Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Ketulusan Benar-Benar Kebajikan Romantis yang Terbesar?

2 Oktober 2024   13:46 Diperbarui: 2 Oktober 2024   13:47 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Most Beautiful Quotes to Live By

"Pria menyukai gadis yang tampaknya tidak dapat dicapai. Hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah mempermudah mereka." - Leandra De Andrade

Pada tahap awal hubungan romantis, bersikap terbuka dan tulus sepenuhnya terkadang bisa menjadi bumerang. Meskipun ketulusan itu penting, berbagi terlalu banyak terlalu cepat---terutama tentang hubungan masa lalu atau pengalaman seksual---dapat merusak romansa yang sedang tumbuh. Hal ini terutama berlaku ketika salah satu pasangan belum sepenuhnya menyadari kualitas yang dimiliki pasangannya, yang menyebabkan mereka terlalu fokus pada kekurangan yang dirasakan.

Taktik kencan yang umum, yaitu bersikap sulit didapatkan, adalah salah satu contoh ketidakjujuran yang disengaja. Meskipun mungkin tampak manipulatif, hal itu sering kali memanfaatkan kecenderungan manusia untuk menghargai apa yang sulit dicapai. Namun, strategi ini dapat dengan cepat berubah menjadi masalah, karena melibatkan penipuan dan menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan. Di sisi lain, bersikap terlalu bersemangat atau "mudah didapatkan" dapat menandakan keputusasaan dan menurunkan nilai yang dirasakan seseorang di mata calon pasangan.

Ketulusan di Era Digital: Batas Baru Penipuan

Di era digital, di mana komunikasi sering kali dimediasi oleh layar dan anonimitas, ketulusan memiliki dimensi baru. Interaksi digital menyediakan lahan yang subur bagi pengungkapan diri yang lebih besar dan penipuan yang lebih mudah. Menariknya, meskipun ruang daring penuh dengan peluang untuk ketidakjujuran, banyak orang juga merasa lebih nyaman bersikap tulus dalam pertemuan digital karena dianggap mengurangi kerentanan. Hal ini telah menyebabkan peningkatan hubungan daring yang berkembang menjadi hubungan jangka panjang.

Meskipun interaksi digital sering kali mendorong ekspresi emosi yang tulus, interaksi tersebut juga mengaburkan batas antara kenyataan dan fantasi. Misalnya, seseorang mungkin dengan tulus mengungkapkan hasrat seksual, tetapi ketika hasrat tersebut dimainkan dalam konteks fantasi, hasrat tersebut menjadi terpisah dari kenyataan. Dalam pertemuan digital, imajinasi dapat meningkatkan hubungan, tetapi juga dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang apa yang asli.

Poliamori dan Ketulusan: Menavigasi Privasi dan Keterbukaan

"Saya jauh lebih penyayang, pemaaf, dan tidak menghakimi daripada sebelumnya. Jadi, saya pikir itu karena saya tidak merasa terkekang dan terperangkap lagi." - Seorang wanita poliamori

Hubungan poliamori menambah lapisan kompleksitas lain pada perdebatan ketulusan. Dalam hubungan ini, keterbukaan dan kejujuran adalah yang terpenting, tetapi keduanya harus diimbangi dengan rasa hormat terhadap privasi individu. Setiap hubungan dalam jaringan poliamori memiliki batasannya sendiri seputar keterbukaan dan keintiman. Beberapa pasangan mungkin menginginkan transparansi penuh tentang interaksi dengan kekasih lain, sementara yang lain mungkin lebih suka tidak diberi tahu untuk menjaga ketenangan pikiran mereka.

Dalam poliamori, konsep kepedulian yang tulus diutamakan. Meskipun pasangan mungkin tidak mengungkapkan setiap detail intim dari interaksi mereka dengan orang lain, fokusnya adalah pada pengembangan dinamika yang memelihara dan mendukung. Ketulusan dalam poliamori melibatkan penghormatan terhadap batasan dan kebutuhan emosional semua yang terlibat.

Kepedulian yang Tulus: Keutamaan Romantis yang Utama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun