"Eu...eu...eu. Insyaallah tilu sasih deui, panginten".
Neneng Fatonah tersenyum sambil menatapku dalam. Aku keder. Teu puguh rampa. Dan, setelah itu aku pun uluk salam kepada tuan rumah. Sekalian mampir ke kampung halaman di Garut, bermusyawarah dengan Emak di rumah yang mengharapkan aku mendapatkan jodoh seperti Neneng Fatonah. Apalagi aku sekarang sudah bekerja kendati serabutan. Emak pasti senang mendengarnya, karena sang anak sudah cukup umur untuk membina rumah tangga. Bilih kausap syetan, pepatahnya ketika Neneng dikenalkan padanya sebulan yang lalu. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H