Mohon tunggu...
Rai Sukmaning
Rai Sukmaning Mohon Tunggu... Administrasi - Perekayasa

Tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kumenanti Seorang Kekasih

2 Mei 2016   17:29 Diperbarui: 3 Mei 2016   15:37 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Oh, jadi yang begitu ya seleramu,” seru Hanta, menggoda temannya. “Ayo kita kejar dia.” “Tidak usah,” sahut Lumanihi. “Kenapa begitu?” “Pokoknya tidak perlu.” “Oh, kamu sudah punya nomor teleponnya, ya?” “Tidak juga” “Kalau begitu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?” “Kita kembali ke sini minggu depan.”

Minggu berikutnya mereka kembali ke kafe tersebut. Hanya saja kali ini Hanta memberi Lumanihi tenggat waktu.

“Kalau dalam satu jam perempuan itu tidak muncul, kita pergi. Seandainya dia muncul dan kamu tetap tidak bergerak, itu berarti aku takkan pernah menemanimu lagi di sini.” “OK.”

<2>

Semuanya terjadi dalam beberapa detik dan tidak seorang pun sanggup menanggungnya.

Perempuan itu keluar dari swalayan menggandeng tangan seorang laki-laki. Kali ini ia berjalan lebih lambat dan terlampau tenang jika dibandingkan minggu sebelumnya, seolah-olah ia tak rela beranjak dari tempat tersebut. Dari gelak tawanya, sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang lucu.

“Jadi, itu yang membuatmu tidak mau mengejarnya?” “Tidak juga.” “Lalu, apa?” “Bukan dia yang aku tunggu.” “Apa maksudmu? Minggu lalu jelas-jelas kamu bilang kalau dia yang kamu tunggu.” “Ya, itu minggu lalu. Sekarang segala sesuatunya sudah berubah.” “Apa maksudmu? Kamu tidak sungguh-sungguh mencintainya?” “Malah sebaliknya. Aku sungguh-sungguh mencintainya. Tapi itu minggu lalu, sekarang aku akan jatuh cinta lagi.” “Jadi, bukan perempuan itu yang kamu tunggu?” “Bisa jadi begitu. Tapi mungkin saja minggu depan aku akan jatuh cinta lagi padanya.”

<3>

Mereka pulang larut malam. Dingin saat itu. Di satu persimpangan mereka berbelok ke arah yang berbeda. Hanta menggeber pelan skuternya, melindas aspal yang kekuningan ditimpa lampu jalan. Sesekali angin bulan Agustus menghajar kaca helmnya. Saat itulah tiba-tiba pikiran Hanta terganggu oleh kata-kata sahabatnya, dan ia mulai memikirkan Sari, kekasihnya. Ketika sampai di rumah, Hanta buru-buru berlari ke ruang tengah, memencet tombol-tombol, dan menunggu. Sepuluh detik kemudian Lumanihi mengangkat ponselnya.

“Ada apa?”

“Aku bingung bagaimana mengatakannya. Apakah ini pantas atau tidak. Ya, Tuhan. Rasanya aku mau meledak. Di jalan barusan aku terus saja memikirkannya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun