Secara umum panggung debat Capres 2024 putaran kedua dipenuhi dengan adu gagasan yang berlangsung dalam suasana panas karena dipengaruhi suasana debat yang emosional. Prabowo adalah sosok capres yang memicu situasi emosional karena terpancing dengan selentingan, pernyataan, pertanyaan atau sanggahan dari capres lain. Mengapa Prabowo begitu emosional sehingga mengeluarkan pernyataan yang justru menjadi blunder untuk dirinya sendiri?
Di sinilah konteks kekinian Prabowo sebagai Menteri Pertahanan sangat dominan memengaruhi penampilannya ketika berhadapan dengan dua rivalnya di atas panggung debat. Prabowo terlihat sekali berusaha untuk menampilkan profesionalitasnya sebagai orang nomor satu di bidang pertahanan negara dalam menanggapi serangan-serangan dari kedua lawan politiknya. Prabowo memang kesulitan untuk memberi jawaban secara gamblang karena jabatannya tersebut.
Padahal, di sisi lain Prabowo juga tahu bahwa apa yang dikritik oleh Anies Baswedan maupun Ganjar Pranowo terkait sistem pertahanan negara saat ini memiliki dasar argumen yang kuat. Sayangnya, Prabowo tidak memiliki keterampilan retorika yang baik untuk memberikan tanggapan yang diplomatis dan elegan kepada publik. Alih-alih menjawab kritikan dengan elegan, Prabowo malah mengkounter kritikan lawannya dengan pernyataan yang terkesan ingin menutupi 'kebobrokan" sistem pertahanan negara ini. Keinginan Prabowo untuk menghindar dari serangan-serangan lawannya dibalas dengan gimik-gimik yang kurang simpatik.
Contohnya ketika Prabowo menjawab sanggahan capres nomor urut 1 Anies Baswedan terhadap pertanyaan panelis tentang strategi paslon untuk menyusun peta jalan yang lebih konkret dalam memperkuat kerjasama Selatan-Selatan. Alih-alih menjawab secara gamblang, Prabowo malah menunjukkan gimik yang mengekspresikan rasa tidak senangnya terhadap tanggapan Anies.
"Saya kok banyak setuju ya dengan Pak Ganjar ya. Kalau, kalau, kalau benar, masuk akal Saya setuju. Kalau ngomong, ngomong, ngomong, ya kumaha", kata Prabowo ketika membuka tanggapannya. Gimik tersebut ditunjukkan untuk menyindir Anies yang dianggap sebagai sosok capres yang hanya pintar berbicara atau ngomong, ngomong, ngomong saja. Dari gimik ini suasana debat kemudian bergulir dalam suasana yang tidak kondusif karena banyak terjebak dalam situasi emosional ketimbang berdebat secara rasional.
Latar belakang Prabowo sebagai tentara juga berkontribusi terhadap performa dan pardigma berpikirnya dalam menyampaikan gagasan di debat kali ini. Sebagai tentara dengan segudang pengalaman tempur dan karier yang gemilang, paradigma Prabowo tentang sistem pertahanan dan keamanan negara tidak lepas dari peran militer dan sistem alutsista yang mumpuni. Paradigma ini tampak sekali mendominasi retorika Prabowo dalam menggambarkan narasi kebangsaannya yang mengandalkan kekuatan militer dan persenjataan untuk menjadi negara yang kuat dan disegani dunia.
Kombinasi antara latar belakang kemiliteran dan jabatannya sebagai Menteri Pertahanan sekarang seharusnya menjadi kekuatan Prabowo untuk mempromosikan paradigma kemiliterannya secara riil melalui kebijakan-kebijakannya di Kementerian Pertahanan. Sayangnya, kekuatan tersebut tidak muncul sehingga membuka peluang untuk diserang secara bergantian oleh Anies dan Ganjar.TNI dan Polri yang kurang diperhatikan, hingga jebolnya sistem pertahanan dan keamanan oleh hacker dan keterlibatan Kemenhan dalam mega proyek Food Estate, dengan sendirinya muncul sebagai bahan untuk mengkritik Prabowo Subianto. Menghadapi serangan kritik yang bertubi-tubi dari kedua lawannya, Prabowo memilih untuk mempertahankan prinsipnya yaitu mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI dengan dukungan alutsista yang fungsional. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Prabowo juga berusaha untuk menyerang balik kritik kedua lawannya tersebut dengan narasi data yang digunakan untuk mengkritik dirinya banyak yang keliru.
Persoalan-persoalan klasik dalam sistem pertahanan negara seperti pembelian alutsista bekas terutama pesawat dan kapal perang, mekanisme pengadaan alutsista yang tidak transparan, isu kesejahteraan prajuritSatu hal yang sudah pasti terjadi pada diri Prabowo Subianto dalam debat kali ini adalah perubahan yang drastis dalam performa debatnya dibanding dengan dua pilpres sebelumnya. Perubahan tersebut terlihat dari gaya retorikanya yang proporsional, cenderung membela pemerintah terutama Jokowi, dan lebih "gemoy". Cara pandang Prabowo terhadap isu-isu internasional dan masalah pertahanan kali ini sungguh berbeda sekali dengan sikap kritis dan emosional yang pernah ditunjukkan ketika menjadi lawan politik Capres Petahana Presiden Joko Widodo dalam debat Capres 2019.
 # Debat Capres 2019Â
Agenda debat Capres 2019 yang mengedepankan tema serupa dengan debat capres 2024 yang kedua muncul pada putaran ke-4 yang diselenggarakan pada 30 Maret 2019. Debat capres yang menghadirkan Prabowo dan Joko Widodo ini mengangkat tema tentang hubungan internasional dan pertahanan keamanan.