Kesadaran Berbangsa
Efek dari penggunaan aksara Latin pada masa kolonialisme ini adalah bangkitnya kesadaran kaum terpelajar di Hindia Belanda untuk bersikap kritis terhadap sistem kolonial melalui media, tulisan, dan orasi.Â
Tradisi literasi masyarakat kepulauan Nusantara saat itu yang terikat pada semangat perjuangan melawan penjajah membuat para intelektual berjuang dengan karya tulis mereka. Sehingga karya-karya seperti buku dan tulisan-tulisan yang bisa menyulut semangat perjuangan  menjadi puncak dari hasil pembelajaran seseorang.
Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 merupakan puncak dari semangat untuk menyatukan seluruh bahasa yang beragam di Nusantara menjadi bahasa Indonesia.Â
Semua pemuda sebagai komponen penggerak perjuangan ini menyatakan kebulatan tekad mereka untuk menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Kebulatan tekad ini menemukan momentumnya dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo.
Dalam forum ini muncul keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophujsen yang dinilai tidak sesuai dengan semangat menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Persatuan, karena masih memakai sistem ejaan bahasa Belanda.Â
Keinginan tersebut baru terwujud dua tahun setelah Indonesia merdeka tepatnya pada 15 April 1957 melalui Putusan Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan, tentang perubahan ejaan baru yaitu Ejaan Soewandi.
Ejaan Soewandi merupakan sistem baca tulis pertama yang membawa kedaulatan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi negara dan rakyat di seluruh Nusantara. Ejaan ini menjadi pelopor dalam meletakkan tradisi literasi yang berbasis pada semangat persatuan bangsa. Ejaan Soewandi bersifat menyempurnakan Ejaan van Ophujsen untuk menulis Bahasa Indonesia menggunakan huruf Latin.
Bangsa Modern