Melansir berita dari katadata.co.id edisi 30 Januari 2024, terdapat 8 lembaga survei yang merilis hasil survei elektabilitas yang pelaksanaan surveinya berlangsung antar awal Januari hingga pekan ketiga Januari 2024.
Dari 8 lembaga survei tersebut, tiga lembaga sudah memprediksi elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran di atas 50 persen. Indonesia Survey Center (ISC) misalnya. Dari data survei yang dirilis, Prabowo-Gibran sudah mencapai elektabilitas di angka 52 persen. Sementara Economics & Political Insight (EPI) Center mencatat elektabilitasnya sebesar 50,2 persen, dan Survey & Polling Indonesia (SPIN) sebesar 50,9 persen.
Artinya, hingga awal Februari sudah ada 9 lembaga lembaga survei yang telah memastikan elektabilitas Prabowo-Gibran berada di posisi paling memungkinkan untuk memenangi pilpres satu putaran dengan perolehan suara di atas syarat minimal 50 persen plus satu. Sementara lembaga-lembaga survei yang lain masih mencatat elektabilitas pasangan ini berada di antara 42 persen hingga 49 persen.
Sebaliknya, jargon "Pilpres Dua Putaran" juga berkutat pada data survei yang mengindikasikan pergerakan elektabilitas Prabowo-Gibran yang mandek dan sulit untuk menembus angka 50 persen. Data elektabilitas yang dinarasikan sebagai suara dukungan yang sudah mentok di bawah 30 persen ini menjadi pintu masuk untuk menggaungkan jargon Pilpres Dua Putaran.
Akibat jargon ini, rival paslon nomor urut 2 bekerja mati-matian bukan lagi untuk mengejar ketertinggalan elektabilitasnya melainkan untuk bisa menempati posisi kedua sehingga bisa lolos ke putaran kedua.
Dengan logika demikian, jika melihat data dari semua hasil survei, paslon yang paling potensial lolos ke putaran kedua adalah Anies-Muhaimin karena elektabilitasnya selama ini konsisten di tempat kedua dengan margin of error yang signifikan.
Polarisasi jargon "Menang Satu Putaran" dengan "Pilpres Dua Putaran" adalah bingkai data yang dibuat oleh masing-masing pendukung capres untuk meraih kemenangan berdasarkan data elektabilitas yang diperoleh.Â
Prabowo-Gibran yang sedang di atas angin sekarang memanfaatkan data elektabilitas yang terus meningkat sebagai dasar optimisme bisa menang satu putaran.
Sebaliknya, lawannya justru berusaha untuk menghambat laju elektabilitas agar tidak menyentuh ambang batas kemenangan sehingga bisa mengubah penyelenggaraan pilpres menjadi dua putaran.
#2. Kredibilitas Data dan Lembaga Survei