Tapi mengapa data BPS jarang sekali di pakai oleh media-media mainstream untuk mendukung sebuah opini?. Contohnya media lebih suka menampilkan Jokowi blusukan plus di sertai wawancara satu atau dua orang yang menyanjung-nyanjung jokowi. Mengapa tidak menampilkan data-data statistik sebelum dan sesudah jokowi menjabat di solo?, misalnya angka kemiskinan sebelum dan sesudah jokowi, atau angka pengangguran sebelum dan sesudah Jokowi?. Media itu kan di isi rata-rata oleh kaum terpelajar, seharusnya bisa membuat berita yang lebih ilmiah.
Walupun data statistik itu bisa dan seringkali dimainkan. Tapi bisa dengan mudah di evaluasi, dan banyak pihak yang bisa mengevaluasi, karena jelas sumbernya darimana dan siapa yang bertanggung jawab atas data tersebut. Masa iya Bola saja yang pakai statistik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI