Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memahami Polarisasi Politik melalui Teori Identitas Sosial

3 Agustus 2024   12:00 Diperbarui: 3 Agustus 2024   12:05 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: SciTechDaily

Wawasan Utama

  • Individu memperoleh sebagian konsep diri mereka dari keanggotaan mereka dalam kelompok sosial.
  • Orang-orang menginternalisasi norma, nilai, dan perilaku kelompok politik mereka.
  • Perbandingan antara kelompok politik sering digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan harga diri.

Pendahuluan

Polarisasi politik telah menjadi ciri khas masyarakat modern, yang menyebabkan meningkatnya perpecahan dan konflik. Teori Identitas Sosial (TIS) menawarkan kerangka kerja yang kuat untuk memahami fenomena ini dengan meneliti bagaimana keanggotaan kelompok membentuk konsep diri individu, memengaruhi perilaku dan sikap mereka terhadap anggota kelompok dalam dan kelompok luar. Melalui lensa TIS, kita dapat lebih memahami mekanisme yang mendasari yang mendorong polarisasi politik dan mengeksplorasi strategi untuk mengurangi dampak negatifnya.

Pengaruh Identitas Sosial pada Politik

TIS menyatakan bahwa individu memperoleh sebagian besar konsep diri mereka dari keanggotaan mereka dalam kelompok sosial. Dalam konteks politik, hal ini diterjemahkan menjadi identifikasi yang kuat dengan partai politik atau ideologi. Misalnya, di Amerika Serikat, identifikasi yang intens dengan partai Demokrat atau Republik sering kali mengarah pada pandangan bahwa kelompok lawan pada dasarnya berbeda dan bermusuhan. Identifikasi ini mendorong perilaku dan sikap yang menguntungkan kelompok sendiri sambil mendiskriminasi kelompok lawan.

Mekanisme yang Mendorong Polarisasi Politik

1. Kategori Sosial: Orang mengkategorikan diri mereka sendiri dan orang lain ke dalam kelompok, menyederhanakan dunia sosial dan menyediakan kerangka kerja untuk memahami dinamika politik.

2. Identifikasi Sosial: Individu mengadopsi identitas kelompok politik mereka, menginternalisasi norma, nilai, dan perilakunya, yang mengarah pada keterikatan emosional yang kuat.

3. Perbandingan Sosial: Membandingkan kelompok politik mereka dengan orang lain membantu individu mempertahankan atau meningkatkan harga diri, yang mengakibatkan favoritisme dalam kelompok dan diskriminasi luar kelompok.

Peran Keberpihakan

Keberpihakan telah berkembang menjadi identitas sosial inti bagi banyak orang, yang sering disebut sebagai "politik identitas." Keyakinan politik terkait erat dengan identitas pribadi, membuat kompromi dan dialog menjadi sulit karena tantangan terhadap keyakinan politik dianggap sebagai serangan pribadi.

Pengaruh Media terhadap Identitas Politik

Paparan selektif terhadap media yang sejalan dengan keyakinan politik yang sudah ada sebelumnya memperkuat identitas sosial. Konsumsi media yang partisan mengintensifkan favoritisme dalam kelompok dan diskriminasi kelompok luar, yang selanjutnya mengakar pada individu dalam pandangan politik mereka.

Ancaman Kelompok dan Perilaku Politik

Ancaman yang dirasakan terhadap kelompok politik seseorang dapat menyebabkan respons yang ekstrem, peningkatan dukungan untuk kebijakan radikal, dan perilaku bermusuhan terhadap anggota kelompok luar. Dinamika ini terbukti dalam berbagai konteks politik, di mana ancaman yang dirasakan memperkuat perpecahan dan mendorong individu untuk mengadopsi sikap yang lebih radikal.

Strategi Mengurangi Polarisasi Politik

1. Mendorong Identitas Superordinat: Mempromosikan identitas yang lebih besar dan inklusif yang mencakup banyak kelompok dapat mengurangi favoritisme dalam kelompok dan diskriminasi kelompok luar.

2. Mempromosikan Kontak Antarkelompok: Mendorong interaksi antara anggota kelompok politik yang berbeda dapat mengurangi prasangka dan meningkatkan pemahaman.

3. Membina Konsumsi Media yang Kritis: Mendidik individu tentang literasi media dan mendorong konsumsi media yang beragam dapat membantu mengurangi perspektif yang bias.

4. Dialog dan Musyawarah: Dialog terstruktur yang mendorong percakapan yang saling menghargai lintas garis politik dapat membantu menjembatani kesenjangan.

5. Menyoroti Tujuan Bersama: Berfokus pada tujuan dan nilai bersama dapat menciptakan rasa persatuan dan kerja sama.

6. Mengurangi Ancaman yang Dirasakan: Menangani sumber ancaman yang dirasakan terhadap kelompok politik dapat mengurangi dukungan untuk tindakan ekstrem dan permusuhan.

7. Intervensi Kebijakan untuk Memupuk Keterlibatan Warga Negara: Pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang mendorong keterlibatan dan partisipasi warga negara secara aktif dalam proses demokrasi.

Kesimpulan

Teori Identitas Sosial menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami perilaku dan polarisasi politik. Dengan mengenali bagaimana identitas kelompok memengaruhi sikap dan perilaku, kita dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk mengurangi kesenjangan politik. Merangkul kemanusiaan kita bersama dan berjuang untuk saling pengertian dapat membantu kita melampaui kesenjangan yang memisahkan kita, menumbuhkan masyarakat yang lebih bersatu dan kooperatif.

***

Solo, Sabtu, 3 Juli 2024. 11:45 am

Suko Waspodo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun