Mohon tunggu...
Sulistyawan Dibyo Suwarno
Sulistyawan Dibyo Suwarno Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

citizen jurnalis yang berkantor di rumah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialah Wibowo, Bocah Lelaki yang Ditelantarkan Ayahnya

9 September 2016   17:38 Diperbarui: 9 September 2016   17:42 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini Kisah  bocah lelaki bernama Wibowo, yang perawakannya sangat  gagah seperti patung polisi di depan  Toko Buku Gramedia, Yogyakarta.  

 Di  kota gudeg ini,  dia tinggal di sebuah kampung bersama adik perempuan dan ibunya yang lumpuh, karena suatu penyakit.   Sejak usia 7 tahun, Wibowo tak pernah lagi bertemu dengan ayahnya, karena ayahnya tak lagi pulang ke rumah . Kabar yang di dengarnya , ayahnya sudah menikah lagi  dengan seorang janda muda di Solo.  Karenanya, sejak itu Wibowo  terpaksa harus hidup prihatin bersama ibu dan adik perempuannya. 

  Karena ibunya tak mampu berjalan, Wibowo membantu ibunya bekerja. Setiap  berangkat sekolah ,  dia  mengantarkan jajan pasar yang dititipkan di warung terdekat. Sisa barang dagangan dan uang hasil jualan kue diambilnya setelah pulang sekolah.   Pada saat  dia dan adiknya sekolah, si ibu di rumah bekerja sebagai tukang jahit. Orderan jahit dari tetangga sekitar, cukup untuk menanggung biaya hidup keluarga ini, meskipun pas-pasan. 

 Menurut kabar burung, ayah Wibowo  adalah seorang pengusaha sukses . Jabatannya, Direktur di sebuah Dealer Mobil, dengan gaji ratusan juta per bulan.  Meski tahu ayah kandungnya orang yang sukses,  tak sekalipun Wibowo mencari ayahnya, karena ibunya mengajarkan bahwa sebagai seorang lelaki  harus mampu berdiri diatas kaki sendiri. " Jangan bergantung pada nama ayahmu. Kamu lelaki, kelak sendiri. " ujar sang ibu.  

 Wibowo mematuhi  pesan ibunya. Dia sama sekali tak pernah mencari sang ayah. Baginya ayahnya cukup tertera di KK , akta kelahiran dan surat nikah yang dimiliki ibunya. Kala rindu  dengan ayahnya, dia cukup memandanginya lewat foto-foto kenangan yang  mulai usang.  Sesekali, dia lihat wajah ayahnya muncul di televisi. Berjabatan dengan Gubernur, Bupati dan Menteri. Wibowo kecil selalu berteriak saat  wajah ayahnya muncul dilayar televisi, meski kemudian Wibowo buru-buru beranjak dari layar televisi ketika melihat reaksi wajah ibunya.

" Jangan terlalu dekat dengan layar tivi Wo. Nggak baik buat mata kamu. " ujar ibunya.

Kalau sudah begitu, Wibowo beringsut dari layar televisi. Dia tahu ibunya tak suka kalau dia terlalu reaktif ketika wajah ayahnya muncul di televisi. 

 Hari-hari berlalu. Wibowo tumbuh dalam sebuah keluarga yang  penuh dengan kesederhanaan. Tapi justru dalam lingkungan yang sederhana ini,  kepribadiannya terasah menjadi lelaki yang kuat.   Sampai suatu ketika , perusahaan sang ayah yang dulu sukses akhirnya  bangkrut. Lalu sang ayah kembali ke istri pertama dan meninggalkan istri ke duanya . Wibowo sudah tumbuh  dewasa  dan berprofesi sebagai seorang dosen teknik mesin saat si ayah kembali ke keluarga ini. 

 Bagaimana reaksi Wibowo ?  

Dengan besar hati Wibowo membuka hati. Dia terima sang ayah kembali kerumah. Tanpa dendam, tanpa kebencian.  Dia sambut kedatangan ayahnya dengan  banjir kerinduan dan lautan cinta yang selama puluhan tahun tertahan dalam dadanya. 

 "  Masya Allah Ayah.. Ini rumah ayah juga, meski selama ini ayah tak pernah mau tinggal di rumah ini dan tak pernah mau mengigat keluarga ini. Tapi, ayah tetap boleh  tinggal di rumah ini bersama kami, karena sejak berpuluh tahun lalu rumah ini terasa tidak lengkap tanpa ayah.. " ujar Wibowo. 

 Wibowo memeluk erat pundak ayahnya yang mulai renta. Derai tangis pun tak mampu lagi terbendung antar keduanya.
Kedamaian itu kadang memang harus ditebus dengan sebuah keprihatinan.  Yang terpenting, bagaimana manusia menjalani proses dalam mencapai kedamaian itu. 

 Percayalah, Tuhan selalu tahu apa yang terbaik bagi  Hamba-Nya. Meski kadang harus terasa perih saat kita menjalaninya. (*)

 NB :
Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata dan terdorong untuk menuliskan di blog ini ketika ada berita heboh tentang seorang lelaki yang mengaku ditelantarkan ayah kandungnya. Jika ada nama  dan tempat yang sama, sesungguhnya hanya kebetulan semata.

 Semoga kisah ini dapat menjadi renungan bersama, bahwa lelaki hebat, tak mencari sensasi atas nama besar ayahnya. 

 == SALAM DAMAI ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun