Selain mengisi buku tamu, tidak ada administrasi lain ataupun karcis masuk yang diberlakukan untuk pengunjung. Hal ini membuat suasana rumah Tjokroaminoto terasa semakin akrab. Walaupun Tjokroaminoto telah wafat jauh sebelum kelahiran saya, energi dan kemuliaannya terasa berpendar di seluruh ruangan rumah tersebut.
Saya benar-benar larut dalam arus sejarah masa lalu yang terus meruah di rumah Tjokroaminoto. Bisa saya bayangkan Bung Karno membaca buku, berdebat dengan teman-temannya sesama anak kos, atau menerima wejangan Bapak Tjokroaminoto.
Saat merenungi sejarah yang terpusat dari rumah Tjokroaminoto, adzan salat Jumat mengalun dan menyeret saya ke masa sekarang. Saya pun bergegas menuju arah asal suara adzan. Ternyata, adzan tersebut berasal dari Masjid Peneleh yang juga bersejarah dan membuat saya terkagum-kagum dengan  arsitekturnya yang menyimpan kemegahan dalam kesederhanaan. Saya pun segera berwudhu dan menunaikan salat Jumat.
Mari berwisata ke Kota Surabaya
Mari kita jaga cagar budaya bersejarah di Kota Surabaya dan seluruh pelosok Indonesia.
Melalui wisata, kita tingkatkan kesadaran sejarah dan kita jalin erat tali persaudaraan Bhinneka Tunggal Ika
Catatan: Semua foto, video-foto, dan info grafik merupakan dokumentasi peribadi penulis.Â