Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jokowi, Guru Rakyat

7 Januari 2019   22:59 Diperbarui: 8 Januari 2019   18:40 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Jokowi Berdoa di Masjid Niujie di Beijing. Sumber: foto.tempo.co

JOKOWI adalah guru rakyat. Ia mendidik rakyat dengan memberi teladan dalam bentuk tindakan nyata; terus bekerja meski digempur wabah fitnah dan hujan caci-maki. Di dadanya; bunga-bunga impian rakyat tumbuh, bermekaran, dan menebarkan wangi ke seluruh galaksi.

Juru Selamat Palsu dan Boneka

Tanpa sosok pemimpin yang bisa dijadikan teladan seperti Jokowi; rakyat akan kehilangan tempat berpijak, tidak bisa berlari untuk merebut nyala kejayaan, dan tersesat di bawah terang matahari peradaban. Masa depan rakyat menjelma kabut yang merayap di permukaan rawa bernama zaman. Begitu sinar fajar peradaban menghalaunya; kabut itu pecah menjadi kepingan-kepingan ganjil, rapuh, tidak berdaya, dan tidak bermakna.        

Sayangnya, pengkhianat-pengkhianat bangsa yang tampak bagaikan Juru Selamat; setia menebarkan angkara di bumi persada. Lidah mereka fasih menyebut nama Tuhan dan ayat-ayat suci. Itu membuat seluruh ucapan mereka terdengar bagaikan wahyu.  Busana agama yang mereka pakai membuat penampilan mereka tampak bagaikan mesias. Akibatnya, Juru Selamat palsu itu sulit dibedakan dengan Juru Selamat yang asli. 

Juru Selamat palsu itu tidak memiliki wujud yang tetap dan bisa berganti rupa setiap saat. Wajah mereka jauh lebih banyak daripada Dasamuka. Mereka bisa menjadi politisi, guru agama, Ibu Rumah Tangga, pegawai negeri sipil, pedagang kaki lima, ustadz dan ustadzah, dokter, aktivis kemanusiaan, penyanyi, bintang film, sastrawan, penyair, seniman, pelajar, mahasiswa, dosen, ilmuwan, hingga ulama. Bahkan, tidak jarang pula, mereka merasa diri sebagai tuhan!

Bagi Juru Selamat palsu itu, Jokowi adalah musuh yang sangat berbahaya. Berkat Kabinet Kerja di bawah kepemimpinan Jokowi, para Juru Selamat palsu kesulitan untuk menebarkan angkara. Di masa kepemimpinan Jokowi, KPK memperoleh kepercayaan besar untuk memberantas korupsi para penguasa. Kabinet Kerja menggunting lingkaran setan aliran keuangan negara yang selama ini menggemukkan pundi-pundi harta para Juru Selamat palsu beserta keluarga dan kroni-kroninya.

Di masa kepemimpinan Jokowi, demokrasi semakin melesat. Melalui media-media virtual, kecerdasan masyarakat berkembang pesat, bisa menjalin komunikasi global, dan semakin bebas berpendapat. Dengan demikian, masyarakat tidak mudah dibodoh-bodohi dengan berita hoax atau kejahatan yang dibalut dengan kemasan religi. Dengan demikian, seruan Juru Selamat palsu sulit untuk menghancurkan tatanan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.  

Berkat Jokowi pula, Susi Pudjiastuti yang hanya lulusan SMP, berhasil menempati kursi menteri yang diperebutkan orang-orang berpendidikan tinggi. 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto. Dok. tempo.co
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto. Dok. tempo.co
Keberhasilan Susi Pudjiastuti menginspirasi jutaan rakyat Indonesia yang berpendidikan rendah atau tidak menjalani pendidikan formal sama sekali. Bahwa jenjang pendidikan atau gelar akademis bukanlah batasan atau hambatan untuk meraih impian.            


Kecintaan dan kegigihan Jokowi membuat pra Juru Selamat palsu menjadi resah, gelisah, marah, dan beringas. Pundi-pundi harta mereka tak terisi dan menipis. Takhta dinasti tidak lagi bisa mereka wariskan secara turun-temurun. Tetapi, demi tumpukan harta dan takhta; mereka rela membuat Indonesia menjadi api. Untuk itu, mereka menyebarkan wabah fitnah terhadap Jokowi.

Wabah tersebut berwujud belatung-belatung yang tak kasat mata. Menyebar melalui twitter, facebook, instagram, youtube, televisi, bioskop, koran, majalah, film, gedung-gedung sekolah dan perguruan tinggi, hingga masjid-masjid dan berbagai rumah ibadah. Dalam waktu singkat, belatung-belatung tersebut meruah ke seluruh penjuru Nusantara, menggerogoti kemanusiaan, dan menumbuhkan pohon-pohon ketidakberdayaan.            

Tahukah kamu?

 

Belatung-belatung itu merupakan wujud dari janji-janji dan ancaman. Mereka menjanjikan surga bagi orang-orang yang mematuhinya dan ancaman neraka bagi yang membantah keinginan mereka.    

Setiap waktu, Juru Selamat palsu tersebut, mengembalakan boneka-boneka.  Boneka-boneka itu seukuran manusia, berpenampilan manusia, dan berbicara seperti manusia. Akibatnya, mereka sulit untuk dibedakan dengan manusia yang sesungguhnya. Boneka-boneka tersebut memiliki mata aneka warna: hitam, biru, cokelat, amber, hijau, dan abu-abu. Meskipun mereka juga memiliki warna mata seperti manusia ynag sesungguhnya; sorot mata mereka sehampa mata milik patung-patung lilin di keheningan musim dingin.  

Dulu, boneka-boneka itu pernah menjadi manusia. Namun, akibat belatung-belatung yang ditebarkan Juru Selamat palsu, mereka bosan menjadi manusia dan memilih menjadi boneka. Mereka tidak lagi menggunakan otak untuk berpikir, ingin segera merasakan kenikmatan surga, dan ketakutan bila diancam masuk neraka.  

Para boneka meyakini  dusta yang ditiupkan Juru Selamat palsu. Di surga, mereka akan menjadi kaya-raya tanpa berusaha atau bekerja. Mereka menempati rumah-rumah mewah dengan dinding berasal dari emas yang diukir. 

Boneka-boneka berjenis kelamin perempuan bisa ongkang-ongkang, jauh dari asap dapur, dan melilit tubuhnya dengan beragam jenis perhiasan. Meskipun menyantap makanan lezat apa saja, tubuh mereka akan tetap langsing seperti Agnes Monica. 

Sementara itu, para boneka yang berjenis kelamin laki-laki menuntaskan dahaga di sungai arak, madu, dan susu. Tidak jarang pula, mereka bersenggama dengan 72 bidadari. Bebas berkelamin dan menumpahkan lendir birahi di mana-mana.               

    

Boneka-boneka yang merindukan surga itu; memenuhi jagad raya: nyata dan maya. Sambil mengibarkan bendera hitam buatan Juru Selamat palsu, mereka berbondong-bondong ke seluruh galaksi untuk meneriakkan "Ganti Presiden!". Di lain waktu, mereka teriakkan "Salah Jokowi" untuk seluruh permasalahan dunia. Bahkan, seorang artis yang menjadi pelacur pun, diteriakkan sebagai kesalahan Jokowi. 


Boneka-boneka tersebut tidak lelah berteriak dan gaduh. Menghujat dan mencaci Jokowi. Hingga suara mereka berkarat; terdengar seperti koak gagak atau raungan parau bangau yang sekarat.   

Filosofi Sepeda

Jokowi adalah guru rakyat. Ketabahannya melampaui kesetiaan cahaya bulan yang menuntun kelopak-kelopak mawar untuk mekar di keheningan malam. Cintanya pada rakyat takkan bisa dilunturkan hujan hujatan, badai fitnah, dan banjir caci-maki. Di saat para Juru Selamat palsu beserta para boneka berusaha membuat Indonesia menjadi nyala api, ia terus bekerja dan berdoa. Dalam doanya, nama Indonesia disebut berulang kali. 

Kerakusan pada harta, takhta, dan--sering kali pula--wanita; telah melumpuhkan hati nurani para Juru Selamat palsu. Bagi mereka, Jokowi hanyalah Presiden yang menghambat usaha mereka untuk menebarkan angkara. Mereka tidak menyadari bahwa Jokowi bukanlah Presiden yang haus harta dan takhta; seperti presiden kebanyakan. Itu membuat Jokowi semakin dicintai rakyat. Akibatnya, para Juru Selamat palsu harus bekerja lebih keras untuk membunuh kecintaan Jokowi pada rakyat dan kecintaan rakyat pada Jokowi.

Bagi Jokowi, jabatan sebagai Presiden merupakan jalan untuk menolong rakyat Indonesia. Sebagai pengusaha, Jokowi memang tidak mengalami kesulitan finansial. Tetapi, harta Jokowi tidak cukup untuk menunaikan niatnya dalam upaya menolong rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, ia terpanggil untuk menjadi Presiden. Dengan jalan menjadi Presiden, Jokowi bisa menetapkan regulasi dan kebijakan-kebijakan yang bisa menolong rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri. Tentunya, Jokowi konsisten melakukan tindakan nyata yang sangat penting untuk diteladani rakyat. Beliau sedikit bicara, tetapi banyak bekerja, sehingga kaya dengan karya.                          

Tidak jarang, Jokowi menghadiahkan sepeda di berbagai pelosok Nusantara. Juru Selamat palsu dan para boneka mencaci-maki hadiah itu. Bagi mereka, rakyat semestinya tidak diberi sepeda karena rakyat tidak makan sepeda. Bahkan, ada pula anak-anak yang dihasut untuk menolak sepeda pemberian Jokowi dan mengolok-oloknya sebagai 'sepeda bencong'.

Untunglah,  penolakan sepeeda tersebut hanya segelintir. Masih banyak yang menghargai dan berebut sepeda pemberian Jokowi sebagaimana Nursaka, siswa sekolah dasar yang gigih melintasi daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia untuk berangkat ke sekolah.

                       

Sepeda dari Presiden Jokowi untuk Nursaka. Sumber: idntimes.com/Instagram @ditpsd
Sepeda dari Presiden Jokowi untuk Nursaka. Sumber: idntimes.com/Instagram @ditpsd
Pemberian hadiah sepeda juga menghadirkan suka-cita di berbagai daerah dan membuat Jokowi semakin tidak berjarak dengan rakyat. Kadang, hal ini membuat Jokowi sulit dibedakan dengan rakyat kebanyakan. Ia tampak bagaikan bapak bagi semua rakyat sekaligus sahabat semua rakyat.  


Tanpa disadarinya, melalui pemberian hadiah berupa sepeda, Jokowi mengukuhkan keberadaan dirinya sebagai Guru Rakyat. Bila dicermati, sepeda hanyalah citra dari sebuah filosofi kehidupan yang diajarkan Jokowi. Bahwa hidup bagai mengendarai sepeda. Bila tidak ingin jatuh, jangan berhenti berusaha mengayuh dan jangan mengeluh. Teruslah berusaha mengayuh, maka kau akan sampai di tujuan yang kau impikan. Siapa pun tidak akan bisa mengubah nasibmu; selain dirimu sendiri.

Lalu, apa gunanya presiden dan sistem pemerintahan?  

Presiden merupakan jabatan politik dengan sistem pemerintahan yang mendukung kinerja fungsi politik. Keberadaan presiden dan sistem pemerintah adalah untuk memastikan, melindungi hak asasi, dan mengakomodasi kebutuhan warga negara khususnya dalam ruang lingkup politik. Hal ini disebabkan politik  memiliki posisi yang strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Tanpa upaya maksimal dalam mengemban amanah di sektor politik, bangsa Indonesia akan sangat mudah untuk dijajah.

Sebelum kemerdekaan Indonesia atau terbentuknya NKRI; leluhur bangsa Indonesia di Nusantara; mengalami masa penjajahan selama berabad-abad. Mulai dari penjajahan bangsa Spanyol, Portugis, Belanda, hingga Jepang. Bangsa-bangsa yang gigih memperjuangkan hak asasi, sulit untuk membantu leluhur kita karena Nusantara belum terjalin dalam sistem politik dunia.

Setelah leluhur bangsa Indonesia bersatu dan 'membentuk sistem politik NKRI' yang terjalin dengan 'sistem politik dunia'; upaya pengakuan kedaulatan Indonesia bisa ditegakkan dan bangsa-bangsa penjajah bisa dihalau dari NKRI. Dengan demikian, tidak ada lagi bangsa Indonesia yang diseret untuk dijadikan budak 'tanam paksa'; tidak ada lagi perempuan Indonesia yang dijadikan gundik atau pelacur para lelaki dari negeri penjajah; dan masih banyak hak-hak asasi yang hanya bisa diakomodasi dengan adanya keberadaan presiden dan sistem pemerintahan yang mengakomodasi hak asasi melalui jalur politik.                  

Meskipun demikian, presiden beserta sistem pemerintahan tidak membatasi ruang kerja di ranah hubungan internasional tersebut. Presiden beserta pemerintah juga memiliki visi untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Dasar-dasar cita-cita kemerdekaan telah termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Beserta Kabinet Kerja, Jokowi telah berupaya untuk merealisasikannya. Bila kita membuka mata, telah banyak kemajuan yang dicapai kabinet kerja yang dipimpin Jokowi.


Sayangnya, kemajuan-kemajuan atau pencapaian-pencapaian tersebut, dikaburkan para Juru Selamat palsu. Para Juru Selamat palsu memutar-balikkan fakta. Masyarakat awam rentan terpengaruh untuk membenci Jokowi, menjadi bagian dari boneka-boneka yang digembalakannya, seperti sebagian masyarakat Sumatera Barat.

Saya sendiri berasal dari Sumatera Barat. Akhir Oktober 2018, saya sempat mengunjungi Sumatera Barat untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Di sana, saya menyaksikan sendiri bahwa kebencian terhadap Jokowi bisa disebut massif. Kebencian itu berhembus di warung-warung, pasar-pasar, hingga tempat potong rambut. Mereka menuduh Jokowi sebagai pembohong, tidak bisa fasih membaca surah Alfatihah, dan berbagai caci-maki lainnya.

Kebencian tersebut menyebar ke media sosial. Mereka beramai-ramai menuduh bahwa infrastruktur yang menjadi bagian dari pencapaian pembangunan era Jokowi tidak memiliki manfaat sama-sekali. Namun, ketika jembatan Padang Bukttinggi putus di kawasan Kayu Tanam, Padang Pariaman, para penghujat Jokowi di Sumatera Barat, membisu. Akibatnya, banyak aktivitas berbagai sektor kehidupan yang terancam mati.

Kondisi Jembatan Batang Kalu di Korong Pasa Usang Nagari Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman yang putus Senin (10/11/2018) malam. Sumber: pekanbaru.tribunnews.com
Kondisi Jembatan Batang Kalu di Korong Pasa Usang Nagari Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman yang putus Senin (10/11/2018) malam. Sumber: pekanbaru.tribunnews.com
Foto udara kondisi jembatan yang ambruk di Jalan Raya Padang - Bukittinggi, Kayutanam, Kab.Padangpariaman, Sumatera Barat, Selasa (11/12/2018). Jembatan yang berada di jalur jalan nasional tersebut ambruk akibat luapan sungai pada Senin (10/12/2018) malam, mengakibatkan akses ke Bukittinggi putus total. ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra/Maril/18
Foto udara kondisi jembatan yang ambruk di Jalan Raya Padang - Bukittinggi, Kayutanam, Kab.Padangpariaman, Sumatera Barat, Selasa (11/12/2018). Jembatan yang berada di jalur jalan nasional tersebut ambruk akibat luapan sungai pada Senin (10/12/2018) malam, mengakibatkan akses ke Bukittinggi putus total. ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra/Maril/18
Jalur utama Padang-Bukittinggi dibuka. Minggu (16/12/2018) malam,selesai dibangun. Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com
Jalur utama Padang-Bukittinggi dibuka. Minggu (16/12/2018) malam,selesai dibangun. Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com
Meskipun pernah dihujat ratusan oknum masyarakat Minang tersebut, Jokowi tetap menetapkan kebijakan pembangunan kembali jembatan yang terputus tersebut. Meskipun belum sempurna, alhamdulillah jembatan Padang-Bukittinggi di Kayu Tanam telah diperbaiki dan lalu-lintas terhubung kembali.            

Di media sosial, selama jembatan tersebut diperbaiki, para penghujat asal Sumatera Barat tidak beraktivitas. Tanpa tanpa kebijakan yang ditetapkan Jokowi, pemerintah tidak bisa menetapkan regulasi dalam upaya pembangunan jalan Padang-Bukittinggi yang terputus itu. Setelah upaya jembatan tersebut diperbaiki, para panghujat kembali bangkit. Mereka menuduh bahwa Jokowi tidak berbuat apa pun selain meresmikan jalan yang telah dibangun tersebut.

Tentunya, pengalaman saya tersebut, tidak berarti menilai bahwa semua warga Sumatera Barat membenci Jokowi. Masih banyak warga Sumatera Barat yang mengagumi Jokowi dan berharap Jokowi terpilih kembali sebagai presiden periode kedua. Dukungan ini bisa kita lihat dari berbagai grup di media sosial yang dibentuk masyarakat Minang (Sumatera Barat) untuk mendukung Jokowi sebagai Presiden periode kedua.

Memilih Jokowi

Tahun 2019 telah menjelang. Pada April tahun ini akan diselenggarakan pemilihan presiden dan calon presiden periode 2019-2024. Juru Selamat palsu semakin gencar membangkitkan kebencian pada Jokowi.

Bersama boneka-boneka yang digembalakannya, Juru Selamat palsu melakukan segala cara untuk menggagalkan upaya Jokowi untuk terpilih kembali menjadi Presiden untuk kedua kali. Bila terpilih kembali menjadi presiden, Jokowi akan melanjutkan program-program pembangunan dan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan rakyat; tetapi merugikan para Juru Selamat palsu.        

Wahai, Rakyat Indonesia. Jangan biarkan Indonesia dijajah para Juru Selamat palsu. Mari kita lindungi sang Guru Rakyat kita dari kejahatan Juru Selamat palsu dan para boneka yang digembalakannya. Mari jaga guru kita, Jokowi. Sebab, Jokowi adalah tempat yang sempurna untuk mengalamatkan impian, harapan, dan masa depan bangsa Indonesia.

Bagaimana menjaga Jokowi?   

Memilih Jokowi sebagai Presiden--beserta KH Ma'ruf Amin dalam Pemilu--yang akan berlangsung pada April 2019; sebagaimana yang diserukan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil beserta relawan Balad Jokowi di Jawa Barat; merupakan salah satu cara menjaga Jokowi. Agar program-program pembangunan progresif yang telah diwujudkan Kabinet Kerja yang dipimpinnya; bisa diteruskan.  

Jokowi sebagai capres bersama KH Ma'ruf Amin sebagai Cawapres. Sumber: politikabogor.com
Jokowi sebagai capres bersama KH Ma'ruf Amin sebagai Cawapres. Sumber: politikabogor.com
Tetapi, upaya memilih Jokowi sebagai Presiden untuk kedua kalinya, tidak cukup sebagai upaya untuk menjaga Guru Rakyat tersebut. Kita harus turut berpartisipasi, mengaktualisasikan diri, mengerahkan kreativitas, berkarya, dan memberikan kontribusi positif secara aktif dalam pembangunan di mana pun kita berada.



Salah satu langkah yang harus kita lakukan secara kolektif adalah memajukan budaya literasi di seluruh penjuru Indonesia. Budaya literasi merupakan syarat kemajuan bangsa. Melalui budaya literasi, daya imaji dan kreativitas akan terus terasah. Dengan demikian, otak kita akan terlatih untuk menemukan solusi atas masalah.

Literasi merupakan bagian hidup Jokowi yang harus kita lestarikan. Sumber: kalaliterasi.com
Literasi merupakan bagian hidup Jokowi yang harus kita lestarikan. Sumber: kalaliterasi.com
Perubahan tidak bisa dihindari. Dari waktu ke waktu, manusia memiliki kebutuhan yang berbeda. Implikasinya, sungguh sebuah tindakan yang sia-sia bila kita menggantungkan nasib sepenuhnya sebagai tanggung jawab Presiden, sebagaimana yang diserukan Juru Selamat palsu.

Jika kita menjadikan segala kebutuhan sebagai tanggung jawab Presiden; kita tidak akan pernah menggunakan akal yang dianugerahkan Tuhan. Dengan demikian, kita akan menjadi makhluk yang jauh lebih rendah daripada hewan. Bila hewan banyak yang bisa mencari makan sendiri dan survive; mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama?

Presiden--beserta pemerintah yang dipimpinnya--akan menetapkan regulasi untuk mengakomodasi upaya kita untuk membangun daerah masing-masing. Tidak menutup kemungkinan, upaya kita akan mendapat bantuan dana dari pemerintah ataupun pihak swasta. Jadi, jangan hanya berkeluh-kesah atau menyalahkan presiden saat menyaksikan permasalahan dalam masyarakat; melainkan pikirkan solusi dan aksi untuk mengatasinya.

Marilah kita menjadikan permasalahan-permasalahan tersebut sebagai langkah untuk maju. Tanpa permasalahan-permasalahan itu, kita tidak akan terdorong untuk melakukan inovasi sebagai solusi permasalahan tersebut.             

Selain mengembangkan imajinasi dan kreativitas; budaya literasi juga menuntun kita untuk mengasah daya kritis. Dengan jalan ini, kita tidak akan mudah dipengaruhi wabah fitnah yang disebarkan Juru Selamat palsu. Dengan demikian, kita pun tidak mudah menjadi bagian dari boneka-boneka yang digembalakannya.

Proses pembangunan untuk mewujudkan impian dalam menjadikan Indonesia sebagai 'negara maju' memang masih panjang. Proses itu tidak akan tuntas dalam kurun waktu lima tahun atau satu periode pemerintahan kabinet pimpinan Jokowi. Tetapi, pondasi pembangunan tersebut telah dipersiapkan Kabinet Kerja dengan sangat baik.

Oleh karena itu, jangan menjadi 'golput' saat pemilihan presiden yang akan berlangsung pada 2019 ini. Pilihlah Presiden yang telah terbukti menjadi Guru Rakyat; mendidik rakyat dengan memberi teladan dalam bentuk tindakan nyata; terus bekerja meski digempur wabah fitnah dan hujan caci-maki. Bila calon presiden lain tidak bisa membuktikannya, maka pilihlah Jokowi untuk satu periode lagi!

#BaladJokowiMaruf 

#BJM

#JabarJokowi

#JokowiDeui

#01JokowiLagi

#01IndonesiaMaju  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun