Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sepiring Pangan: Potret Harga dan Konsumsi Masyarakat

16 Oktober 2023   11:39 Diperbarui: 20 Oktober 2023   16:56 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum via Kompaas.com)

Kenaikan Harga Beras dan Daging Ayam

Satu hari torang makan nasi 3 kali, kadang-kadang masak 3 cupa. Kadang kalau ada tamu sampai 5 cupa per hari. Itu juga hari jumat kadang masak 2 cupa saja karena siram pupeda. 

"Harga beras so naik lagi, mending torang puasa tiap hari saja," guyonan tetangga yang sedang berbelanja di kios dekat rumah.

Peningkatan harga beras dirasakan sejak kuartal pertama tahun 2023. Beras berada pada kisaran harga Rp 13.500 sampai Rp 15.000 per kg. Di sini, Ternate, beras merk special yang menjadi andalan warga kota per karung 25 kg berada pada harga Rp 380.000.

Hal ini diakui oleh ma Haji Beda salah satu agen beras di Selatan kota Ternate. Meskipun mahal tetap kami membeli untuk sediaan stok. Khawatirnya ada pelanggan yang kesulitan mencari. Meskipun agak khawatir jika pertengahan harganya akan turun. 

"Kalau harganya turun kami rugi, kan harga belinya tinggi," ungkap ibu Haji Beda yang hamper 30 tahun ini menjadi agen beras.

Beras adalah salah satu dari beberapa bahan pangan yang menjadi andalah warga Indonesia. Tak heran jika meskipun harganya meroket, beras akan tetap menjadi incaran. Warga sudah menjadikan beras sebagai yang utama. 

"Kalau belum makan nasi, seperti belum makan," ucap om Amin tukang ojeg yang ditanya soal presepsinya akan makanan utama.

(Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum via Kompaas.com)
(Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum via Kompaas.com)
Beras menjadi sumber penyedia energi tertinggi dengan rata-rata konsumsi langsung rumah tangga sebesar 94,9 kg/kg/kapita/tahun. Selain permintaan yang meningkat selaras dengan kebutuhan konsumsi beras harga beras di pasaran juga tiap waktu mengalami peningkatan.

Menurut Katadata, harga beras selama kuartal pertama tahun 2023 sudah mengalami peningkatan, hal ini terlihat pada grafik di bawah ini. Rata-rata harga beras premium nasional tertinggi per 01 Maret 2023 adalah Rp 13.713/kg dengan harga minimum Rp 11.869/kg.

Sumber: Katadata, 2023
Sumber: Katadata, 2023

Selain beras, kenaikan juga terjadi pada komoditas asal peternakan yakni daging ayam. Sebagai salah satu primadona, peningkatan daging ayam juga menjadi momok bagi masyarakat. 

"Kalau ikan mahal, biasanya torang beli ayam. Cuma sekarang harga ayam juga sudah meningkat, yang dulu R 45.000, sekarang harganya jadi lima puluh delapan ribu," keterangan seorang ibu yang juga PNS di salah satu instansi pemerintah di Ternate. 

Daging ayam broiler berasal dari ayam broiler yang dipelihara selama 28 hari. Proses pemeliharaannya membutuhkan perhatian penuh, ada kegiatan vaksinasi, pemberian vaksin, perhatian terhadap manajemen misalnya penggantian alas kandang/litter dan lain sebagainya. Yang mana semuanya membutuhkan modal produksi yang tidak sedikit.

Diversifikasi pangan lokal, sudahkah menjadi solusi?

Gerakan diversifikasi pangan lokal yang digalakkan pemerintah sudah sejak lalu digeliatkan. Namun sejauh ini apakah berdampak terhadap konsumsi pangan masyarakat?

Beberapa masyarakat Ternate, Maluku Utara yang diwawancarai mengakui bahwa meskipun terkadang sering menyelipkan ubi dan pupeda dalam sajian pangan harian, tetapi pun tidak bisa mengurangi nasi sebagai pangan pokok. Hal ini mungkin karena masyarakat sudah terbiasa makan nasi.

Data menunjukkan bahwa pada tahun 2022, tingkat konsumsi padi-padian (serelia) masyarakat Indonesia masih sangat tinggi, yakni lebih dari 60%. Padahal tujuan gerakan diversifikasi pangan adalah untuk mengurangi skor tersebut. Harapannya konsumsi sayuran, buah, pangan hewani, kacang-kacangan dan umbi-umbian bisa meningkat.

Berbagai upaya dilakukan untuk menggiatkan diversifikasi pangan lokal, hal pertama yang dilakukan adalah pengembangan diversifikasi pangan lokal sumber karbohidrat non-beras dan pembuatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk membudidayakan pangan lokal non karbohirat yang bermanfaat bagi Kesehatan.

Sebagai negara yang memiliki mega biodiversity-keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran dan 110 jenis rempah dan bumbu-buan yang dimiliki Indonesia.

Ragam bahan pangan tersebut sepatutnya menjadi solusi untuk menurunkan rata-rata konsumsi padi-padian. Harapannya, masyarakat dapat memanfaatkan ragam pangan lokal untuk konsumsi keseharian sehingga mengurangi biaya belanja bahan pangan setiap harinya.

Asa sepiring angan

Kebutuhan pangan masyarakat akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Setiap hari perut lapar, keroncongan, jika sudah Lelah bekerja imbasnya, rasa lapar melanda. Namun pernahkan kita berpikir dari mana asal mula pangan yang tersaji di dalam piring cantik di atas meja makan?

Nasi, melalui proses panjang petani, menanam bibit padi, pemilihan bulir beras, diramu juru masak hingga tersaji nasi hangat-hangat kuku. Daging ayam, dimulai dari rekayasa genetik di laboratorium canggih menghasilkan bibit ayam siap panen 28 hari, pemotongan, hingga pengolahan menjadi ayam rica-rica yang pas disantap dengan nasi hangat.

Tidak pendek alurnya. Sementara masyarakat juga harus mengorbankan banyak biaya untuk melengkapi sepiring pangan sehari-harinya.

Pangan perlu dijamin harga, akses untuk mendapatkannya, ketersediaannya. Karena ketahanan pangan ini menjadi kunci terselenggaranya kehidupan yang baik.

Mulanya dari sepiring makanan. Untuk menyiapkan sepiring pangan yang bergizi, perlu kolaborasi. Masyarakat, pemerintah, akademisi dan semua pihak perlu menyiapkan amunisi. Importasi dikurangi, konsumsi pangan lokal digencarkan lagi agar semua masyarakat tidak bersusah hati untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Keterangan: 

cupa: kaleng susu yang dijadikan pegukur beras

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun