Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) adalah sistem yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab kecelakaan. Dengan SMK pihak Manajemen dapat memperoleh informasi tentang bagaimana potensi kerugian dapat terjadi sehingga dapat dilakukan pendekatan, merancang kerangka kerja dan metodologi untuk mencegah kerugian tersebut.
Konsep Safety pada organisasi
Penelitian tentang upaya peningkatan keselamatan dibagi dalam 3 fase. Fase pertama keselamatan dilihat sebagai masalah perkembangan teknologi dan upaya perbaikannya dengan cara mengembangkan mesin dan peralatan yang lebih aman. Fase kedua ditandai dengan peningkatan fokus pada peningkatan keselamatan melalui rekrutmen strategis, peningkatan keterampilan karyawan dan upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan dan kualitas pekerjaan individu. Fase ketiga dimulai sekitar tahun 1980 dengan peningkatan fokus terutama peran sistem manajemen suatu organisasi untuk keselamatan. Mengutip dari Haukelid 1999, Filosofi manajemen keselamatan sebagian besar didasarkan pada teori manajemen Amerika yang mengatakan bahwa kecelakaan terutama disebabkan oleh human error, oleh karenanya, organisasi yang menginginkan tindakan pencegahan keselamatan harus diterapkan sistem manajemen yang menentapkan tujuan, mendistribusikan tanggung jawab, merencanakan, mengatur dan mengendalikan aspek operasinya. Dengan kata lain, secara prinsip tidak ada perbedaan besar di dalam organisasi dalam pengelolaan antara aspek keselamatan dan aspek lain.
Istilah safety culture muncul pertama kali pada laporan Badan Nuklir INSAG setelah terjadinya kecelakaan Instalasi Nuklir Chernobyl 1986. Otoritas Energi Atom Internasional (IAEA, 1991) mendefinisikan budaya keselamatan sebagai, ``perkumpulan karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu yang menetapkan itu, sebagai prioritas, masalah keselamatan pembangkit nuklir mendapat perhatian yang dijamin oleh signifikansinya''.
Budaya keselamatan membahas aspek organisasi yang berbeda seperti nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola perilaku yang terkait dengan keselamatan pada tingkat organisasi yang berbeda.
Sistem Manajemen Keselamatan melibatkan fokus yang kuat pada perencanaan, pengambilan keputusan dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah insiden yang dapat mengakibatkan cedera atau kerugian harta benda. Secara singkatnya perusahaan-perusahaan itu menginginkan tidak terjadinya insiden dan tidak ingin ada siapapun terluka ketika sedang bekerja dan mereka meyakini bahwa kecelakaan itu dapat dicegah dengan cara mengelola (risk management) risiko-risiko operasional. Risiko-risiko operasional ini dapat dihasilkan oleh bahaya kerja yang sifatnya lebih 'tradisional' (terkait Keselamatan Kerja) atau dihasilkan oleh bahaya yang berpotensi menyebabkan kerugian besar (terkait Keselamatan Proses/Major Accident Hazards atau Bahaya Kecelakaan Besar), sebagaimana diilustrasikan dalam gambar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H