Mohon tunggu...
Sukma Wati
Sukma Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ummat

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Usang Anak SD

13 Desember 2022   14:08 Diperbarui: 13 Desember 2022   23:40 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari ini sangat cerah aku berjalan-jalan sembari mendengar musik dari headshetku kebetulan jalanan itu melewati SDN 1 Nagekeo  yang merupakan tempat aku bersekolah dulu. 

Dari jalanan itu tepatnya di depan  pintu gerbang saya mendengar anak-anak berdoa sebelum belajar  dan memberi salam kemudian mereka  menyambut gurunya di kelas dengan penuh semangat untuk menerima pelajaran. seketika saya berhenti sejenak dan mengingat kembali kisah usang masa-masa sekolah di SD bersama teman-temanku.

Aku teringat sama temanku sejak TK hingga SD aku selalu bersamanya anaknya cerdas, pintar, sopan dan baik hati. apa yang diucapkan oleh guru dan orangtua nya selalu dia turuti. Temanku ini sebut saja namanya Ayi dia adalah anak seorang petani dan ibunya bekerja mengurus rumah tangga kedua orang tuanya hanya tamatan SD. Kebetulan rumahnya dekat sama aku.

Seperti yang kita ketahui ibu adalah madrasah pertama yang mendidik anak-anaknya dan itu saya amati pada ibunya Ayi. Ibunya Ayi selalu menyempatkan waktunya untuk Ayi agar bisa belajar dengannya. Pada saat Ayi sudah mulai sekolah di SDN 1 Nagekeo dan menginjakkan kakinya di  kelas 1, ibu Ayi mengambil langkah pertama pembelajaran yaitu, menulis, membaca, dan menghitung. Ketiga pembelajaran tersebut merupakan hal yang paling mendasar ketika belajar di SD sepengetahuannya aku sih. 

Setiap malam,  setelah selesai makan malam aktivitas selanjutnya adalah belajar ibunya memberikan tulisan, teks, gambar Alfhabet, dan angka sebagai bahan ajarnya untuk Ayi latihan membaca, menulis, dan menghitung. Aku selalu mendengar Ayi dan ibunya pada saat belajar.  

Karena ketekunan dari ibunya Ayi setelah beberapa bulan belajar bersama ibunya akhirnya Ayi bisa membaca walaupun masih terbata-bata. Namun Ayi masi belum bisa menghitung, itu yang menjadi kesulitannya. Untuk menulis Ayi sudah bisa sejak TK.  Patut diacungi jempol nih buat ibunya Ayi meskipun hanya tamatan SD ibunya Ayi bisa mendidk anak nya loh.

Di kelas Ayi anaknya pendiam tetapi kalau soal pelajaran yang Ayi paham pasti dia sangat aktif. Ayi sangat suka dengan pelajaran IPA. Sayangnya Ayi masi kurang paham dalam soal hitung menghitung kuhususnya di pelajaran matematika nilainya pasti rendah. Gurunya sering menasehati untuk Ayi agar belajar harus lebih ditekuni. 

Gurunya atau biasa disapa ibu Ani telah melakukan usahanya dengan memberikan soal-soal agar Ayi bisa banyak latihan di Rumah. Ibu ani juga memberitahukan kepada ibunya Ayi tentang perkembangan belajar Ayi didalam kelas, dan bertanya-tanya sedikit mengenai Ayi ketika di Rumah.

Setelah beberapa bulan bersekolah tibalah saatnya penilaian semester ganjil atau ujian. Sebelumnya Ibu ani telah memberitahuku, Ayi, dan teman-teman di kelas bahwa minggu depan akan diadakan ujian penilaian semester ganjil. 

Pada saat pulang dari sekolah aku dan Ayi berbincang-bincang mengenai ujian minggu depan. Sembari aku melihat wajahnya Ayi yang masih kepikiran dengan mata pelajaran matematika yang belum ia paham. Akupun memberi saran untuknya agar kami belajar bersama-sama dan didampingi oleh ibunya. Ayi menerima saranku.

Semburat jingga mulai memancarkan warnanya di barat mataharipun terbenam, dan kegelapan mulai menyelimuti bumi. Saatnya aku bergegas mengambil buku dan alat tulisku dan segera menuju rumahnya Ayi tepat disebelah Rumahku. Setibanya di Rumah Ayi kami langsung belajar kami akan belajar Matematika kebetulan hari pertama ujian jadwalnya adalah matematika ibunya Ayi pun memberikan soal matematika yang diberikan ibu Ani. 

Aku dan Ayi pun mulai mengerjakan soal tersebut. Aku bisa menjawab soal sebagian sedangkan Ayi blum bisa sama sekalipun menjawab. Tetapi ibunya tidak memarahi Ayi ibunya memberikan lagi soal yang lebih mudah dan alhamdulillah akhirnya Ayi bisa menjawab dengan benar. Setelah belajar akupun berpamitan sama orangtuanya Ayi karena sudah larut malam aku diantar pulang oleh  Ayahnya Ayi.

Matahari perlahan mulai meninggi jam dinding menunjukkan pukul 06:00 WITA akupun bergegas mandi dan sarapan karena hari ini hari pertama ujian. Aku berniat menjemput Ayi di rumahnya tak lama kemudian aku mendengar Ayi menangis “aku tidak mau ke sekolah hari ini bu” ucapnya dengan merengek. “Sepertinya Ayi takut karena hari ini ujian Matematika”  ucapku dalam hati. Karena aku hampir terlambat akupun mengurungkan niat untuk menjemput Ayi. 

Setelah sampai di kelas Ibu Ani menanyakan Ayi “dimana Ayi kok kmau sendirian?” ucap ibu Ani dengan penuh penasaran. Akupun menjawab pada saat aku ingin menjawab eh tiba-tiba Ayi dan ibunya datang.“Maaf buk Ayi agak telat lagi rewel tadi soalnya Ayi takut ujian Matematika” ucap ibu Ayi. Ibu ani pun berkata “tidak apa-apa buk yang penting Ayi sudah disini, nanti kita bicara solusinya agar Ayi bisa Matematika”.

Seminggu telah berlalu ujian semester ganjil pun berakhir. Saatnya para guru melakukan evaluasi atau penilaian terhadap hasil ujian siswa siswinya. Hasil ujian aku nilainya bagus semua tetapi tidak dengan Ayi hampir semua mata pelajaran nilainya bagus terkecuali matematika yang menjadi kesulitan untuknya. Pada saat pembagian rapor aku mendapatkan peringkat 1 sedangkan Ayi peringkat 2. Karena ibu Ani belum puas dengan hasil ujian si Ayi, ibu Ani berniat untuk melakukan pengayaan untuk Ayi. 

Dan ibu Ani berpikir untuk merubah cara ia mengajar agar terkesan tidak membosankan. Ibu Ani memanggil Ayi “Ayi kemari ibu ingin berbicara dengan kamu sebentar” ucap ibu Ani. “ada apa buk?”. Tanya Ayi dengan wajahnya yang memerah dengan perasaan yang bercampur aduk. “ hasil ujian matematika kemarin  masih rendah ibu harap sepulang sekolah Ayi jangan dulu pulang ibu akan memberikan Ayi pengayaan” ucap ibu Ani dengan penuh perhatian. Ayi pun mengiyakan perintah dari Ibu Ani.

Pagi hari yang cerah diawal semester genap karena disemester ini bagi aku dan Ayi sangat menakutkan karena semester ini penentuan tetap bertahan di ruangan yang sama atau berbeda. Sangat-sangat menegangkan waktu itu bagi kami dua sejoli. 

Pelajaran  matematika har ini pun dimulai. Ibu Ani bersemangat Ibu ani mulai mengajarkan cara menghitung dengan sempoa sebagai medianya. Tidak lupa pula ibu Ani disela-sela pembelajaran mengisi permainan dengan menyisipkan materi pembelajaran agar kami semua tetap semangat karena matematika selain menguras otak tetapi dengan tenaga juga loh. Aku melihat Ayi semangat sekali sepertinya dia sudah mulai paham.

Beberapa hari telah berlalu ibu Ani telah memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan teori belajar kognitif, behavoristik, dan humanistik dimulai dari berhitung menggunakan jari, sempoa, menggunakan ha-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, belajar dengan permainan, dan menggunakan nanyian angka. 

Dan akhirnya Ayi pun bisa. Ketika itu ibu Ani terharu mengingat perjuangan Ayi meskipun dia belum bisa, semangat belajarnya tinggi ditambah lagi dengan orang tuanya yang membantu anaknya. Sekarang Ayi sudah bisa matematika dan kami berdua pun mulai bersaing, eits jangan salah paham ya, meskipun kami berdua sering bergantian peringkat 1 dan 2 kami tidak pernah bermusuhan loh. Malahan kami berdua lengket tuh seperti perangko.

Hari ini aku senang bisa melihat sekilas almamaterku sekaligus mengenang masa-masa masih bocah ingusan yang datang ke sekolah hanya untuk bersenang-senang dengan teman seusiaku. Sehingga dengan tujuan itu akupun bisa mendapatkan ilmu dan bisa bersosialisasi dengan orang-orang diluar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun