Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Dari Go Halal Menuju Go Global

21 Februari 2019   23:33 Diperbarui: 21 Februari 2019   23:59 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk dan keluar 'Jogja Halal Food Expo 2019'. Foto: dokumentasi penulis.

TAHUKAH ANDA? Agama seseorang bisa dilihat dari makanan yang dikonsumsinya. Bagi umat Muslim, makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi disebut 'makanan halal'. Mengkonsumsi makanan halal bukan sekadar upaya memenuhi kebutuhan fisik semata, melainkan sebuah tindakan yang memiliki nilai ibadah dan diganjar pahala. Jogja Halal Food Expo 2019 merupakan langkah penting untuk mengenalkan makanan halal yang diproduksi di Yogyakarta.

Agar Makan Bernilai Ibadah

Bagi umat Muslim, hidup adalah untuk ibadah. Seluruh tindakan umat Muslim memiliki aturan tertentu yang ditetapkan al-Quran dan al-Hadits. Kegiatan 'makan' yang terlihat sepele pun memiliki nilai ibadah. Hal ini ditegaskan adanya anjuran untuk berdoa sebelum makan dan sesudah makan. Makanan yang disantap pun harus bebas dari bahan yang dilarang atau lazim disebut 'makanan haram'.     

Di sisi lain, Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang paling memukau di Indonesia. Sejak tahun 1990-an, Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar. Hingga sekarang, animo masyarakat Indonesia untuk menjalani pendidikan di Yogyakarta tidak pernah pudar. Selain pendidikan, Yogyakarta juga dikenal sebagai provinsi yang memiliki kekayaan budaya dan pariwisata.


Wisatawan dari berbagai negara nyaris tidak pernah jemu mengunjungi Yogyakarta. Berbagai instansi pun menjadikan Yogyakarta sebagai tempat yang tepat untuk mengadakan pertemuan. Dengan demikian, Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang menjadi tempat lalu-lintas dunia. Posisi istimewa ini menjadikan Yogyakarta menjadi salah satu provinsi tujuan umat Muslim dunia.               

Meskipun Islam menjadi agama mayoritas di Yogyakarta, tidak semua usaha kuliner yang menyediakan makanan halal di daerah ini. Bila tidak mengenal makanan halal beserta persebarannya di Yogyakarta, 'kegiatan makan' akan menjadi sebuah persoalan yang rumit. Tentunya, tidak seorang pun umat Muslim yang menginginkan memperoleh dosa karena persoalan makan makanan haram.

Melaui Jogja Halal Food Expo, pemerintah Yogyakarta menjalin sinergi dengan pegiat usaha kuliner untuk mengenalkan makanan halal diproduksi di Yogyakarta. Nilai halal makanan yang diperkenalkan di stand-stand Jogja Halal Food Expo dikukuhkan sertifikat halal dari MUI. 

Tetapi, Jogja Halal Food Expo bukan sekadar sekadar menampilkan makanan berlabel halal, melainkan yang dipenuhi figur-figur entrepreneur yang inspiratif dan inovatif. Bahkan, ada pula anak muda yang baru merintis usaha kuliner di stand event ini!      

Go Halal!

Jogja Halal Food Expo 2019 berlangsung selama dua hari dan diselenggarakan di gedung Jogja Expo Center selama dua hari (20-21 Februari 2019). Event ini terselenggara atas sinergi Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta, PLUT-KUMKM DI Yogyakarta, UKM di Yogyakarta, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan masyarakat Yogyakarta. 

Bila belum memiliki kesempatan menghadiri Jogja Expo Center, Anda kemungkinan besar mengasumsikan acara ini secara 'ekslusif'. Tidak menutup kemungkinan Anda membayangkan acara ini dipenuhi perempuan-perempuan berpakaian jilbab lebar (bercadar) dan laki-laki berjenggot dengan ujung celana di atas mata kaki.

Padahal suasana Jogja Expo Center tidak ubahnya seperti pameran kuliner pada umumnya. Kita bisa menjumpai orang-orang yang memperlihatkan identitas Islam dari penampilannya. Tetapi, pengunjung non-muslim pun dengan leluasa datang ke Jogja Halal Food Expo. Bahkan, perempuan yang menjaga stand pun tidak semua yang berjilbab.

Berjilbab dan tak berjilbab. Foto: dokumentasi penulis.
Berjilbab dan tak berjilbab. Foto: dokumentasi penulis.
Begitu memasuki ruang Jogja Expo Center untuk Jogja Halal Food Expo 2019, Anda akan menyaksikan ratusan makanan halal yang dipajang di berbagai stand. Aroma makanan halal yang tengah dimasak, menguar dari beberapa stand. Tidak hanya makanan khas Yogyakarta, beberapa stand menyajikan makanan khas negara lain.      

 

Menanti pengunjung. Foto. Dokumentasi penulis.
Menanti pengunjung. Foto. Dokumentasi penulis.
Nyaris seluruh makanan yang diperkenalkan di seluruh stand Jogja Halal Food Expo 2019 telah memperoleh sertifikat halal. Menurut Ibu Imelda (50 tahun) yang mengelola  'Orange Food', sertifikat halal sangat menguntungkan. Berkat sertifikat halal yang diperoleh dari MUI, produk bisa menembus pasar modern dan pasar digital. Untuk memperoleh sertifikat MUI, produk pangan harus lulus uji dari BPOM dan memiliki MD.

Ibu Imelda. Foto: dokumentasi penulis
Ibu Imelda. Foto: dokumentasi penulis
Ibu Imelda menjelaskan bahwa sertifikat halal tidak hanya sekadar pengukuhan produk telah sesuai dengan ketentuan Islam, produk juga aman dikonsumsi. Dengan demikian, pembeli lebih mantap dan yakin untuk memesan dan mengkonsumsi produk dengan label halal. Kuantitas permintaan atas produk semakin bertambah. Penghasilan para entrepreneur pun semakin bertambah dan usaha pun berkembang.

Salah satu sertifikat 'halal'. Foto: dokumentasi penulis.
Salah satu sertifikat 'halal'. Foto: dokumentasi penulis.
Selain sertifikat halal, keistimewaan Jogja Halal Food Expo 2019 terletak dari spirit wirausaha atau entrepreneurship yang digerakkan kaum perempuan. Jogja Halal Food Expo membuktikan bahwa perempuan bisa memiliki keahlian dan daya untuk menciptakan kemandirian ekonomi. Bahkan, sebagian perempuan memulai usaha dengan dengan produk tradisional yang masih sederhana. Hal ini terlihat pada sosok Yani Noviani (38 tahun) yang mengelola stand Aneka Camilan Khas Jogja.

Ibu Yani Noviani. Foto: dokumentasi penulis.
Ibu Yani Noviani. Foto: dokumentasi penulis.
Bila dilihat sekilas, produk pada Aneka Camilan Khas Jogja (Onami) belum memperlihatkan keunikan yang membedakannya dengan produk lain. Produk yang dikelola Yani Noviani berupa makanan kering yang bisa dengan mudah untuk kita temukan di seluruh pelosok Yogyakarta. Selain masih bersifat tradisional, 'karyawan tetap' industri ini hanya Yani Noviani beserta suaminya. Tetapi, berkat keuletan dan ketabahan, usaha kuliner ini bisa mencapai 'omset bersih' sekitar satu juta per minggu.

Meskipun meraih omset yang cukup besar untuk usaha yang dikelola suami-istri; Yani Noviani tidak cepat berpuas diri. Alih-alih ia mulai berani berinovasi. Hal ini ditandai dengan produk asinan yang dipamerkan di stand-nya. Produk tersebut belum memiliki sertifikat MUI karena baru dihasilkan.

Melihat optimisme yang terpancar dari wajah Yani Novia, usaha yang dikelolanya berpotensi besar akan terus berkembang. Sebab, ia tidak merasa terbebani dengan pekerjaan yang tengah ditekuninya. Alih-alih ia merasa 'senang'. Inilah yang menjadi salah satu kunci kesuksesan. Bahwa seseorang bisa mencapai kesuksesan karena bekerja di bidang pekerjaan yang disukainya dan membuat dirinya senang. 

Dengan demikian, ia bisa bekerja dengan hati gembira. Bekerja dengan hati gembira akan membuat kita memiliki energi yang berlimpah-ruah. Implikasinya, kita bisa memiliki energi untuk merobohkan seluruh rintangan dan hambatan untuk mencapai kesuksesan.

Sebagaimana Yani Noviani, sebagian industri kuliner dikelola keluarga atau hanya memiliki segelintir karyawan. Tetapi, melihat omset yang diperoleh, terlihat titik terang kesuksesan para entrepremeur di tahun-tahun yang akan datang. 

Hal ini bisa kita cermati dari perkembangan Gudeg-Bakpia 'Rahayu'. Stand ini merupakan salah satu stand yang menyajikan masakan yang dimasak di tempat. Salah seorang karyawan industri kuliner Gudeg-Bakpia 'Rahayu', Ratna (33 tahun), menyatakan bahwa omset telah melewati angka satu juta per hari. Karyawan hanya 12 orang. Tetapi, mereka senang bekerja dan puas dengan gaji yang diperoleh.

Gudeg Rahayu. Foto: dokumentasi penulis.
Gudeg Rahayu. Foto: dokumentasi penulis.
Bakpia Rahayu. Foto: dokumentasi penulis.
Bakpia Rahayu. Foto: dokumentasi penulis.
Selain industri yang telah dikelola selama satu tahun atau lebih, terdapat pula usaha kuliner yang baru dirintis pada momen Jogja Halal Food Expo 2019, yaitu: Warkop Opsel. Usaha kuliner ini masih terbilang baru. Tetapi, semangat yang berkilau dari mata salah seorang pengelolanya, Ovi (19 tahun), memperlihatkan bahwa Warkop Opsel memiliki masa depan yang cerah.         

Salah seorang pengunjung Warkop Opsel. Foto: dokumentasi penulis.
Salah seorang pengunjung Warkop Opsel. Foto: dokumentasi penulis.
Ovi (19 tahun) duduk di tengah. Foto: dokumentasi penulis.
Ovi (19 tahun) duduk di tengah. Foto: dokumentasi penulis.
Meskipun stand ataupun industri kuliner Jogja Halal Food Expo 2019 dikelola perempuan dan 'bersifat rumahan', terdapat pula industri yang telah dikelola lelaki dan dijalankan secara profesional. Hal ini terlihat dari CV.TAMTO MANDIRI pengasil produk susu kambing etawa "Kolostrum". 

Berdasarkan keterangan Syahid (26 tahun) dan Andiko (18 tahun) yang menjaga stand, produk susu kambing etawa CV. TAMTO MANDIRI telah didistribusikan nyaris ke seluruh pelosok Indonesia. Karyawan memperoleh gaji sesuai UMR Yogyakarta. Berkat sertifikat halal, produk susu kambing etawa CV. TAMTO MANDIRI bisa menembus pasar Nasional.     

Syahid dan Andiko. Foto: dokumentasi penulis.
Syahid dan Andiko. Foto: dokumentasi penulis.
Keberhasilan CV. TAMTO MANDIRI tidak lepas dari binaan Bank Indonesia. Selain memberi bantuan dana, Bank Indonesia mengakomodasi pendampingan dari tenaga ahli, sehingga industri produk susu kambing etawa CV. TAMTO MANDIRI bisa dikelola sesuai standar perusahaan dan membangunkan kemandirian ekonomi di kalangan masyarakat lokal.

Susu kambing etawa CV. TAMTO MANDIRI. Foto: dokumentasi penulis.
Susu kambing etawa CV. TAMTO MANDIRI. Foto: dokumentasi penulis.
Semoga Bank Indonesia atau lembaga-lembaga lain (investor) bersedia mengakomodasi dan memberikan pendampingan bagi industri kuliner yang baru berkembang. Di Jogja Halal Food Expo 2019 tersebar banyak entrepreneur yang layak untuk diberi kepercayaan dalam mengembangkan ekonomi mandiri. Produk mereka bisa saja masih sederhana, tetapi semangat mereka dalam berinovasi menyala dan berkilau dari sorot mata mereka.

Jogja Halal Food Expo 2019. Foto: dokumentasi penulis.
Jogja Halal Food Expo 2019. Foto: dokumentasi penulis.
Jogja Halal Food Expo 2019. Foto: dokumentasi penulis.
Jogja Halal Food Expo 2019. Foto: dokumentasi penulis.
Sayangnya, Jogja Halal Food Expo 2019 sepi pengunjung. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya promosi. Publikasi informasi mengenai penyelenggaraan pameran ini. Akibatnya, pameran industri kuliner ini terkesan mendadak dan tidak diketahui publik.

Semoga Jogja Halal Food Expo 2019 kembali diselenggarakan di Yogyakarta dengan didukung promosi yang memadai, termasuk promosi yang gencar melalui media sosial. Agar gaung Jogja Halal Food Expo mendunia. Dengan demikian, produk halal dari Yogyakarta lebih dikenal masyarakat luas.  Para entrepreneur pegiat UKM berpotensi besar memperoleh relasi, investor, bantuan dana beserta pendampingan, dan distribusi yang melebar ke dunia internasional. Dengan demikian, Go Halal tidak lagi mengantarkan produk menjadi Go Nasional, tetapi juga menjadi jembatan produk kuliner Yogyakarta menuju Go Global!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun