Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menjadikan Yogyakarta sebagai Surga Kuliner

23 Februari 2019   23:37 Diperbarui: 24 Februari 2019   00:43 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang 'Jogja Expo Center' untuk Jogja Halal Expo 2019. Sumber: penulis

Lebl 'halal'. Sumber: jadiberita.com
Lebl 'halal'. Sumber: jadiberita.com
Entrepreneur non-Muslim pun bisa menggerakkan UKM penghasil produk halal dengan mengajukan permohonan pada lembaga MUI. Proses memperoleh sertifikat halal tentu akan melewati proses uji dari BPOM untuk memperoleh MD. Setelah dinyatakan bebas dari bahan yang tidak dianjurkan agama Islam (haram), produk bisa memperoleh sertifikat halal dan berhak memperoleh label halal. Label halal akan meningkatkan animo konsumen Muslim untuk mengonsumsi produk kuliner. Produk pun bisa dengan mudah memasuki pasar modern.        

Keenam, award bagi entrepreneur pegiat UKM yang berprestasi

Entrepreneur pegiat UKM yang berprestasi perlu diberikan award. Dengan jalan ini, entrepreneur akan lebih semangat untuk berkarya. Sebab, ia merasa karyanya dihargai dan berarti. Award bisa berbentuk dana pengembangan usaha ataupun bantuan pengadaan barang-barang teknologi yang bisa meningkatkan efektivitas produksi produk kuliner. Award ini juga bisa memicu lahirnya entrepreneur lain.    

Ketujuh, pendirian paguyuban entrepreneur

Paguyuban UKM Daerah Istimewa Yogyakarta perlu didirikan dan diefektifkan. Agar tumbuh kuat rasa persaudaraan antar entrepreneur. Dengan jalan ini, para entrepreneur Yogyakarta akan terhindar dari persaingan tidak sehat dan bisa bahu-membahu dalam mewujudkan kemandirian ekonomi di Yogyakarta.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Yogyakarta banyak entrepreneur berjuang untuk memajukan UKM sektor kuliner. Perlu adanya sinergi pemerintah, instansi-instansi terkait, dan dan seluruh lapisan masyarakat. Agar UKM sektor kuliner bisa menembus pasar global, semakin inovatif, peningkatan omset,  dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bila sinergi tersebut diwujudkan, Yogyakarta akan menjadi surga kuliner lokal. Jenis semakin banyak dan kualitas semakin meningkat. Manfaat kuliner menjadi lebih luas dan besar. Di mana kuliner tidak hanya memenuhi kebutuhan pecinta kuliner semata; tetapi juga mengantarkan para entrepreneur menuju puncak menara kesuksesan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan baru, dan mewujudkan ekonomi mandiri. Dengan demikian, bisnis kuliner pun bernilai ibadah, menjadi ladang kesalehan sosial, dan mengantarkan kita ke 'surga' yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun