Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perilaku Makan Orang Tua Membentuk Cara Anak Berinteraksi dengan Makanan

8 Januari 2025   09:43 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:45 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perilaku Makan Orang Tua dan Anak -Sumber Gambar: World Humanitarian Movement 

Cara orang tua menyikapi makanan dan waktu makan secara signifikan memengaruhi hubungan anak-anak mereka dengan makanan. Dari preferensi makanan hingga asosiasi emosional, anak-anak sering kali meniru perilaku dan sikap yang mereka amati di rumah. Penelitian terkini menyoroti hubungan langsung antara praktik makan orang tua dan perkembangan perilaku terkait makanan pada anak-anak, yang menggarisbawahi peran penting orang tua dalam membentuk kebiasaan seumur hidup.

Pengaruh Orang Tua terhadap Praktik Makan

Anak-anak kecil memandang orang tua mereka sebagai panutan utama mereka. Mereka mencari persetujuan orang tua dan secara alami meniru perilaku yang mereka amati, termasuk kebiasaan makan. Peniruan ini melampaui tindakan tingkat permukaan hingga mencakup sikap dan emosi seputar makanan. Anak-anak memperhatikan jauh lebih banyak daripada yang sering diasumsikan orang dewasa, yang menjadikan contoh yang diberikan oleh orang tua sangat penting dalam membentuk hubungan makanan yang sehat.

Selama beberapa dekade penelitian, psikolog dan profesional kesehatan mental telah mengeksplorasi pengaruh mendalam dari kehadiran dan gaya keterikatan orang tua. Buku-buku seperti Hold On To Your Kids: Why Parents Need To Matter More Than Peers karya Dr. Gabor Mat dan Being There: Why Prioritizing Motherhood In The First Three Years Matters karya Erica Komisar, LCSW, menekankan pentingnya kehadiran emosional dan fisik orang tua dalam menumbuhkan keterikatan yang aman dan kesehatan emosional. Prinsip-prinsip ini secara alami meluas ke perilaku kesehatan mendasar, seperti makan, tidur, dan aktivitas fisik.

Kaitan Antara Hubungan Makanan Orang Tua dan Anak

Sebuah studi terbaru di Inggris yang dilakukan oleh ilmuwan perilaku meneliti korelasi langsung antara perilaku makanan orang tua dan pola makan anak-anak mereka. Orang tua dikategorikan ke dalam empat jenis hubungan makanan:

1. Makan Khas: Kebiasaan makan seimbang dan sedang, tanpa perilaku ekstrem (40%).

2. Makan Berlebihan: Makan lebih didorong oleh isyarat lingkungan dan emosional daripada rasa lapar, dengan respons rasa kenyang yang rendah dan konsumsi cepat (37%).

3. Makan Emosional: Makan sebagai respons terhadap emosi, yang sering kali menyebabkan makan berlebihan (16%).

4. Makan Menghindar: Kenikmatan makanan terbatas, dengan perilaku makan pilih-pilih atau selektif (6%).

Penelitian menemukan bahwa anak-anak sering kali meniru gaya hubungan makanan orang tua mereka. Hal ini khususnya terlihat di antara keluarga dengan pola makan yang berlebihan atau menghindari makanan. Orang tua yang menggunakan makanan untuk pengaturan emosi lebih cenderung memiliki anak yang mengadopsi mekanisme penanganan yang sama. Lebih jauh, rumah dengan lingkungan makanan yang tidak sehat---seperti seringnya penggunaan makanan sebagai hadiah atau kurangnya pilihan makanan bergizi---dikaitkan dengan anak-anak yang mengembangkan perilaku makanan yang menghindari atau tidak sehat.

Pengaturan Emosional dan Kebiasaan Makan

Penggunaan makanan oleh orang tua untuk pengaturan emosi menciptakan lingkaran umpan balik yang dapat membentuk hubungan anak-anak dengan makanan hingga dewasa. Misalnya, orang tua yang memberi hadiah atas prestasi dengan makanan manis atau meredakan stres dengan makanan yang menenangkan mungkin secara tidak sengaja mengajarkan anak-anak untuk mengasosiasikan makanan dengan kenyamanan atau hadiah emosional. Dinamika ini memiliki implikasi jangka panjang yang signifikan, karena perilaku makanan tidak sehat yang terbentuk di masa kanak-kanak dapat berkontribusi pada masalah seperti obesitas, gangguan makan, dan makan emosional di masa dewasa.

Data terkini dari CDC mengungkapkan bahwa 20% remaja berusia 12-18 tahun mengidap diabetes tipe 2, yang menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi pola ini sejak dini. Meskipun perilaku makan dapat berubah pada tahap kehidupan apa pun, membangun kebiasaan sehat di masa kanak-kanak jauh lebih mudah daripada mengubah perilaku yang sudah mengakar saat dewasa.

Menciptakan Lingkungan Makanan yang Positif

Untuk membina hubungan makanan yang lebih sehat, orang tua dapat mengambil langkah proaktif untuk membentuk kembali perilaku mereka sendiri dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak mereka. Saran-sarannya meliputi:

  • Tetapkan Sumber Kenyamanan Non-Makanan: Dorong pengaturan emosi melalui aktivitas seperti olahraga, seni, atau perhatian daripada beralih ke makanan untuk kenyamanan.
  • Rayakan Tanpa Makanan Manis: Gunakan pengalaman atau aktivitas menyenangkan untuk menandai pencapaian, hindari makanan manis sebagai hadiah.
  • Sediakan Pilihan Bergizi: Sediakan makanan sehat di rumah untuk meningkatkan pola makan seimbang.
  • Libatkan Anak dalam Persiapan Makanan: Melibatkan anak dalam memasak dan memanggang menumbuhkan rasa ingin tahu dan hubungan positif dengan makanan.
  • Tetapkan Rutinitas Waktu Makan yang Teratur: Jadwal yang dapat diprediksi membantu anak-anak mengembangkan rasa keteraturan dan kesadaran seputar makan.

Membangun Warisan yang Sehat

Orang tua memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak-anak mereka seputar makanan. Dengan mencontohkan kebiasaan makan yang seimbang, menciptakan lingkungan waktu makan yang positif, dan menangani hubungan emosional dengan makanan, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan hubungan yang berkelanjutan dan sehat dengan makanan. Upaya ini tidak hanya bermanfaat bagi kesejahteraan langsung anak-anak tetapi juga meletakkan dasar bagi pilihan yang lebih sehat seumur hidup.

***

Solo, Rabu, 8 Januari 2025. 9:12 am

Suko Waspodo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun