Mohon tunggu...
Sukma Wati
Sukma Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ummat

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Usang Anak SD

13 Desember 2022   14:08 Diperbarui: 13 Desember 2022   23:40 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semburat jingga mulai memancarkan warnanya di barat mataharipun terbenam, dan kegelapan mulai menyelimuti bumi. Saatnya aku bergegas mengambil buku dan alat tulisku dan segera menuju rumahnya Ayi tepat disebelah Rumahku. Setibanya di Rumah Ayi kami langsung belajar kami akan belajar Matematika kebetulan hari pertama ujian jadwalnya adalah matematika ibunya Ayi pun memberikan soal matematika yang diberikan ibu Ani. 

Aku dan Ayi pun mulai mengerjakan soal tersebut. Aku bisa menjawab soal sebagian sedangkan Ayi blum bisa sama sekalipun menjawab. Tetapi ibunya tidak memarahi Ayi ibunya memberikan lagi soal yang lebih mudah dan alhamdulillah akhirnya Ayi bisa menjawab dengan benar. Setelah belajar akupun berpamitan sama orangtuanya Ayi karena sudah larut malam aku diantar pulang oleh  Ayahnya Ayi.

Matahari perlahan mulai meninggi jam dinding menunjukkan pukul 06:00 WITA akupun bergegas mandi dan sarapan karena hari ini hari pertama ujian. Aku berniat menjemput Ayi di rumahnya tak lama kemudian aku mendengar Ayi menangis “aku tidak mau ke sekolah hari ini bu” ucapnya dengan merengek. “Sepertinya Ayi takut karena hari ini ujian Matematika”  ucapku dalam hati. Karena aku hampir terlambat akupun mengurungkan niat untuk menjemput Ayi. 

Setelah sampai di kelas Ibu Ani menanyakan Ayi “dimana Ayi kok kmau sendirian?” ucap ibu Ani dengan penuh penasaran. Akupun menjawab pada saat aku ingin menjawab eh tiba-tiba Ayi dan ibunya datang.“Maaf buk Ayi agak telat lagi rewel tadi soalnya Ayi takut ujian Matematika” ucap ibu Ayi. Ibu ani pun berkata “tidak apa-apa buk yang penting Ayi sudah disini, nanti kita bicara solusinya agar Ayi bisa Matematika”.

Seminggu telah berlalu ujian semester ganjil pun berakhir. Saatnya para guru melakukan evaluasi atau penilaian terhadap hasil ujian siswa siswinya. Hasil ujian aku nilainya bagus semua tetapi tidak dengan Ayi hampir semua mata pelajaran nilainya bagus terkecuali matematika yang menjadi kesulitan untuknya. Pada saat pembagian rapor aku mendapatkan peringkat 1 sedangkan Ayi peringkat 2. Karena ibu Ani belum puas dengan hasil ujian si Ayi, ibu Ani berniat untuk melakukan pengayaan untuk Ayi. 

Dan ibu Ani berpikir untuk merubah cara ia mengajar agar terkesan tidak membosankan. Ibu Ani memanggil Ayi “Ayi kemari ibu ingin berbicara dengan kamu sebentar” ucap ibu Ani. “ada apa buk?”. Tanya Ayi dengan wajahnya yang memerah dengan perasaan yang bercampur aduk. “ hasil ujian matematika kemarin  masih rendah ibu harap sepulang sekolah Ayi jangan dulu pulang ibu akan memberikan Ayi pengayaan” ucap ibu Ani dengan penuh perhatian. Ayi pun mengiyakan perintah dari Ibu Ani.

Pagi hari yang cerah diawal semester genap karena disemester ini bagi aku dan Ayi sangat menakutkan karena semester ini penentuan tetap bertahan di ruangan yang sama atau berbeda. Sangat-sangat menegangkan waktu itu bagi kami dua sejoli. 

Pelajaran  matematika har ini pun dimulai. Ibu Ani bersemangat Ibu ani mulai mengajarkan cara menghitung dengan sempoa sebagai medianya. Tidak lupa pula ibu Ani disela-sela pembelajaran mengisi permainan dengan menyisipkan materi pembelajaran agar kami semua tetap semangat karena matematika selain menguras otak tetapi dengan tenaga juga loh. Aku melihat Ayi semangat sekali sepertinya dia sudah mulai paham.

Beberapa hari telah berlalu ibu Ani telah memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan teori belajar kognitif, behavoristik, dan humanistik dimulai dari berhitung menggunakan jari, sempoa, menggunakan ha-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, belajar dengan permainan, dan menggunakan nanyian angka. 

Dan akhirnya Ayi pun bisa. Ketika itu ibu Ani terharu mengingat perjuangan Ayi meskipun dia belum bisa, semangat belajarnya tinggi ditambah lagi dengan orang tuanya yang membantu anaknya. Sekarang Ayi sudah bisa matematika dan kami berdua pun mulai bersaing, eits jangan salah paham ya, meskipun kami berdua sering bergantian peringkat 1 dan 2 kami tidak pernah bermusuhan loh. Malahan kami berdua lengket tuh seperti perangko.

Hari ini aku senang bisa melihat sekilas almamaterku sekaligus mengenang masa-masa masih bocah ingusan yang datang ke sekolah hanya untuk bersenang-senang dengan teman seusiaku. Sehingga dengan tujuan itu akupun bisa mendapatkan ilmu dan bisa bersosialisasi dengan orang-orang diluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun