Remaja dapat belajar dari pengalaman orang tua, baik positif maupun negatif.
Wawasan Utama
- Teladan orang tua selalu bersifat instruktif, dan remaja memilih apakah akan mengikutinya.
- Orang tua dapat membimbing remaja yang lebih tua dengan berbagi, ketika ditanya, pilihan yang berhasil atau tidak bagi mereka.
- Orang tua bisa menceritakan kesalahan yang dilakukannya agar remaja bisa belajar dari kesalahannya.
Pada dasarnya, apa yang orang tua berikan kepada remajanya adalah siapa dan bagaimana mereka, melalui contoh masa kini dan masa lalu.
Contoh Sekarang
Interaksi selalu bersifat mendidik. Perilaku orang tua selama perselisihan dengan remaja dapat bersifat instruktif, memengaruhi cara remaja tersebut berinteraksi ketika berkonflik dengan mereka dan melakukan pendekatan terhadap pertentangan dalam hubungan kepedulian lainnya di kemudian hari.
Sebagai contoh yang bagus:
"Orang tua saya mendengarkan dan tetap tenang, berpegang teguh pada hal-hal spesifik, menjawab pertanyaan saya, memedulikan perasaan saya, menjelaskan pendirian mereka dan alasannya, serta membicarakan dengan saya apa yang perlu dilakukan. Di akhir perselisihan, kami mengenal satu sama lain sedikit lebih baik dari sebelumnya." Dengan demikian, konflik yang dilakukan dengan baik dapat meningkatkan keintiman.
Sebagai contoh yang buruk:
"Karena tidak sabar dengan pertengkaran tersebut, orang tua saya akan kehilangan kesabaran, begitu pula saya. Kami semua mendengarkan dengan pikiran yang bulat, kata-kata yang marah menyebabkan perasaan terluka, dan meskipun kami mungkin meminta maaf setelahnya, kami merasa lelah dan menyesal, takut akan perselisihan berikutnya." Oleh karena itu, konflik yang dilakukan dengan buruk dapat menimbulkan kerugian.
Bagaimana orang tua bertindak dan berhubungan dengan anak dan remajanya selalu menjadi bagian dari apa yang mereka ajarkan. Menjadi sadar diri tentang contoh yang diberikan sangatlah penting. Orang tua adalah pengajar utama dalam hal ini, dan pada tingkat yang berbeda-beda, anak-anak belajar meniru orang tua mereka: "Dalam beberapa hal, saya belajar menjadi seperti ibu saya." "Dalam beberapa hal, saya menjadi seperti ayah saya."
Contoh Masa Lalu
Menceritakan sejarah pribadi yang penting adalah alat pengajaran lainnya. Memberi tahu anak remaja Anda tentang kesalahan remaja atau perilaku saat ini dapat menyusahkan orang tua. Mereka tidak ingin anak-anaknya menganggap pengakuan tersebut sebagai izin untuk melakukan hal yang sama, dan mereka juga tidak ingin anak mereka meremehkan mereka karena kesalahan di masa lalu. Selain itu, rasanya munafik jika berbicara tentang melakukan hal yang benar lalu mengakui kesalahannya.
Namun, tidaklah munafik jika Anda mengatakan kepada anak remaja Anda, "Pertimbangkan untuk tidak melakukan apa yang pernah aku lakukan yang merugikan aku, karena dengan tidak mengulangi beberapa kesalahanku, kamu mungkin terhindar dari kesalahanmu sendiri."
Orangtua sebagai Mentor
Remaja yang lebih muda, yang lebih sibuk dengan perubahan pribadi dan pertemanan dengan teman sebaya, mungkin tidak selalu tertarik untuk mendengarkan sejarah orang tua dan apa yang bisa diajarkan dari hal tersebut. Namun, selama masa percobaan kemandirian (usia 18-23 tahun), rasa hormat remaja terhadap pengetahuan duniawi orang tua dapat meningkat karena keberfungsian mandiri terasa lebih menakutkan.
Orang tua mengalihkan peran dari mengatur kehidupan anak menjadi memberikan pendampingan dari pengalaman hidup yang lebih panjang. Jika ditanya, orang tua dapat menceritakan apa yang berhasil dengan baik, apa yang buruk, dan pembelajaran dari keduanya. "Aku tidak dapat memberi tahu kamu cara menjalani hidup, tetapi aku dapat memberi tahu kamu beberapa hal yang telah aku pelajari dari upaya mengelola hidupku."
Mengoreksi Kesalahan Masa Lalu
Mengungkapkan kesalahan pribadi di masa lalu dapat berdampak positif pada remaja yang memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan orang tua.
Pada catatan pribadi tentang kekuatan curhat orang tua: Pada usia 14 tahun, ibu saya, salah satu orang paling jujur yang saya kenal, duduk di tempat tidur saya pada suatu pagi dan berkata, "Nak, ada sesuatu yang aku lakukan, yang aku perlu memberitahumu tentangnya." Saya berpikir: "Apakah dia dalam bahaya?" Tidak, tidak persis seperti itu.
Dia menjelaskan, "Tadi malam aku pergi ke pesta, minum terlalu banyak, dan saat berjalan pulang dengan mobil, aku dihentikan oleh petugas polisi karena mengemudi tidak menentu. Pada awalnya, aku memprotes dengan marah, dan ketika tidak berhasil, aku mengancam. Begitulah cara aku berakhir di pengadilan malam dan aku kehilangan SIM selama enam bulan karena mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Aku pikir kamu harus tahu apa yang bisa terjadi jika kamu berpikir tentang minuman keras, jadi mungkin ini tidak akan terjadi pada kamu."
Meskipun saya ikut serta dalam petualangan remaja saat tumbuh dewasa, dari keberanian ibu saya menceritakan kesalahan yang dia sesali, minuman keras dan mengemudi tidak termasuk di dalamnya. Terimakasih Ibu!
Meskipun instruksi orang tua memiliki kekuatan untuk mendidik dan mengajar, teladan orang tua memiliki kekuatan untuk mendemonstrasikan dan memperlihatkan.
***
Solo, Selasa, 23 Juli 2024. 12:17 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H