Secara antropologis ada beberapa pandangan. Misalnya E.B. Taylor menyebut agama berkembang dari animisme, politeisme kemudian monoteisme. Sedangkan, James Frazer menyebut agama berkembang dari magis, dan dalam tahap akhir menjadi sains. Ada pula pandangan humanistik, menyebut bahwa beragama adalah pekerjaan pikiran karena manusia memiliki kehendak untuk percaya (will to believe).
Ambil contoh, ketika kita hendak bepergian naik kereta atau bus, kita harus percaya kepada masinis atau sopir. Bila kita berpikir saintifik, kita tidak akan naik transportasi umum karena kita tidak memahami sepenuhnya.
Dalam pandangan psikologi ada dua pendapat masyhur. Pertama, menyebut agama sebagai delusi ketidakdewasaan. Oleh karenanya disebut Sigmund Freud sebagai patologi dan negatif. Sedangkan, Carl G. Jung sepakat meyebutkanya ilusi permanen manusia namun itu bersifat normal dan positif.
William James menyebut bahwa beragama adalah momen ketika manusia sendiri. Dalam kesendiriannya tersebut ia terhubung dengan Yang Ilahiah.
Di dalam dimenisi sosiologis, Emile Durkheim misalnya menyebut bahwa dalam agama ada larangan dan perintah yang hasil akhirnya membuat penganutnya bersatu.
Sebuah komunitas yang disatukan oleh panduan moral tertentu ini menciptakan agama. Society makes religion.
Lain lagi Karl Marx yang menyebut beberapa orang yang melarikan diri dari dunia dengan beragama. Istilah terkenal Marx yaitu 'agama adalah candu'.
Pandangan ini berasal dari filsafat Feurbach dan pandangan determinis ekonomi Marx yang menganggap bahwa manusia teralienasi dari dirinya, hasil kerjanya, alam dan sekitarnya sehingga membutuhkan agama sebagai pelipur lara.
'Agama Tawhid' ala NDP
Dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI Bab I tentang Dasar-Dasar Kepercayaan, kita tidak cukup sekedar mengerti kenapa kita musti percaya.
Saya coba kutip NDP Bab I, paragraf ke 3:
Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Allah.