Mohon tunggu...
Rafi Rasyid Sukmahadi
Rafi Rasyid Sukmahadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student of Al-Azhar University

semua artikel saya di kompas isinya hanya obrolan biasa, jadi gak usah serius amat bacanya. keep santuy

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Memahami Konsep "Apa Adanya" dan "Ada Apanya"

14 Juni 2022   17:03 Diperbarui: 15 Juni 2022   16:36 2774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh sederhana dan realitanya, sering kali kita tidak jujur pada diri dalam hal penampilan. Berpenampilan bagus dan menarik itu memang indah, tapi mesti disesuaikan dengan keadaan kita sendiri. Baik itu dari segi sikap, kemampuan, dan ekonomi utamanya.

Memaksakan kehendak untuk mengikuti semua penilaian orang lain adalah perbuatan yang menyia-nyiakan diri sendiri. Apalagi sampai menyusahkan orang tua sendiri untuk memenuhi semuanya. Sangat miris rasanya yaaa. Kita hidup itu untuk diri sendiri atau memenuhi semua penilai orang lain? yang nyatanya orang lain pun sering kali sebenarnya tidak begitu peduli dan memberikan manfaat pada diri kita sendiri.

Berusaha untuk lebih baik tentu bukan hal yang buruk. Namun, yaaa seperti tadi yang menjadikan konsep "apa adanya" itu terkesan negatif adalah adanya unsur memaksakan kehendak sedangkan keadaan belum mendukung. Bahkan sampai menyusahkan orang lain, orang tua khususnya.

Tetapi konsep ini pun jangan diartikan dengan pola pikir yang picik pula. Seakan-akan kita tidak perlu usaha untuk menjadi lebih baik, sudah saja seperti ini apa adanya. Tidak! Tentu bukan seperti itu yang dimaksud.

Intinya konsep "apa adanya" harus dipahami sebagai berikut.

  • Berusaha untuk senantiasa jujur    
  • Jujur pada keadaan diri sendiri (sikap, kemampuan, dan keadaan)
  • Tidak memaksakan kehendak
  • Berusaha untuk menjadi lebih baik

2. "Ada Apanya"

Nah, adapun konsep ini sering kali mungkin kita menjadi korban wkwkw. Apalagi berkaitan dengan hubungn asmara di masa remaja menuju dewasa. Konsep ini sejatinya tidak memberikan kesan merendahkan jika dilontarkan oleh hati diri sendiri. Coba deh kita kalau bercermin sambil ngobrol sama bayangan kita sendiri. Lalu tanyakan, kamu ada apanya?. Kebayangkan apa kira-kira yang dihasilkan.

Ya, tiada lain yang dihasilkan adalah rasa untuk mengevaluasi diri kita sendiri. Yang dalam bahasa sosialnya kita mengenal istilah intropeksi diri. Intropeksi diri, apa kekurangan yang bisa dan harus diperbaiki secepat mungkin atau apa kekurangan kita yang harus diimbangi dengan kelebihan kita.

Namun, tentu saja konsep ini menjadi terkesan negatif jika keluar dari mulut orang lain. Bisa sangat nyelekit mungkin. Tapi tak mengapa! Sebenarnya jika kita berhati lapang dan berpikir luas kata-kata "ada apanya" tersebut akan menjadi motivasi untuk berusaha lebik baik kedepannya. Sehingga kita bisa membuktikan bahwa kita adalah orang hebat, bukan seorang yang lemah dan pengecut.

Intinya konsep "ada apanya" harus dipahami sebagai berikut.

  • Media intropeksi diri
  • Jangan dilontarkan kecuali pada diri sendiri
  • Berusaha untuk menjadi lebih baik

Berikut tulisan saya tentang dua konsep bahasa yang sering kali kita salah memahami karena baper dan kalah mental duluan wkwkw. Kesimpulannya teruslah berusaha menjadi lebih baik tanpa merugikan orang lain dan teruslah percaya diri walaupun perjuangan kita belum dihargai. Tetap enjoy dan nikmati alur kehidupan. Jangan lupa bersyukur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun