Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Wisata Sejarah di Kota Surabaya

15 September 2019   20:06 Diperbarui: 15 September 2019   20:37 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama Bapak Choiri (memakai kaos warna biru) dan Bapak Supeno. Sumber: penulis

Selain mengisi buku tamu, tidak ada administrasi lain ataupun karcis masuk yang diberlakukan untuk pengunjung. Hal ini membuat suasana rumah Tjokroaminoto terasa semakin akrab. Walaupun Tjokroaminoto telah wafat jauh sebelum kelahiran saya, energi dan kemuliaannya terasa berpendar di seluruh ruangan rumah tersebut.

Saya benar-benar larut dalam arus sejarah masa lalu yang terus meruah di rumah Tjokroaminoto. Bisa saya bayangkan Bung Karno membaca buku, berdebat dengan teman-temannya sesama anak kos, atau menerima wejangan Bapak Tjokroaminoto.

Saat merenungi sejarah yang terpusat dari rumah Tjokroaminoto, adzan salat Jumat mengalun dan menyeret saya ke masa sekarang. Saya pun bergegas menuju arah asal suara adzan. Ternyata, adzan tersebut berasal dari Masjid Peneleh yang juga bersejarah dan membuat saya terkagum-kagum dengan  arsitekturnya yang menyimpan kemegahan dalam kesederhanaan. Saya pun segera berwudhu dan menunaikan salat Jumat.

Penulis di Masjid Peneleh. Sumber: penulis.
Penulis di Masjid Peneleh. Sumber: penulis.
Selepas salat Jumat, saya meneruskan jelajah wisata ke beberapa daerah yang terkait Perang Surabaya, yaitu: wilayah Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jembatan Merah, dan Hotel Yamato (Hotel Majapahit). Sepanjang perjalanan di kawasan ini, kekaguman pada Kota Surabaya, rasa terimakasih pada pengorbanan para pahlawan dan rasa syukur pada nikmat kemerdekaan, terus membuncah dalam dada saya.

Penulis di depan Gedung Siola di Jalan Tunjungan. Sumber: penulis.
Penulis di depan Gedung Siola di Jalan Tunjungan. Sumber: penulis.
Penulis di depan Hotel Majapahit (Hotel Yamato). Sumber: penulis.
Penulis di depan Hotel Majapahit (Hotel Yamato). Sumber: penulis.
Penulis dengan latar belakang Tugu Pahlawan Surabaya. Sumber: penulis
Penulis dengan latar belakang Tugu Pahlawan Surabaya. Sumber: penulis
Penulis di depan Monumen Proklamasi. Sumber: penulis.
Penulis di depan Monumen Proklamasi. Sumber: penulis.
Penulis di Jembatan Merah. Sumber: penulis
Penulis di Jembatan Merah. Sumber: penulis
Dalam hati, saya berharap agar warga Surabaya bangga dengan kekayaan cagar budaya di Kota Surabaya dan berpartispasi aktif dalam melestarikannya. Sebab, tidak sedikit cagar budaya Kota Surabaya merupakan akar sejarah nasional Indonesia.  

Info grafik Bangga Surabaya. Sumber: penulis.
Info grafik Bangga Surabaya. Sumber: penulis.

Mari berwisata ke Kota Surabaya

Mari kita jaga cagar budaya bersejarah di Kota Surabaya dan seluruh pelosok Indonesia.

Melalui wisata, kita tingkatkan kesadaran sejarah dan kita jalin erat tali persaudaraan Bhinneka Tunggal Ika


Catatan: Semua foto, video-foto, dan info grafik merupakan dokumentasi peribadi penulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun