Mohon tunggu...
Suleman ArisonRajagukguk
Suleman ArisonRajagukguk Mohon Tunggu... Lainnya - Pengendali Ekosistem Hutan

Hobi sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Desa Labian Iraang : Membangun Masa Depan Agribisnis dengan Digitalisasi Pemasaran

30 November 2024   06:53 Diperbarui: 30 November 2024   06:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Labian Iraang, yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menjadi contoh nyata bagaimana pertanian berkelanjutan dapat berjalan selaras dengan teknologi modern. Melalui Program Model Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam (UPSA) yang digagas BPDAS Kapuas, desa ini tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan, tetapi juga mengembangkan strategi agribisnis berbasis digital untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selama ini, Kelompok Tunas Harapan, sebagai pelaksana program UPSA, telah mengelola penanaman berbagai tanaman keras seperti durian, petai, dan jengkol, serta tanaman semusim seperti jahe merah dan kucai. Namun, tantangan terbesar adalah memperluas pasar hasil panen di luar wilayah lokal. Melalui digitalisasi pemasaran, desa ini mulai mengintegrasikan teknologi untuk menembus pasar yang lebih luas, baik regional maupun nasional.

Digitalisasi Pemasaran: Kunci Menghubungkan Petani dengan Dunia
Transformasi agribisnis Desa Labian Iraang kini didorong oleh pemanfaatan berbagai platform digital (Dyan Triana Putra, 2023). Ketua Kelompok Tunas Harapan, Fransiskus Ronggai, menyatakan bahwa kehadiran teknologi digital telah membuka peluang baru bagi masyarakat desa. "Dengan memanfaatkan platform seperti marketplace dan media sosial, hasil panen kami tidak hanya dijual di pasar lokal, tetapi juga dapat menjangkau konsumen di berbagai daerah," ujarnya.

Platform seperti Tokopedia, Shopee, dan TaniHub telah menjadi saluran utama untuk memasarkan produk seperti jahe merah dan kucai. Sementara itu, WhatsApp Business digunakan untuk membangun komunikasi langsung dengan pembeli, memudahkan proses transaksi sekaligus memperkuat hubungan dengan pelanggan (Handayani, L., 2022). Instagram dan Facebook juga berperan penting dalam memperkenalkan "Produk Tunas Harapan" sebagai merek agribisnis berbasis keberlanjutan (Padapi, A., 2022).[ED1]

Inovasi Nilai Tambah: Meningkatkan Daya Saing Produk        
Tidak hanya berfokus pada pemasaran hasil panen mentah, kelompok tani juga mengembangkan produk olahan bernilai tambah. Jahe merah, misalnya, diolah menjadi serbuk jahe instan dan teh jahe merah yang dikemas secara menarik. Penggunaan kemasan ramah lingkungan juga menjadi strategi untuk menarik konsumen yang peduli terhadap keberlanjutan.

"Permintaan produk herbal seperti jahe merah terus meningkat, terutama di tengah tren gaya hidup sehat," ungkap Bapak Kusnadi, pendamping program UPSA. Teknologi sederhana, masyarakat dapat menghasilkan produk olahan yang mampu bersaing di pasar modern.

Mengatasi Tantangan Digitalisasi  
Meskipun digitalisasi memberikan banyak manfaat, tantangan tetap ada. Keterbatasan akses internet dan minimnya pengetahuan teknologi di kalangan petani menjadi hambatan utama. Untuk itu, diperlukan pelatihan intensif tentang pemasaran digital, penggunaan e-commerce, dan pengelolaan media sosial. Selain itu, pemerintah dapat berperan aktif dalam menyediakan infrastruktur teknologi yang lebih memadai bagi desa-desa seperti Labian Iraang.

Peluang Besar di Masa Depan        
Dengan digitalisasi[ED2] yang terintegrasi dengan e-commerce dalam pemasaran produk pertanian telah mendapatkan momentum di era digital, membentuk kembali bagaimana petani dan agribisnis berinteraksi dengan konsumen dan pasar. Seiring berkembangnya bidang ini, tren penelitian baru muncul yang mencerminkan sifat dinamis   pemasaran   pertanian   di   era   digital.   Kesimpulannya,   lanskap   e-commerce   dalam memasarkan  produk  pertanian  berkembang  pesat,  membuka  jalan  baru  untuk  penelitian  dan inovasi. Tren yang muncul ini menyoroti sifat interdisipliner lapangan, yang mencakup teknologi, perilaku konsumen,  keberlanjutan,  kebijakan,  dan  banyak  lagi.  Dengan  tetap  mengikuti  tren  ini, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan dapat berkontribusi pada kemajuan strategi e-commerce yang meningkatkan efisiensi, aksesibilitas, dan keberlanjutan pemasaran pertanian di era digital, agribisnis Desa Labian Iraang memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Diversifikasi produk, perluasan pasar melalui kemitraan dengan koperasi dan distributor, serta inovasi pengolahan produk menjadi langkah strategis yang akan membawa desa ini menuju kemajuan ekonomi berkelanjutan.

Program UPSA telah membuktikan bahwa pelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi dapat berjalan seiring Hasil awal dari program UPSA di Desa Labian Iraang menunjukkan capaian yang

menggembirakan. Beberapa tanaman semusim seperti kucai dan jahe merah telah memberikan hasil nyata bagi anggota kelompok. Berikut adalah detail hasil panen dan nilai ekonominya:

Kucai: Produksi mencapai 150 kg per tahun dengan harga jual Rp25.000 per kg, memberikan pendapatan tahunan sebesar Rp3.750.000,- 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun