Kedua, analisa ini juga dapat mengarah pada diskusi tentang maskulinitas. Konsep maskulinitas tradisional sering kali mengedepankan kekuatan dan ketangguhan, sedangkan perawatan kulit dianggap sebagai tanda kelemahan. Namun, dengan adanya pergeseran budaya ini, banyak pria yang mulai menerima bahwa merawat diri adalah bagian dari tanggung jawab mereka terhadap kesehatan dan penampilan diri sendiri .Konsep maskulinitas tradisional yang kaku dan sempit mulai ditinggalkan. Maskulinitas modern lebih menekankan pada keberagaman, ekspresi diri, dan penerimaan diri.
Ketiga, dampak dari iklan dan promosi produk skincare yang terjadi pada beberapa tahun ini membuat masyarakat semakin peduli dengan perawatan diri. Iklan yang menampilkan pria dengan kulit bersih dan terawat tidak hanya menarik perhatian tetapi juga memberikan pesan bahwa perawatan diri adalah hal yang wajar dan dapat diterima. Banyak brand yang meluncurkan lini produk khusus untuk pria, dengan formulasi, tekstur, dan aroma yang disesuaikan dengan kebutuhan kulit pria.Mereka menggunakan bahasa dan visual yang relevan dengan target pasar pria, serta berkolaborasi dengan influencer dan media yang populer di kalangan pria.Hal ini berkontribusi pada normalisasi praktik skincare di kalangan pria.
Kutipan Teori Buku Teori Komunikasi Morissan
Dalam bukunya yang berjudul "Teori Komunikasi, Individu hingga Massa", Morissan menjelaskan bahwa media massa memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik dan mempengaruhi perilaku individu. Morissan berpendapat bahwa "media tidak hanya mencerminkan realitas sosial, tetapi juga membentuknya." Dalam konteks fenomena skincare pada pria, kita dapat melihat bagaimana media telah berperan dalam membentuk norma baru yang menganggap perawatan kulit sebagai bagian penting dari gaya hidup pria modern.
Morissan juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap audiens. Dalam hal ini, produsen produk skincare harus memahami demografi dan psikografi target pasar mereka. Melalui analisis yang mendalam terhadap audiens, mereka dapat menciptakan kampanye pemasaran yang lebih efektif dan relevan. Ini menunjukkan bahwa pergeseran budaya tidak hanya terjadi secara alami, tetapi juga merupakan hasil dari strategi komunikasi yang cermat.
Kesimpulan
Kajian media dan budaya menunjukkan bahwa pergeseran budaya tabu pria menggunakan skincare merupakan hasil dari interaksi kompleks antara representasi media, pengaruh budaya populer, perubahan norma sosial, dan perkembangan industri skincare pria.
Media berperan penting dalam menampilkan representasi maskulinitas yang lebih beragam dan inklusif. Budaya populer, melalui selebriti dan influencer, telah membantu menormalisasi penggunaan skincare oleh pria.
Perubahan norma sosial telah menciptakan lingkungan yang lebih menerima dan mendukung perawatan diri pria. Dan industri skincare pria telah merespons perubahan ini dengan menyediakan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pria. Semua faktor ini bekerja sama untuk menciptakan budaya di mana skincare bukan lagi hal yang tabu bagi pria, tetapi merupakan bagian normal dari rutinitas perawatan diri.
Pergeseran budaya skincare pada pria maskulin yang dahulu dianggap tabu mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam masyarakat kita. Pria kini semakin menyadari pentingnya merawat diri dan tidak lagi merasa tertekan oleh norma-norma gender yang kaku.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fenomena skincare pada pria maskulin mencerminkan perubahan besar dalam cara kita memandang maskulinitas dan perawatan diri.Dengan edukasi, akses produk yang mudah, dan kampanye inklusif, perawatan kulit untuk pria tidak lagi menjadi hal yang tabu atau anomali, melainkan bagian dari gaya hidup modern yang sehat dan berkualitas.