehan suara yang tertulis di formulir C1.

Tim dan infrastruktur yang sudah digunakan dalam Pileg akan digunakan lagi untuk quick count Pilpres pada 9 Juli 2014. Pekerjaan korwil pada pelaksanaan pilpres tinggal memastikan kesiapan tenaga lapangan dalam Pilpres dan menyesuaikan keperluan infrasrtruktur dan TPS yang berubah karena perubahan dalam penarikan sampel. Prinsip kerja quick count Pilpres 2014 sama persis dengan yang dilakukan dalam Pileg. Bahkan, prosedur, sistem dan mekanisme kerjanya pun tidak berubah sama sekali. Perubahan yang paling dimungkinkan bersifat teknis dan berkaitan dengan akses jaringan komunikasi ke TPS. Artinya, kalau TPS terpilih sulit dalam akses dan jaringan komunikasinya harus diganti.

Quick Count Pilpres 2014 dilakukan pada bulan puasa namun semangat kerja menjelajah titik TPS tidak membatalkan puasa kami. Untuk menjaga stamina tubuh selama puasa, kegiatan mencari titik TPS sudah tidak diforsir, karena titik-titik tersebut sudah didatangi sebelum bulan puasa.

Konsolidasi untuk quick count Pilpres hanya dilakukan dua kali, yaitu sebulan setelah Pileg dan satu minggu jelang Pipres. Konsolidasi pertama adalah untuk menjelajah titik TPS yang berpotensi menjadi kendala karena terjadinya perubahan dalam sampling, dan konsolidasi kedua adalah persiapan terakhir. Untuk persiapan terakhir ini prosedur dan mekanisme kerjanya sama seperti yang dilakukan menjelang quick count Pileg.

Semua pekerjaan pada tahap persiapan terakhir ini dilakukan pada bulan puasa. Saya ingat, ketika hari pertama mendarat di Bandara Halu Oleo Kendari waktunya sudah menjelang  sore. Suasana puasa di bandara sangat terasa dengan berkurangnya kehadiran pedagang makanan di sekitar bandara. Korlap langsung mengarahkan Saya ke salah satu hotel yang letaknya berseberangan dengan Teluk Kendari. Sepanjang perjalanan saya mengamati warga yang mulai mempersiapkan dagangan untuk berbuka puasa. Mayoritas mereka menyediakan makanan khas orang Sulawesi Selatan, yaitu pisang ijo.

 

Satu jam sebelum Maghrib kami bergerak menuju Teluk Kendari. Di sana ternyata banyak sekali warga yang menjajakan aneka pisang ijo sebagai hidangan untuk berbuka puasa. Makanan tersebut dihidangkan di atas meja atau gerobak. Warga yang hendak berbuka puasa di sana tinggal mengambil posisi di kursi plastik yang sudah disiapkan dengan posisi menghadap ke Teluk Kendari.

Pemandangan Teluk Kendari yang menjadi tempat favorit warga untuk berbuka puasa (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Pemandangan Teluk Kendari yang menjadi tempat favorit warga untuk berbuka puasa (Sumber: Dokumentasi pribadi)

 

Saya dan korlap pun langsung menempati dua kursi yang masih kosong di posisi paling ujung. Kami memesan terlebih dahulu dua porsi pisang ijo sebelum kami hanyut dalam pembicaraan tentang pengalaman selama quick count Pileg dan rencana perjalanan esok harinya. Azan Magrib berkumandang mengantarkan Saya dan semua pengunjung yang berada di depan Teluk Kendari untuk mencicipi hidangan pisang ijo yang sudah disediakan di dalam porsi piring yang cukup besar. Potongan pisang ijo yang diberi kuah berupa cairan sirop berwarna merah itu pun langsung berpindah dari piring ke mulut.

Berbuka puasa dengan pisang ijo di Teluk Kendari ini menjadi pengalaman tak terlupakan ketika bertugas di Sulawesi Tenggara. Pisang ijo adalah menu utama yang selalu saya cicipi sebagai makanan untuk berbuka puasa atau ketika sahur. Selama berkeliling di daratan sebelah tenggara Pulau Sulawesi ini, pisang ijolah yang menjadi teman berbuka dan sahur. Hotel, rumah makan, hingga rumah warga yang saya kunjungi selalu menyajikan makanan khas orang Bugis ini. Saya sendiri adalah penggemar makanan dengan cita rasa manis ini, sehingga semuanya terasa nikmat. Apalagi ada anjuran untuk berbuka puasa dengan yang manis terlebih dahulu. Sudah pasti pisang ijo adalah pilihan saya.

 

Menu sahur salah satu hotel di Kota Lasusua, Kolaka Utara (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Menu sahur salah satu hotel di Kota Lasusua, Kolaka Utara (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Pisang ijo bagi masyarakat Sulawesi Tenggara adalah penganan wajib selama bulan Ramadhan. Ini kelihatannya berlaku untuk semua daerah di sana. Dari Bombana di ujung selatan Sulawesi Tenggara hingga Lasusua di Kolaka Utara, tidak ada satu pun momen berbuka puasa yang saya lewati tanpa pisang ijo. Bahkan untuk sahur pun pihak hotel hanya menyediakan pisang ijo sebagai menunya.

Ketika Saya menginap di penginapan Berlian di Kota Lasusua, selama 2 hari Saya disuguhi pisang ijo secara terus-menerus sebagai menu buka puasa dan sahur. Pihak penginapan mengatakan, mereka selalu menyediakan pisang ijo untuk tamu, kecuali kalau tamu meminta menu yang lain. Selama tamu tidak keberatan mereka menganggap sajian pisang ijo tersebut disukai. Kebetulan saya sendiri tidak keberatan karena memang suka dengan pisang ijo.

Hotel Berlian, salah satu hotel terbaik di Kota Lasusua, Kolaka Utara (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Hotel Berlian, salah satu hotel terbaik di Kota Lasusua, Kolaka Utara (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 

Tanggal 9 Juli 2014 merupakan hari Pemilihan Presiden. Saya hari itu berada di Lasusua untuk memantau salah satu TPS yang dijaga oleh informan lokal yang saya rekrut 2 hari sebelum Pilpres. Saya sudah memutuskan untuk memilih di Lasusua sejak lama, karena itu dalam surat keterangan pindah memilih, saya merujuk pada TPS yang ada di kota ini sebagai tempat saya memilih dalam pilpres.

 

Petugas TPS sedang mendaftar pemilih dari luar daerah (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Petugas TPS sedang mendaftar pemilih dari luar daerah (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kebetulan TPS tempat saya memilih  letaknya tidak jauh dari tempat saya menginap sehingga waktu untuk mendaftar dan memilih bisa lebih efisien. Sisa waktunya bisa saya gunakan untuk melakukan perjalanan ke TPS tujuan. Perjalanan ke TPS kurang lebih sejam lamanya. Para pemilih di TPS ini tidak begitu banyak sehingga terlihat kurang begitu ramai. Banyak kursi di dalam TPS tidak terisi, sementara di luar TPS pun tidak kelihatan warga bergerombol. Saya cuma berpikiran, mungkin warga di sini sudah memilih pagi-pagi begitu TPS dibuka, atau karena jumlah pemilihnya memang sedikit.

 

TPS dengan nomor 01 ini letaknya persis di pinggir jalan poros Sulawesi yang sudah diaspal  mulus. TPS ini mengambil bagian teras rumah penduduk yang paling besar, sehingga selasarnya digunakan sebagai ruang tunggu dan bagian dalam rumah ini menjadi tempat duduk panitia, KPPS, dan bilik suara.

 

Informan lokal terlihat sudah berbaur dengan panitia dan warga yang ingin menyaksikan penghitungan suara. Kami bersalaman lalu saya memberi tahu kepada ketua KPPS tentang tujuan keberadaan kami di TPS tersebut. Semua panitia menerima kehadiran kami dan memberikan akses untuk mengamati semua proses pemungutan hingga penghitungan suara. Selama proses pemungutan suara berjalan, tidak ada kendala atau kejadian luar biasa yang menghambat proses pemilihan. Warganya adem ayem aja, panitianya pun terlihat lebih rileks dan santai. Beberapa petugas polisi dan hansip hanya duduk-duduk saja di kursi yang ada di ruang tunggu TPS.

Interviewer Litbang Kompas sedang berbincang dengan petugas Panwas di TPS (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Interviewer Litbang Kompas sedang berbincang dengan petugas Panwas di TPS (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Proses penghitungan suara berjalan normal saja. Tidak ada protes atau sanggahan dari saksi atau petugas yang lain. Penghitungan berjalan lancar sehingga semuanya selesai sebelum jam 3 sore. Interviewer langsung mencatat hasil suara pada Formulir C1 yang ditempel pada salah satu tembok di dalam ruang tamu itu. Setelah mencatat dan memastikan lagi kelengkapan dan kebenaran angka-angkanya, SMS pun dikirim dengan format yang sudah ditetapkan.

Tugas interviewer dalam quick count Pilpres 2014 di TPS ini pun selesai. Sesuai dengan prosedur quick count Litbang Kompas, setelah mengirimkan SMS hasil perolehan suara di TPS, interviewer tidak boleh langsung meninggalkan TPS saat itu juga. Mereka harus menunggu telepon dari tim pusat kontrol data untuk mengonfirmasi kembali validitas data dalam SMS tersebut.

Setelah beberapa saat menunggu, handphone Nokia interviewer berdering. Dari balik telepon terdengar suara seseorang yang memperkenalkan diri sebagai petugas konfirmator quick count Litbang Kompas. Terjadilah dialog di antara keduanya. Interviewer kemudian menyebutkan nama paslon Prabowo Subianto berikut perolehan suaranya, dan paslon Joko Widodo -- Jusuf Kalla dengan perolehan suaranya. Setelah itu handphone interviewer ditutup.

Hasil Penghitungan suara Pilpres dari Formulir C1 yang valid sebagai data quick count (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Hasil Penghitungan suara Pilpres dari Formulir C1 yang valid sebagai data quick count (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Ketika konfirmator sudah memastikan semua pekerjaan interviewer di TPS sudah dikerjakan sesuai dengan standar kerja quick count saat itulah interviewer sudah menyelesaikan tugas mereka dengan sempurna. Kami pun berpamitan dengan KPPS dan petugas TPS lainnya sambil berterima kasih atas kerjasama mereka dengan kami dalam quick count di TPS tersebut. Saya dengan interviewer pun berpisah setelah saya menunaikan semua kewajiban untuk membayar semua jasa kerja mereka selama ini. Cerita tentang kenangan quick count 2014 di Sulawesi Tenggara pun selesai.

Refleksi tentang Kecepatan dan Akurasi

Penyelenggaraan quick count yang dimulai dari penentuan sampel, terus diikuti dengan konsolidasi tim, rekrut SDM, validasi faktual TPS, pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi di TPS, hingga pelaksanaan quick count membutuhkan alokasi waktu, SDM, dan biaya yang tidak sedikit. Ratusan SDM organik dari Kompas (Litbang, TI, dan Umum) dikerahkan untuk mendukung proyek ini. Sedangkan di lapangan 2000 interviewer plus informan lokal digerakkan ke titik-titik TPS yang sudah divalidasi. Tenaga interviewer ini belum ditambah dengan korda dan korlapnya masing-masing.

Dengan alokasi SDM yang begitu besar tentu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Semua anggaran yang digunakan untuk membiayai setiap agenda quick count yang sudah dipersiapkan selama satu tahun itu bersumber dari kas Kompas langsung. Tidak ada dana yang diterima dari luar Kompas.

Validasi TPS dan mobilisasi 2000 tenaga lapangan merupakan strategi utama Litbang Kompas untuk mengumpulkan data dari TPS ke pusat kontrol data secepat mungkin. Sementara itu, proses konfirmasi dan klarifikasi data terhadap interviewer merupakan strategi untuk memastikan bahwa data perolehan suara benar-benar valid. Validitas data di TPS dengan teknik sampling yang tepat adalah kunci untuk mendapatkan hasil quick count yang akurat.

Jadi, cerita tentang pengalaman Saya ketika menjadi koordinator wilayah dalam quick count Pileg dan Pilpres 2014 merupakan bagian dari desain besar Litbang Kompas untuk menjadi salah satu lembaga penyelenggara quick count yang kredibel, independen, dan terpercaya. Kunci untuk mewujudkan jati diri tersebut adalah akurasi. Dan itu terbukti ketika Litbang Kompas bisa mengumumkan hasil hitung cepatnya lebih cepat dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Depok, 27 Februari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun