Pembangunan sosial di daerah (di luar wilayah pemerintahan pusat/di luar kota) akan menurunkan potensi peledakan populasi di kota dan menurunkan laju urbanisasi. Bisa kita saksikan, dari tahun ke tahun, pembangunan di kota khususnya di Pulau Jawa, semakin tidak tertata dengan penduduk yang semakin padat. Setiap tahun selalu ada bangunan bank atau gerai ATM yang baru. Tapi di sebagian besar daerah di luar Pulau Jawa atau di luar kota, masih banyak rakyat yang perlu melewati perjalanan puluhan jam dan menghadapi ‘tantangan alam’ untuk mendapatkan layanan bank.
Memang, kondisi alam di luar kota atau di luar Pulau Jawa, banyak yang tidak kondusif bagi pendirian cabang bank. Namun, pepatah China menyebutkan bahwa: “kritis berarti peluang”. Maka, kondisi daerah terpencil yang tidak kondusif bagi lembaga perbankan adalah situasi kritis, tapi sekaligus peluang bagi BNI untuk mengembangkan pasar di daerah. Memang tidak akan mudah, tapi tidak ada hal yang tidak mungkin. Semua pencapaian agung dalam peradaban selalu diawali langkah dari zona kritis. Jika BNI tidak meraih peluang itu, maka cepat atau lambat, peluang pengembangan perbankan di daerah tersebut, pasti akan direbut bank atau lembaga finansial asing. Hal ini bukanlah prediksi yang mustahil terjadi. Bahkan, di kawasan kota yang menjadi pusat pengembangan bank negeri, bank asing telah menjamur dan memiliki daya saing tinggi dalam merebut pasar lokal. Tentu bukan sesuatu yang mustahil bila investor asing membangun bank dan sistem keuangan di daerah. Sebab, di balik kondisi yang kritis di daerah, banyak kekayaan alam dan budaya Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi. Misalnya, di Entikong yang kaya dengan hasil pertanian dan hasil hutan. Tapi, karena perbankan Indonesia belum berkembang pesat di kawasan ini dan minimnya distribusi produk dalam negeri di wilayah ini, masyarakat Entikong menjual produk mereka ke Malaysia. Bila pemerintah tidak segera meratakan pembangunan sosial sampai ke wilayah ini, maka tidak menutup kemungkinan sistem keuangan dan pasar di wilayah ini akan direbut investor asing.
Sebagai bank yang sangat berpengalaman, BNI dapat mempelopori pembangunan atau menambah jumlah bank di daerah terpencil. Selain bekerja sama dengan pemerintah, langkah penting yang perlu dilakukan BNI tentu menjalin kerja sama dengan lembaga konstruksi, transportasi, dan teknologi informasi. BNI tidak lagi fokus menjalin mitra yang berorientasi pada sektor finansial semata, melainkan menjangkau lembaga profesional di bidang infrastruktur. Bila BNI telah memiliki kejelasan konsep yang mapan dan didukung lembaga tersebut, saya yakin pemerintah daerah pasti akan menyambut BNI untuk membuka cabang di daerah-daerahnya. Dengan berdirinya dan meratanya cabang BNI di daerah, maka terbuka peluang besar untuk mengembangkan KBNI dan Mitra Binaan BNI secara lebih luas.
Semoga BNI bisa bermekaran di daerah-daerah luar Pulau Jawa atau luar kota. Keberadaan BNI di daerah-daerah akan meningkatkan kelancaran transaksi dan memajukan perekonomian. Agar masyarakat di daerah bisa memasarkan produk pertanian (industri), terbukanya lapangan kerja di daerah, dan menurunkan tingkat laju urbanisasi. Pembangunan sosial akan lebih tertata dan ramah lingkungan.
Selain pengembangan cabang dan pemberdayaan potensi lokal di daerah, BNI dapat mengadopsi unsur-unsur budaya daerah dalam penyempurnaan pelayanan. Indonesia memiliki warisan budaya yang tersebar di 17.000 lebih pulau. Keragaman budaya ini sangat potensial untuk ditransormasikan BNI dalam peningkatan mutu layanan, sebagaimana BNI telah mengadopsi budaya Jawa. Keragaman budaya di Indonesia akan memberi peluang besar bagi BNI untuk mengembangkan kebaruan (novelty). Sehingga, BNI akan memiliki perubahan-perubahan yang indah. Hal inipun akan memberi efek yang bagus untuk meningkatkan kinerja profesional BNI. Di mana para profesional BNI tidak lagi menawarkan produk perbankan dengan kemasan sama dari tahun ke tahun, melainkan penuh warna dan terbarukan. Dan memang, demikianlah budaya Indonesia yang bukan hanya dibangun satu warna budaya dominan, melainkan ratusan warna yang membentuk pelangi harmoni dalam naungan Bhinneka Tunggal Ika.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa BNI merupakan salah satu bank di Indonesia yang menjadikan kearifan lokal Indonesia bagian dari kesempurnaan mutu layanan. BNI merupakan mitra pemerintah yang potensial dalam upaya pemerataan pembangunan sosial. Optimalisasi peran BNI dalam pembangunan sosial akan memberi kontribusi yang sangat besar bagi Kabinet Kerja yang dipimpin Jokowi-Jusuf Kalla dan rakyat Indonesia. Karena itu, masyarakat Indonesia dan pemerintah perlu mendukung inovasi BNI. Agar eksistensi BNI semakin kokoh sebagai bank yang tidak hanya memberikan layanan finansial semata, melainkan berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan terdepan dalam prestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H