Filosofi Sepeda
Jokowi adalah guru rakyat. Ketabahannya melampaui kesetiaan cahaya bulan yang menuntun kelopak-kelopak mawar untuk mekar di keheningan malam. Cintanya pada rakyat takkan bisa dilunturkan hujan hujatan, badai fitnah, dan banjir caci-maki. Di saat para Juru Selamat palsu beserta para boneka berusaha membuat Indonesia menjadi nyala api, ia terus bekerja dan berdoa. Dalam doanya, nama Indonesia disebut berulang kali.Â
Kerakusan pada harta, takhta, dan--sering kali pula--wanita; telah melumpuhkan hati nurani para Juru Selamat palsu. Bagi mereka, Jokowi hanyalah Presiden yang menghambat usaha mereka untuk menebarkan angkara. Mereka tidak menyadari bahwa Jokowi bukanlah Presiden yang haus harta dan takhta; seperti presiden kebanyakan. Itu membuat Jokowi semakin dicintai rakyat. Akibatnya, para Juru Selamat palsu harus bekerja lebih keras untuk membunuh kecintaan Jokowi pada rakyat dan kecintaan rakyat pada Jokowi.
Bagi Jokowi, jabatan sebagai Presiden merupakan jalan untuk menolong rakyat Indonesia. Sebagai pengusaha, Jokowi memang tidak mengalami kesulitan finansial. Tetapi, harta Jokowi tidak cukup untuk menunaikan niatnya dalam upaya menolong rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, ia terpanggil untuk menjadi Presiden. Dengan jalan menjadi Presiden, Jokowi bisa menetapkan regulasi dan kebijakan-kebijakan yang bisa menolong rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri. Tentunya, Jokowi konsisten melakukan tindakan nyata yang sangat penting untuk diteladani rakyat. Beliau sedikit bicara, tetapi banyak bekerja, sehingga kaya dengan karya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Tidak jarang, Jokowi menghadiahkan sepeda di berbagai pelosok Nusantara. Juru Selamat palsu dan para boneka mencaci-maki hadiah itu. Bagi mereka, rakyat semestinya tidak diberi sepeda karena rakyat tidak makan sepeda. Bahkan, ada pula anak-anak yang dihasut untuk menolak sepeda pemberian Jokowi dan mengolok-oloknya sebagai 'sepeda bencong'.
Untunglah, Â penolakan sepeeda tersebut hanya segelintir. Masih banyak yang menghargai dan berebut sepeda pemberian Jokowi sebagaimana Nursaka, siswa sekolah dasar yang gigih melintasi daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia untuk berangkat ke sekolah.
           Â
Tanpa disadarinya, melalui pemberian hadiah berupa sepeda, Jokowi mengukuhkan keberadaan dirinya sebagai Guru Rakyat. Bila dicermati, sepeda hanyalah citra dari sebuah filosofi kehidupan yang diajarkan Jokowi. Bahwa hidup bagai mengendarai sepeda. Bila tidak ingin jatuh, jangan berhenti berusaha mengayuh dan jangan mengeluh. Teruslah berusaha mengayuh, maka kau akan sampai di tujuan yang kau impikan. Siapa pun tidak akan bisa mengubah nasibmu; selain dirimu sendiri.
Lalu, apa gunanya presiden dan sistem pemerintahan? Â