Sebagai strategi penting dalam edukasi adalah penulisan literatur sejarah seluruh Pasar Rakyat di Indonesia. Agar tenaga pendidik di Indonesia akan memiliki sumber referensi yang memadai untuk transfer ilmu pengetahuan pada masyarakat khususnya generasi muda yang tengah menjalani pendidikan formal. Literatur yang komprehensif mengenai Pasar Rakyat akan menjadi landasan bagi PEMDA untuk meningkatkan mutu pengelolaan Pasar Rakyat dan mempertahankan elemen-elemen kearifan lokal yang menjadi dasar historis pasar.Â
Selain itu, keberadaan literatur Pasar Rakyat akan memelihara ingatan kolektif pentingnya keberadaan Pasar Rakyat dan memperteguh keberadaan Pasar Rakyat sebagai bagian dari awareness (kesadaran) kolektif masyarakat. Dengan demikian, pemicu masyarakat untuk mengelola Pasar Rakyat (baik sebagai pedagang atau pembeli) bukan hanya dorongan ekonomi dalam makna sempit (produksi, konsumsi, atau distribusi), melainkan menyadari bahwa berpartisipasi dalam mengelola HPRN berarti secara langsung telah berperan serta dalam membangun ketahanan ekonomi Indonesia. Â Â Â Â
Kedua, komunikasi sadar Hari Pasar Rakyat Nasional (HPRN)
Agar HPRN menjadi gerakan kolektif, perlu adanya komunikasi sadar HPRN. Langkah ini dapat kita wujudkan melalui peningkatan kreativitas dan intensitas persebaran informasi menyangkut HPRN. Media massa (koran, majalah, tabloid, dan sebagainya) dan media virtual (internet) merupakan medium yang dapat kita gunakan dalam komunikasi sadar HPRN. Kedua media ini memiliki daya resonansi yang kuat dan mampu membentuk opini publik. Oleh karena itu, awak pers atau pihak media massa perlu berperan aktif dalam distribusi informasi menyangkut urgensi HPRN. Selain itu, masyarakat yang memiliki akses internet, bisa berperan aktif dalam persebaran informasi HPRN dalam bentuk blog, foto, ataupun karya kreatif digital lainnya. Dalam komunikasi media virtual, Kompasiana merupakan salah satu media yang ideal yang bisa kita gunakan dalam komunikasi sadar HPRN. Kompasiana memiliki jaringan luas dan sangat selektif, sehingga mampu menyalurkan aspirasi masyarakat dalam mendukung HPRN. Â Â Â Â Â
Ketiga, peningkatan keahlian (skill) teknologi informasi bagi SDM pengelola Pasar Rakyat
Dewasa ini, pola perdagangan dunia telah memasuki era teknologi informasi. SDM pengelola perlu mendapatkan pelatihan untuk menggunakan piranti teknologi informasi untuk mengembangkan dan melestarikan Pasar Rayat. Agar pengelola Pasar Rakyat dapat membentuk tata kelola Pasar Rakyat menuju iklim ekonomi digital. Melalui langkah ini, SDM pengelola dapat mendidik pedagang untuk mengembangkan pola perdagangan menuju ranah ekonomi digital, baik mempromosikan atau memperluas jangkauan pembeli. Pembeli dan pedagang yang mengalami hambatan jarak (di luar daerah) bisa menggunakan transaksi online. Pengembangan Pasar Rakyat menuju ekonomi digital akan membuat Pasar Rakyat Indonesia semakin dikenal dunia Internasional. Agar semakin berjaya dalam iklim global village, SNI 8152:2015 perlu diimplementasikan di Pasar Rakyat. Â Â Â Â Â Â Â Â
Keempat, peningkatan kualitas kesehatan lingkungan Pasar Rakyat
Agar masyarakat menjadikan HPRN sebagai agenda kolektif, kesehatan lingkungan Pasar Rakyat perlu ditingkatkan. Misalnya di Pasar Legi Kotagede; atap yang bocor perlu ditambal (diganti), kualitas pencahayaan di area ruang dalam pasar perlu ditingkatkan; dan ventilasi sudah sebaiknya diperbaiki agar meningkatkan kelancaran sirkulasi udara. Namun, upaya-upaya peningkatan kesehatan lingkungan ini harus tetap mempertahankan orijinalitas (ciri khas) arsitektur pasar yang dibangun Orang Kalang. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dengan ahli arkeologi dan antropologi dalam upaya ini. Â Â Â Â Â
HPRN tidak akan efektif tanpa adanya kelancaran dan kenyamanan transportasi. Perlu adanya kerja sama dengan lembaga yang bergerak dalam akomodasi transportasi daerah. Agar pada HPRN tidak terjadi macet atau parkir yang tidak teratur di kawasan Pasar Rakyat. Â Â Â