Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lebaran, Pelesiran ke Sasadu

12 Mei 2022   15:49 Diperbarui: 12 Mei 2022   15:50 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pose di depan Sasadu desa Golo, Sahu Halmahera Barat [dokpri, 2022]

Perjalanan  ke Jailolo

3 Mei 2022 atau tepatnya pada hari kedua lebaran saya, suami dan si kecil Nailah bertolak ke Jailolo, Halmahera Barat. Semenjak menikah empat tahun lalu, saya dan suami selalu menyempatkan waktu untuk silaturahmi ke rumah mama. Mama mertua hingga kini bertempat tinggal di desa Hatebicara, Jailolo Halmahera Barat.

Dari Ternate kami tancap gas pagi-pagi sekali ke pelabuhan Ahmad Yani. Perjalanan ke Jailolo hanya satu jam tetapi dengan kendaraan laut. Pagi itu kami berencana naik kapal cepat.

Pelabuhan Ahmad Yani Ternate [dokpri, 2022]
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate [dokpri, 2022]

Bukan tidak ada pilihan lain, ada! Rute Jailolo Halmahera Barat juga bisa ditempuh dari pelabuhan Bastiong Ternate. Disana bisa naik kapal speed ke Sofifi atau kapal feri ke Sidangoli. Sesampainya disana perlu lagi menyambung dengan kendaraan darat kurang lebih 2 jam perjalanan.

Pelabuhan dufa-dufa juga bisa menjadi alternatif. Disana ada kapal kayu dan kapal speed yang kapasitasnya lebih kecil daripada kapal cepat yang ada di pelabuhan Ahmad Yani. Jujur, jika harus memilih saya tetep kekeh naik kapal cepat. Saya tak piawai berenang. Perjalanan laut adalah hal yang mendebarkan meskipun sebenarnya juga sangat menyenangkan. Entahlah!

Kami tiba pukul 06.40 WIT di pelabuhan. Disana penumpang membludak. Tak seperti hari biasanya. Mungkin karena lebaran. Saya membiarkan suami menggendong si kecil Nailah dan menerobos masuk mengantri tiket kapal.

Hampir setengah jam berdesak-desakan. Dan alhamdulillah dapat dua tiket dewasa. Beruntungnya suami sudah memakai jasa buruh. Tas dan segala macam tentengan sudah dibawa lebih dulu ke atas kapal. Ini sekaligus trik untuk mendapatkan kursi, biasanya buruh sangat lihai mencari tempat di kapal. Alhamdulillah, berkat buruh kami pun berhasil mendapat tempat duduk.

Pukul 08.00 WIT kapal bertolak ke Jailolo. Laut tenang, perjalanan terasa sangat menyenangkan meskipun udara di dalam kapal agak sedikit panas. Mungkin karena penumpang sangat penuh. Ada yang berdiri, ada yang duduk di kursi plastik milik petugas. Ada juga yang memilih duduk di atap kapal.

Tepat pukul 09.00 WIT kapal tiba di pelabuhan Jailolo. Sekadar informasi, harga tiket untuk orang dewasa Rp. 72 ribu dengan jarak tempuh satu jam perjalanan. Cukup terjangkau bukan?

Pelabuhan Jailolo [dokpri, 2022]
Pelabuhan Jailolo [dokpri, 2022]

Lebaran adalah Healing

Suasana lebaran di Jailolo cukup hikmat. Di rumah mama nuansa lebaran pun terasa hangat. Dari halaman depan terlihat bunga-bunga segar, mungkin juga karena baru disiram. Saat masuk ke rumah, terlihat ada yang berbeda, sofa di ruang tamu dirubah posisinya.

Saat mendekat ke meja terlihat beberapa toples kaca berjejeran rapi. Ada kue lebaran. Menilik lebih dekat, kue nastar kesukaan saya, ada pula kue kering dengan toping keju, kacang disco begitu sebutan mama serta kue kurma, bentuknya mirip kurma dan diselimuti butiran kacang. Kacangnya sudah dihaluskan, tetapi tidak benar-benar halus.

Begitulah lebaran, semacam sudah menjadi tradisi. Berkumpul bersama keluarga, bersilaturahmi sembari mencicipi kuliner khas lebaran. Sebenarnya di rumah mama tidak hanya kue kering. Ada lapis Tidore kue berbentuk kotak dilapisi selai kacang. Kemarin mama menggunakan selai kenari, enak sekali!

Setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan berhadapan dengan rutinitas pekerjaan yang melelahkan. Lebaran adalah waktu yang dinanti. Bagi saya, lebaran adalah healing. Iya healing, begitu bahasa kerennya anak-anak zaman now. Semacam upaya pelipur lara, baik fisik maupun mental. Enjoy!

Wisata budaya: Pelesiran ke Sasadu

Lebaran, tidak asyik jika hanya berkunjung dari rumah ke rumah, berjabat tangan dan makan kue lebaran. Libur lebaran akan makin seru ketika kita memanfaatkannya dengan berwisata. Tentu kita mengenal beragam wisata seperti wisata bahari, wisata kuliner, wisata cagar alam, wisata belanja dan wisata olahraga serta wisata budaya. Nah, wisata budaya sangat menarik rupanya.

Seperti libur lebaran kali ini saya memilih cara dan tempat yang berbeda untuk wisata. Tepat di hari kelima lebaran saya menyampaikan keinginan wisata ini kepada mama. Mama dengan senang hati menerima ajakan saya.

Wisata budaya sangat bermanfaat. Selain bisa mempelajari sejarahnya, pelesiran ke spot budaya merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan untuk ikut serta memajukan dan melestarikan kebudayaan, menambah wawasan kita tentang kebudayaan serta dapat meningkatkan kecintaan pada tanah air. Merdeka!

Saya, mama dan si kecil Nailah bersiap-siap. Kalau  tidak salah  tepat jam 09.00 WIT kami keluar dari rumah. Tujuan awalnya ke pasar Gufasa. Hanya untuk membeli ikan saja. Setelah dari pasar kami bergegas tancap gas sampai ke Balisoan, satu desa di Kecamatan Sahu Timur. Memang Balisoan bukan tempat terakhir yang dituju. Menikmati perjalanan dari Gufasa menuju Balisoan-sambil berplesir ke Sasadu-lah tujuan yang sesungguhnya.

Perjalanan semakin seru karena disponsori oleh bentor, becak motor hehe. Saya dan mama memilih naik bentor supaya dapat menikmati keindahan desa-desa. Setelah harga disepakati kami mulai berjalan.

Sepanjang perjalanan Nailah terlihat sangat senang. Mungkin karena di Ternate jarang keluar. Oh iya atau mungkin karena baru pertama naik bentor untuk rute perjalanan yang agak jauh. Di Ternate tempat kami tinggal tidak ada bentor, hanya ada ojeg dan angkutan mikrolet.

Tentu bukan hanya Nailah yang kegirangan, saya juga. Sejujurnya saya sangat senang naik bentor. Tidak tahu kenapa seperti ada kebahagiaan tersendiri saat naik bentor. Setiap ke Jailolo ada saja alasan untuk naik bentor.

Plesiran ke rumah Sasadu juga bukan tanpa alasan. Keinginan ini semakin membuncah ketika beberapa bulan lalu menonton film dokumenter Nanel: Impian dalam Rempah. Cerita film yang diperankan oleh tokoh Risya ini mengangkat budaya masyarakat Halmahera Barat. Dalam penggalan cerita pun menampilkan ritual adat di Sasadu.

Sasadu adalah rumah adat suku Sahu. Suku Sahu merupakan salah satu dari 35 suku asal propinsi Maluku Utara. Suku Sahu adalah suku tradisional yang ada di Halmahera Barat selain suku Tobaru, Wayoli, Gorap, Loloda dan Gamkonora (Bajriah et al., 2015 dalam Nanuru RF, 2019).

Rumah Adat Sasadu Desa Golo [dokpri, 2022]
Rumah Adat Sasadu Desa Golo [dokpri, 2022]

Sasadu sendiri adalah bahasa Sahu yang berarti rumah adat, serupa bahasa Melayu Maluku Sabua. Sepanjang perjalanan ke Balisoan lebih tepatnya saat masuk di Kecamaatan Sahu hampir di semua desa ada Sasadu. Sasadu terletak di pinggir jalan. Dijelaskan Bajriyah et al (2015) dalam Nanuru R.F (2019) bahwa sasadu merupakan rumah adat yang bukan menjadi rumah tinggal satu keluarga tertentu tetapi merupakan rumah bersama milik suku Sahu.

Sasadu memiliki dua fungsi utama yaitu tempat pelaksanaan upacara adat dan pelaksanaan musyawarah. Suku Sahu merupakan masyarakat agraris dan religius. Ada upacara adat yang biasa dilakukan dalam proses perladangan di bidang pertanian yaitu sa'ai mango'a dan sa'ai lamo. Upacara ini dipusatkan di Sasadu (Hikmansyah, 2016).

Selanjutnya dilanjutkan Hikmansyah (2016) bahwa Sa'ai mango'a merupakan pesta adat sesudah menabur benih padi. Sa'ai artinya memasak, ngo'a artinya anak. Pesta adat ini merupakan pesta gembira dan dilaksanakan ketika padi yang ditanam berumur dua atau tiga minggu. Sedangkan sa'ai lamo adalah pesta syukur adat yang berlangsung tujuh sampai sembilan hari. Pesta adat ini dilakukan yang lamanya harus menyesuaikan dengan jumlah atap Sasadu antara 9, 7 atau 5 (jumlah ganjil).

Perjalanan menggunakan becak motor adalah hal yang sangat menyenangkan. Kita bisa menghirup udara segar sembari menengok kiri dan kanan. Terlihat aktivitas warga dari atas bentor. Bertolak dari Gufasa ke Gamlamo, Jalan Baru, Soakonora, Hatebicara, Acango, Tedeng, Akediri hingga Kuripasai. Selanjutnya masuk ke Kecamatan Sahu. Berdasarkan pantauan dari bentor saat memasuki kecamatan Sahu hampir di semua desa memiliki Sasadu.

Sayangnya tidak semua Sasadu bisa dikunjungi. Becak motor yang kami tumpangi juga menargetkan durasi pulang pergi, selain harga yang juga dipatok lebih dari Rp. 150 ribu. Tak mengapa, ini lebih dari cukup. Perasaan bahagia! Setelah itu baru kerja lagi hehe.

Di sepajang perjalanan, terlihat rumah-rumah ibadah, mesjid, gereja, sapi, hingga tempat pengasapan  kelapa untuk kopra. Masyarakat Sahu pun Jailolo, Halmahera Barat secara umum  hidup berdampingan dengan tetap mengandalkan sumberdaya alam berupa hasil pertanian, perkebunan dan juga peternakan. 

Di beberapa titik, perekonomian serasa hidup. Pasar ramai meski tidak seramai di Ternate. Sayangnya belum ada acara adat di Sasadu saat itu. Sasadu di beberapa desa pun terlihat sunyi, padahal banyak rumah yang mengapit sasadu. Mungkin keberangkatan kita terlalu pagi. Padahal jika ada, saya akan berlagak ala" jurnalis andal, untuk mencari informasi lebih tentang Sasadu.

Beruntunglan, pak Bentor, sapaan saya pada pengemudi bentor banyak bercerita tentang adat dan budaya dari masyarakat di Halbar, Jailolo dan  Sahu  pada khususnya. Meskipun bukan asli Halmahera, bapak asal Sulawesi ini cukup cakap. Sudah lama pak Bentor hidup di Halmahera.

Ketika saya menyampaikan keinginan untuk mengunjungi Sasadu, beliau pun dengan gamblang memberikan informasi yang berkaitan dengan rumah adat suku Sahu ini. Ternyata di Tedeng, ada juga Sasadu tapi letaknya agak jauh dari jalan besar (sebutan bagi jalan raya utama). Sangat informatif!

Ketika sampai di Balisoan kami memilih memutar arah kembali ke Jailolo, tapi tidak sampai ke Gufasa, hanya di Hatebicara. Kami sepakat mampir ke Sasadu yang ada di desa Golo, Kecamatan Sahu Timur. 

Sesampainya di depan Sasadu, saya segera menyalakan kamera, memotret Sasadu dari dekat. Tak puas, saya pun masuk kedalam. Mengambil video beberapa menit dan berswafoto. Selanjutnya meminta pak Bentor memotret saya dari seberang jalan. Tujuannya agar terlihat bentuk atap Sasadu secara keseluruhan (tampak depan).

Sasadu di desa Golo terletak di depan jalan. Senada dari beberapa literatur bahwasanya letak sasadu dibangun di tengah desa atau kampung dengan lokasi yang tidak jauh dari jalan. Ini untuk memudahkan jangkauan masyarakat. Harapannya orang-orang dari seluruh desa atau kampung dapat dengan mudah mengunjunginya.

Papan informasi Rumah Adat Sasadu Golo [dokpri, 2022]
Papan informasi Rumah Adat Sasadu Golo [dokpri, 2022]

Di bagian kanan depan Sasadu ada papan informasi. Papan informasi berisi sejarah singkat rumah adat Sasadu. Ada pula imbauan untuk melestarikan rumah adat ini. Beberapa pasal dicantumkan.

Yang menarik adalah konstruksi bangunannya. Material menggunakan bahan baku lokal. Ada kayu, batang pohon kelapa, batang pohon sagu dan atap rumbia. Bentuk bangunan sasadu juga dibuat lebih rendah, supaya pengunjung atau masyarakat saat masuk agak menundukkan badan. Filosofinya yaitu masyarakat agar selalu taat pada adat.

Saya juga melihat ada beberapa alat musik, mungkin tifa yang diletakkan di atas loteng Sasadu. Mengingat waktu, saya bergegas kembali naik bentor dan kembali melanjutkan perjalanan. Masih banyak keganjalan, rasa penasaran tentang sasadu, seandainya bisa bertemu langsung dengan tokoh adat pasti banyak hal yang akan saya tanyakan. Mungkin di lain waktu atau di lebaran berikutnya. Semoga!

Referensi:

Hikmansyah H. 2016. Bentuk dan Fungsi Rumah Sasadu sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat Sahu Kabupaten Hakmahera Barat Maluku Utara. Prosiding Seminar Nasional Suistainable Agriculture and Urbanism. Universitas Diponegoro, Semarang Jawa Tengah.

Nanuru, R. F. 2019. Orom Sasadu: Hakikat dan Maknanya Bagi Masyarakat Suku Sahu Di Halmahera Barat, Maluku Utara. Jurnal Filsafat, 29(1), 66-101.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun