Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Elektabilitas Capres dalam Bingkai Data Survei

4 Februari 2024   07:10 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:47 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elektabilitas Capres Dalam Bingkai Data Survei

oleh: Sultani

Sepuluh hari menjelang hari Pemilihan Presiden, publik terus digempur dengan pemberitaan media tentang data hasil survei tingkat elektabilitas tiga calon presiden yang berkontestasi. Tanggal 30-31 Januari hingga awal Februari 2024 tercatat, sejumlah media daring memublikasikan terus-menerus data-data elektabilitas yang dirilis oleh sejumlah lembaga survei secara bersamaan. Data survei yang dipublikasikan itu menjadi bahan untuk menggiring opini sekaligus membingkai preferensi publik terhadap para kandidat.

Sudah jadi rahasia umum bahwa pasangan calon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka merupakan kandidat yang selalu unggul dalam semua hasil survei dengan tingkat elektabilitas yang paling tinggi. 

Sementara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD selalu menempati posisi kedua dan ketiga dengan selisih yang tidak terlalu jauh. Itulah fakta yang ditunjukkan oleh pemberitaan media tersebut.

Perbedaan tingkat elektabilitas yang sangat mencolok antara paslon nomor urut 2 dengan paslon nomor urut 1 dan 3 menjadi bingkai data yang digunakan untuk memotret kelemahan lawan dalam rangka membuat strategi untuk memobilisasi dukungan yang lebih tinggi lagi hingga hari pemilihan tiba. 

Jargon "Menang Satu Putaran" yang digaungkan oleh kubu paslon Prabowo-Gibran, dan jargon "Pilpres Dua Putaran" yang digaungkan oleh kedua rivalnya merupakan bingkai data yang diwujudkan dalam rupa militansi dukungan untuk memenangkan atau mengalahkan jagoan masing-masing.

Sumber: Viva.co.id
Sumber: Viva.co.id

Munculnya jargon "Menang Satu Putaran" dan "Pilpres Dua Putaran" adalah efek dari data survei yang digunakan untuk membingkai elektabilitas capres sebagai kunci strategis untuk mencapai kemenangan. 

Kubu Prabowo yang "data-driven" sangat percaya diri bisa menang satu putaran, sementara kubu lawannya yang "data-well informed" percaya bahwa Prabowo-Gibran bisa dikalahkan kalau Pilpres berlangsung dua putaran. Dengan kata lain, elektabilitas capres dalam bingkai data survei teraktualisasi melalui dua jargon yang saling berlawanan dan tarik-menarik untuk mencapai kutub kemenangan.

Data survei dalam pilpres kali ini telah membingkai elektabilitas capres menjadi polarisasi kekuatan pro kemenangan capres dengan elektabilitas paling tinggi dengan kubu antitesisnya. 

Polarisasi ini semakin seru tatkala muncul indikasi adanya keberpihakan dari penguasa terhadap salah satu capres. Munculnya kritik terbuka oleh pegiat demokrasi dan pemilu jurdil yang disusul dengan deklarasi terbuka kaum cendekiawan yang dimotori oleh beberapa kampus di Indonesia adalah bentuk keprihatinan terhadap indikasi keberpihakan pemerintah tersebut.

Berikut ini beberapa isu yang Saya cermati terkait dengan elektabilitas capres dalam bingkai data survei:

#1. Polarisasi Jargon Capres

Jargon "Menang Satu Putaran" berangkat dari fenomena hasil survei yang dirilis secara masif dengan kemenangan telak untuk kubu paslon nomor urut 2. Pergerakan elektabilitas yang terjadi secara konsisten dari waktu ke waktu dipercaya bisa mencapai target syarat minimal untuk menang pilpres, yaitu mengantongi perolehan suara sebesar 50 persen plus satu (50% + 1). Data survei yang dikeluarkan oleh lembaga survei apa pun menjadi pedoman bagi kubu Prabowo-Gibran merancang strategi untuk memenangi pilpres hanya satu putaran.

Dilansir dari Tribunkaltim.co.id, per 3 Februari elektabilitas paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran sudah tembus 50 persen plus satu. Ada 6 lembaga survei yang sudah memastikan dengan data surveinya masing-masing bahwa Prabowo-Gibran sangat potensial untuk menang satu putaran, karena angka elektabilitasnya sudah di atas 50 persen. Keenam lembaga survei tersebut adalah: LSI Denny JA, Data Riset Analitika, Indonesia Development Monitoring (IDM), Point Indonesia, Skala Data Indonesia, dan Political Weather Station (PWS).

LSI Denny JA yang merilis hasil surveinya pada 30 Januari 2023 menempatkan Prabowo-Gibran sebagai paslon terunggul dengan tingkat elektabilitas sebesar 50,7 persen. 

Sementara dua lawan dari paslon ini hanya mencetak elektabilitas di angka 20-an persen. Lembaga survei Data Riset Analitika yang merilis hasil survei pada 30 Januari 2023 mencatat tingkat elektabilitas paslon nomor urut 2 yang lebih tinggi yaitu 51,7 persen.

Indonesia Development Monitoring (IDM) menjadi lembaga survei yang menempatkan tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran paling tinggi selama ini. Melalui rilis hasil survei pada 31 Januari 2023, IDM mencatat tingkat elektabilitas paslon ini sebesar 57,1 persen. 

Sementara lembaga survei Point Indonesia yang juga merilis hasil surveinya pada hari yang sama menempatkan elektabilitas Prabowo-Gibran di angka 52,9 persen. 

Lembaga survei lain yang tren elektabilitasnya juga setingkat adalah Political Weather Station (PWS). Dari rilis data elektabilitas capres pada 26 Januari 2023, lembaga survei ini mencatat elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra dengan pasangannya sebesar 52,9 persen.

Sumber: rmol.id
Sumber: rmol.id

Melansir berita dari katadata.co.id edisi 30 Januari 2024, terdapat 8 lembaga survei yang merilis hasil survei elektabilitas yang pelaksanaan surveinya berlangsung antar awal Januari hingga pekan ketiga Januari 2024.

Dari 8 lembaga survei tersebut, tiga lembaga sudah memprediksi elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran di atas 50 persen. Indonesia Survey Center (ISC) misalnya. Dari data survei yang dirilis, Prabowo-Gibran sudah mencapai elektabilitas di angka 52 persen. Sementara Economics & Political Insight (EPI) Center mencatat elektabilitasnya sebesar 50,2 persen, dan Survey & Polling Indonesia (SPIN) sebesar 50,9 persen.

Artinya, hingga awal Februari sudah ada 9 lembaga lembaga survei yang telah memastikan elektabilitas Prabowo-Gibran berada di posisi paling memungkinkan untuk memenangi pilpres satu putaran dengan perolehan suara di atas syarat minimal 50 persen plus satu. Sementara lembaga-lembaga survei yang lain masih mencatat elektabilitas pasangan ini berada di antara 42 persen hingga 49 persen.

Sebaliknya, jargon "Pilpres Dua Putaran" juga berkutat pada data survei yang mengindikasikan pergerakan elektabilitas Prabowo-Gibran yang mandek dan sulit untuk menembus angka 50 persen. Data elektabilitas yang dinarasikan sebagai suara dukungan yang sudah mentok di bawah 30 persen ini menjadi pintu masuk untuk menggaungkan jargon Pilpres Dua Putaran.

Akibat jargon ini, rival paslon nomor urut 2 bekerja mati-matian bukan lagi untuk mengejar ketertinggalan elektabilitasnya melainkan untuk bisa menempati posisi kedua sehingga bisa lolos ke putaran kedua.

Dengan logika demikian, jika melihat data dari semua hasil survei, paslon yang paling potensial lolos ke putaran kedua adalah Anies-Muhaimin karena elektabilitasnya selama ini konsisten di tempat kedua dengan margin of error yang signifikan.

Polarisasi jargon "Menang Satu Putaran" dengan "Pilpres Dua Putaran" adalah bingkai data yang dibuat oleh masing-masing pendukung capres untuk meraih kemenangan berdasarkan data elektabilitas yang diperoleh. 

Prabowo-Gibran yang sedang di atas angin sekarang memanfaatkan data elektabilitas yang terus meningkat sebagai dasar optimisme bisa menang satu putaran.

Sebaliknya, lawannya justru berusaha untuk menghambat laju elektabilitas agar tidak menyentuh ambang batas kemenangan sehingga bisa mengubah penyelenggaraan pilpres menjadi dua putaran.

#2. Kredibilitas Data dan Lembaga Survei

Informasi tentang peluang kemenangan para capres selama hanya bisa dilakukan dengan menggunakan data survei yang dihasilkan oleh lembaga survei. Pergerakan elektabilitas kandidat sudah bisa dipantau sejak para tokoh masih dalam proses bursa capres hingga resmi menjadi capres.

Sejak Pilpres 2009 tren survei elektabilitas capres mulai digunakan oleh partai politik dan sejumlah elit politik dalam rangka memantau tingkat keterpilihan mereka sebagai capres. 

Lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia, Poltracking, Indikator, dan Charta Politika merupakan aktor-aktor yang sangat berperan dalam membangun reputasi survei politik berbasis data statistik. Semakin ke sini, popularitas survei elektabilitas semakin tinggi seiring dengan munculnay kebutuhan para elite politik memanfaatkan survei sebagai metode untuk mengukur potensi mereka menjadi pemimpin nasional.

Lembaga-lembaga tersebut secara konsisten muncul dalam momentum kontestasi politik yaitu pemilihan kepala daerah, pemilihan presiden, hingga pemilihan caleg. Mereka juga memiliki reputasi yang bagus dalam memprediksi hasil pilpres dan pemilu secara akurat dari data yang dihasilkan. 

Reputasi tersebut tetap terjaga karena setiap survei dikerjakan berdasarkan kaidah-kaidah dalam survei opini publik. Data yang dihasilkan pun memiliki kredibilitas yang tinggi karena diperoleh secara obyektif, independen, dan akurat.

Sumber: rakyatsulsel.fajar.co.id
Sumber: rakyatsulsel.fajar.co.id

Terkait dengan kredibilitas data, isu yang perlu dieksplorasi dalam survei elektabilitas capres ini adalah soal akurasi data. Ada beberapa elemen kunci yang signifikan pengaruhnya terhadap akurasi data. Elemen-elemen tersebut antara lain:

Metode Survei

Metode survei adalah metode yang sengaja digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan menggunakan pertanyaan lisan serta tulisan (kuesioner). Metode ini sebenarnya merupakan proses, teknik atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi penelitian dengan mengajukan pertanyaan responden. Proses pengumpulan datanya sendiri menggunakan sampel dari populasi tertentu.

Sampel dalam survei elektabilitas capres merupakan isu penting dalam metode survei karena menyangkut ukuran atau besaran sampel dan teknik penarikan sampel (sampling). Ukuran sampel merupakan salah satu kunci akurasi data karena merupakan jumlah subjek yang diperlukan untuk memprediksi karakteristik populasi.

Data elektabilitas dari semua lembaga survei yang telah dirilis hasilnya menggunakan ukuran sampel (sample size) yang berbeda-beda, dari 1200 responden hingga 2178 responden. Lembaga survei dengan ukuran sampel minimal 2000 adalah: Survey & Polling Indonesia (SPIN) dan Ipsos Public Affairs. 

Sedangkan untuk ukuran sampel antara 1.500 hingga 2000 responden digunakan oleh Laboratorium Psikologi Politik UI dan Indonesia Survey Center (ISC). Sisanya menggunakan ukuran sampel 1.200 responden. Di antaranya adalah Lembaga Survei Indonesia (LSI), Poltracking, dan Indikator.

Dengan ukuran sampel yang bervariasi, margin of error dari data yang dikumpulkan pun bervariasi. Semakin besar ukuran sampel semakin kecil margin of error yang menunjukkan akurasi data semakin tinggi. Lembaga survei SPIN dengan ukuran sampel 2.178 responden menghasilkan margin of error sebesar 2,1 persen. Laboratorium Psikologi Politik UI dengan ukuran sampel 1.810 responden mempunyai margin of error sebesar 2,3 persen. 

Sementara lembaga survei yang menggunakan ukuran sampel 1.200 responden, seperti Charta Politika, Polling Institute, LSI, EPI Center, dan Indikator Politik margin of errornya paling tinggi, yaitu 2,9 persen.

Meski memiliki rentang margin of error yang bervariasi dari 2,1-2,9 persen, data elektabilitas yang dihasilkan masih terbilang akurat. Karena semua lembaga survei menggunakan batas tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen. Artinya, semua data yang dihasilkan dari sampel yang didapat lembaga-lembaga survei bisa dipercaya sebagai kebenaran sebesar 95 persen. Tolerir terhadap kesalahan dalam penarikan sampel hanya 5 persen.

Ukuran sampel ini berkaitan dengan teknik penarikan sampel (sampling) sebagai proses seleksi elemen-elemen dari populasi yang hendak diteliti dalam rangka membuat generalisasi. Teknik sampling lembaga survei untuk menghasilkan sampel yang akurat juga berbeda-beda. Namun, semuanya menggunakan teknik random sampling, mulai dari simple random sampling, stratified random sampling, atau multi stage random sampling.

Laboratorium Psikologi Politik UI merupakan salah satu lembaga survei yang ikut melakukan survei elektabilitas capres dengan menggunakan multistage random sampling untuk menarik 1.810 responden yang menjadi sampel survei. 

Selain itu, Charta Politika, Lembaga Survei Indonesia (LSI), Economics & Political Insight (EPI) Center, dan Data Riset Analitika juga menggunakan teknik penarikan sampel yang sama, yaitu multistage random sampling. Sementara Indikator Politik Indonesia menggunakan stratified random sampling dalam memilih 1200 responden sampelnya.

Komponen terakhir dari metode survei yang ikut menentukan akurasi data adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat keterpilihan capres dari masyarakat. Metode pengumpulan data merujuk pada penggunaan metode wawancara langsung, telepon, atau daring sebagai media untuk mengumpulkan informasi yang diteliti.

Lembaga-lembaga survei yang menggunakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara langsung atau tatap muka adalah Charta Politika, Data Riset Analitika, LSI Denny JA, dan Sementara yang menggunakan metode pengumpulan data dengan telepon adalah Polling Institute dan Indonesia Survey Center (ISC). Sementara lembaga survei yang pengumpulan datanya dilakukan secara daring adalah Laboratorium Psikologi Politik UI. Lembaga ini menyebutkan metode pengumpulan datanya dilakukan secara tatap muka dengan pengisian menggunakan mobile apps.

Elemen Teknis

Elemen teknis dalam survei mencakup banyak aspek yaitu desain kuesioner, pengolahan data, waktu pelaksanaan survei, perilaku responden, dan perubahan opini. Kuesioner yang baik didesain dengan pertanyaan yang jelas dan netral tanpa adanya bias yang dapat memengaruhi jawaban responden.

 Ragam pertanyaan harus bisa memberikan gambaran yang lengkap tentang topik survei. Penggunaan statistik yang tepat dalam pengolahan data dapat meningkatkan akurasi hasil. Margin of error dan tingkat kepercayaan sering digunakan untuk memberikan gambaran seberapa akurat data tersebut.

#3. Narasi Kemenangan Total 

Salah satu fenomena yang sangat menyolok dalam wacana elektabilitas capres sekarang adalah publikasi yang sangat gencar melalui media (terutama media daring) terkait perolehan elektabilitas yang terus menanjak pada pasangan Prabowo-Gibran. Selain gencar, publikasi tersebut juga cukup masif karena diamplifikasi secara berulang-ulang melalui akun-akun media sosial pendukung.

Tren publikasi data secara masif melalui media --terutama media daring---ini lalu melahirkan narasi menang total untuk paslon nomor urut 2. Narasi ini bukan omong kosong, apalagi mustahil. 

Data survei adalah instrumen prediktor paling akurat untuk membaca peluang kemenangan pada Pilpres 2024. Salah satu tumpuan kemenangan yang terkuat saat ini adalah pengaruh dari sosok Presiden Joko Widodo yang memiliki totalitas dukungan rakyat paling kuat di negeri ini.

Ke mana suara Jokowi berlabuh, ke sanalah suara pendukungnya bergerak. Ke mana Jokowi mengarahkan jari telunjuknya, ke situlah para pendukungnya akan ikut. Kekuatan pengaruh sosok Jokowi ini adalah jaminan kemenangan, sehingga narasi kemenangan total bukanlah isapan jempol belaka jika suara mantan Walikota Solo ini sudah bertitah tentang capres yang didukungnya.

Narasi kemenangan total ini juga masih membutuhkan dukungan faktual untuk meraup suara pendukung Jokowi semaksimal mungkin. Salah satu dukungan faktual tersebut adalah data elektabilitas capres yang diperoleh melalui survei. Untuk memastikan bahwa dukungan mayoritas pemilih terhadap Prabowo-Gibran adalah realitas politik yang nyata, diperlukan data-data yang relevan dari lembaga survei yang kredibel.

Dalam konteks pilpres, data elektabilitas capres merupakan realitas politik tentang pertarungan pengaruh para kandidat untuk memenangi pilihan rakyat. Karena itulah data elektabilitas harus dipublikasikan sebagai bagian dari kampanye politik. 

Persoalannya, publikasi yang dilakukan secara masif dan gencar secara bersamaan sangat rentan terhadap adanya kecurigaan rekayasa di balik narasi kemenangan total.Kecurigaan ini cukup beralasan karena gempuran data elektabilitas capres kepada publik dari berbagai lembaga survei yang menunjukkan potensi kemenangan Prabowo-Gibran digaungkan bersamaan dengan dukungan Jokowi terhadap paslon nomor urut 2.

Sumber: Jawapos.com
Sumber: Jawapos.com

Merunut pada pemberitaan tentang rilis data elektabilitas, mayoritas lembaga survei memublikasikan hasil surveinya pada 30 dan 31 Januari 2024. Lembaga survei Indonesia Development Monitoring (IDM), Point Indonesia, Data Riset Analitika, dan LSI Deny JA merilis hasil surveinya dalam periode 2 hari tersebut. Semua hasil rilis data survei tersebut menempatkan elektabilitas Prabowo-Gibran di atas 50 persen. Untuk diketahui, periode pelaksanaan survei keempat lembaga tersebut dilakukan antara tanggal 16-28 Januari 2024.

Sementara Political Weather Station (PWS), Skala Data Indonesia, Poling Institute membuat rilis hasil survei pada 26 Januari. Dari tiga lembaga survei tersebut, hanya PWS yang mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran di angka 52,3 persen. Sementara di dua lembaga survei lainnya, elektabilitas paslon ini masih berada di angka 47 persen dan 48 persen.

Tiga lembaga survei ternama, yaitu Lembaga Survei Indonesia (LSI), Charta Politika, dan Indikator Politik telah merilis data elektabilitasnya pada 20 dan 21 Januari. LSI dan Indikator Politik mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 47 dan 48 persen, sementara Charta Politika hanya 42 persen. Periode survei ketiga lembaga ini berlangsung dari 11-16 Januari 2024.

Hasil survei tentang elektabilitas yang membuka peluang kemenangan untuk Prabowo-Gibran menjadi amunisi yang efektif untuk menembakkan narasi kemenangan total terhadap dua kompetitornya, yaitu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Narasi tersebut semakin jelas relevansinya setelah indikasi dukungan Jokowi terhadap paslon ini semakin nyata.

#3. Gerakan Salam 4 Jari

Gerakan Salam 4 Jari adalah kekuatan baru yang sedang dipersiapkan oleh dua kubu capres yang menjadi rival politik pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kalau Pilpres berlangsung dua putaran. 

Gerakan yang dimotori oleh relawan dan pendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD bertujuan untuk menyatukan kedua kubu ini menjadi sebuah poros politik baru dalam pilpres nanti. Gerakan 4 Jari sendiri mengacu pada penggabungan nomor urut kedua paslon ini, yaitu 1 ditambah 3.

Wacana penyatuan kedua kubu lawan ini sudah digaungkan sejak awal tahun 2024 sebagai perlawanan terhadap tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran yang semakin sulit disusul. 

Saat ini kubu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sedang berusaha mati-matian untuk menahan laju elektabilitas lawan mereka di angka 40-an persen agar pilpres bisa berlangsung dua putatan sesuai rencana mereka. Ketika rencana tersebut terwujud, Gerakan 4 Jari dengan sendirinya akan terwujud dalam rangka mengalahkan paslon yang didukung oleh Presiden Joko Widodo dan jajaran pemerintahannya.

Lahirnya Gerakan Salam 4 Jari ini merupakan efek lanjutan dari jargon "Pilpres Dua Putaran" yang sudah menggema sejak akhir tahun 2023 yang diusung oleh kubu lawan dari Prabowo-Gibran.

Gerakan ini terbingkai oleh gempuran data survei elektabilitas capres yang menempatkan Prabowo-Gibran sebagai paslon yang diunggulkan untuk menang satu putaran.

Peluang kemenangan yang semakin terbuka melalui data survei elektabilitas yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan sulit dibendung jika paslon nomor urut 1 dan 3 tidak bersatu. Kekhawatiran terhadap data survei yang dituduh "memihak" kepada paslon nomor urut 2 inilah yang mempercepat penyatuan kubu paslon nomor urut 1 dan 3 dalam satu wadah yang dimanifestasikan menjadi Gerakan Salam 4 Jari.

Sumber: Solopos.com
Sumber: Solopos.com

Mobilisasi data survei melalui publikasi hasil survei dari lembaga-lembaga survei bukanlah isu baru dalam pelaksanaan pilpres di negara ini. Sejak Pemilu 2004 ketika aturan pemilihan langsung diberlakukan dalam kontestasi politik mobilisasi data survei sudah menjadi bagian dari pelaksanaan pilpres, pilkada, dan pemilu.

Data survei di satu sisi bisa menjadi alat kontrol terhadap transparansi Komisi Pemilihan Umum dalam menentukan hasil akhir pemilihan. Akan tetapi, data juga bisa menjadi alat untuk mengontrol kekuatan dukungan lawan politik sekaligus membingkai kemenangan sejak dini.

Depok, 4 Februari 2024
(Tepat 10 hari menuju Pilpres 2024)

***

REFERENSI:

  • Tribunkaltim.co.id, Terbaru 10 Hasil Survei Capres 2024,Elektabilitas Prabowo 50 Persen di 5 Survei, Anies dan Ganjar?, 3/2/2024
    Tribunmanado.co.id, Tiga Survei Pilpres 2024 Akhir Januari: Kian Mantap Pemilih Anies-Prabowo-Ganjar,Tembus 57 Persen, 1/2/2024
    Katadata.co.id, 10 Hasil Survei Capres Terbaru Jelang Debat, Begini Peta Elektabilitas, 30/1/2024
    TribunKaltim.co, Capres 02 Prabowo Klaim Menang 1 Putaran All Survei,Cek 8 Hasil Survei Capres Terbaru Januari 2024, 30/1/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun