Menjelajahi Wilayah TPS
Tugas utama seorang koordinator wilayah (korwil) adalah memastikan semua TPS yang menjadi sampel bisa dijangkau dan memiliki akses telekomunikasi seberapa pun jauhnya dari pusat kota. Korwil harus memverifikasi keberadaan TPS yang divalidasi secara faktual oleh interviewer kepada korlap dan korda. Validasi faktual tersebut adalah laporan tentang identitas TPS dan kondisi daerah yang dikirim dalam bentuk short message service (SMS) kepada pusat kontrol data di Jakarta. Untuk daerah-daerah remote (pedalaman) korwil harus mendatangi langsung untuk memvalidasi identitas TPS terpilih sekaligus merekrut warga lokal sebagai informan lokal atau interviewer mandiri. Mereka juga diwajibkan untuk mengirimkan data diri dan data TPS sebagai bukti validasi faktual.
Saya sendiri mendapat tugas sebagai korwil untuk wilayah provinsi Sulawesi Tenggara. Jumlah TPS yang menjadi sampel di sini sekitar 19 TPS yang menyebar dari Kabupaten Wakatobi hingga Kolaka Utara. Dari 19 TPS tersebut, 5 titik termasuk kategori daerah remote (pedalaman) yang harus ditangani oleh informan lokal, sementara 14 titik lainnya berada di dalam jangkauan interviewer reguler (mahasiswa).
Dari titik sebarannya, sampel TPS di Sulawesi Tenggara ini relatif merata untuk wilayah daratan (Pulau Sulawesi) dan wilayah kepulauan yaitu Wakatobi, Pulau Buton, dan Pulau Muna. Untuk menangani ke-19 titik TPS tersebut, saya merekrut dua korlap berdasarkan karakteristik wilayahnya yaitu daratan dan kepulauan. Secara kebetulan juga, wilayah daratan lebih banyak berada dari Kota Kendari ke utara, yaitu Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka Utara. Sedangkan wilayah kepulauan berada di sebelah selatan, yaitu Kabupaten Muna (Pulau Muna), Kabupaten Buton (Pulau Buton), dan Kabupaten Wakatobi (Pulau Wangi-wangi). Korlap di kepulauan ini juga saya tugaskan untuk mengoordinir interviewer di wilayah daratan bagian selatan, yaitu Kabupaten Bombana. Pusat kendali korlap bagian utara adalah Kota Kendari, sementara korlap kepulauan di Kota Baubau (Pulau Buton).
Saya sendiri sebagai korwil selain tetap memantau pekerjaan korlap, saya juga harus menjelajahi 5 titik TPS di daerah pedalaman yang ada di Wangi-wangi, Buton, Muna, Bombana, dan Kolaka Utara. Perjalanan ke titik-titik TPS tersebut membawa misi membawa misi rekrut informan lokal dan memastikan adanya akses jaringan komunikasi. Mengingat karakter wilayah Sulawesi Tenggara yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil di sekitarnya juga memengaruh pilihan saya dalam menggunakan alat transport untuk menjangkau titik sampel TPS.
Daerah pertama yang Saya kunjungi dalam misi pertama ini adalah Pulau Wangi-wangi yang ada di Kabupaten Wakatobi. Perjalanan kali ini merupakan kunjungan pertama saya ke daerah yang terkenal karena keindahan alamnya. Saya menggunakan Wings Air dari Bandara Halu Oleo Kendari dengan tujuan Bandara Matahora yang berada di Pulau Wangi-wangi. Orang lokal sering menyebut pulau ini dengan nama Wanci. Wangi-wangi atau Wanci ini merupakan pulau terbesar dari nama 4 pulau yang menjadi elemen Kabupaten Wakatobi ini (Wangi-wangi, Kaledupa, Tomiya, dan Binongko).
Ketika memilih daerah ini untuk dijelajahi, bayangan Saya adalah kesempatan untuk menikmati keindahan pulaunya yang sudah termahsyur sebagai salah satu taman nasional. Kalau waktunya sempit, paling tidak bisa berenang sambil snorkeling di sekitar perairan yang masih biru. Bayangan tersebut buyar lantaran pekerjaan sangat padat meskipun tugas Saya hanya memberikan briefing kepada satu interviewer.
Persoalannya, akses transportasi dengan pesawat untuk keluar dari pulau ini sangat terbatas. Penerbangan ke Wakatobi tidak rutin setiap hari. Hanya dua atau tiga hari seminggu. Selebihnya, kalau warga mau ke Baubau atau Kendari harus menggunakan kapal laut atau kapal feri. Karena waktunya sangat terbatas agenda berenang pun dibatalkan karena keberangkatan kapal dari pelabuhan Wanci ini juga hanya sekali dalam sehari. Kalau terlambat naik kapal, agenda kerja akan tertunda satu sampai dua hari lamanya.
Sebagai ganti dari renang, Saya hanya bisa menikmati angin laut dari atas restoran apung yang memiliki kolam yang berisi ikan laut yang menunggu makanan dari pengunjung restoran. Itu pun bisa dinikmati ketika makan siang bersama tamu-tamu yang lain.