Di antara percaya dan tidak atas apa yang dilihatnya, Sukriepun memberanikan diri mendekati anak kecil gundul pelontos menyerupai tuyul.
“Huupppsss. Kena kamu!” kata Sukrie sambil menangkap anak kecil gundul pelontos tersebut segenggaman tangannya.
Anak kecil gundul pelontos itu meronta-ronta minta dilepaskan. Tetapi Sukrie begitu kuat mencengkeramnya.
“Kamu pasti yang seringkali mengambil uang di dompetku!” kata Sukrie gemes.
Tak ada jawaban. Anak kecil gundul pelontos itu hanya cengar-cengir saja. Sukrie justru bingung mau diapakan si pencuri uangnya tersebut.
“Sekarang mana uang itu. Kalau tidak kau kembalikan maka akan aku cekik!” kata Sukrie memelototkan matanya.
Tak ada jawabab. Lagi-lagi terdiam. Sukrie semakin marah dan bersiap-siap mau mengumumkan kepada seluruh warga kampong sambil membuka pintu keluar rumah. Hingga di tengah perjalanan terdengar suara lirih,
“Mau dibawa kemana? Saya mencuri uang karena tempat tinggal saya diobrak-abrik!” jawab anak kecil gundul pelontos memelas.
Sukrie tersentak sadar. Ia tak menyangka bahwa tempat tinggal yang ia huni sekarang ini ternyata telah mengusik makhluk lelembut penghuni tanah kosong yang kini didirikan rumah barunya. Ia memohon maaf sambil melepaskan anak kecil gundul pelontos berlari-lari menjauh.
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun CINTA FIKSI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H