Mohon tunggu...
Sukma Dwi Meyrena
Sukma Dwi Meyrena Mohon Tunggu... -

Jiwa kedua yang lahir di bulan Mei, dan membawa kebahagiaan. Amiin ~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Kekacauan Berpikir Menjadi Indikasi Anak ADHD?

10 April 2018   23:46 Diperbarui: 11 April 2018   05:59 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edo,  siswa yang cukup aktif di sebuah kelas. Dia adalah siswa yang jarang dijumpai duduk dengan tenang, kesana kemari, bermain bolpoin, gerak-gerak, dan sebagainya. Di penghujung pelajaran, sang Guru memberi pengumuman " Perhatian seluruhnya, pengumuman. Jumat depan akan diadakan kuis, dan pada hari Sabtu akan diadakan praktik mengenai bab yang telah di bahas hari ini. Apakah ada pertanyaan?". Lalu salah seorang anak mengacungkan tangan. Guru bertanya " Ya, Edo mau tanya apa?"

"praktiknya hari apa pak?"

"Sabtu Edo," jawab Guru

"Lo, bukan Jumat pak?"

"Tadi bapak bilang apa Edo?" Tanya Guru

"Kuis dan Praktik Jumat depan"

Cuplikan cerita di atas adalah salah satu contoh kasus kesulitan mendengarkan. Edo bukanlah siswa yang tuli. Ia memperhatikan gurunya, namun apa yang ia tangkap tidak sesuai dengan apa yang disampaikan. Mengapa bisa terjadi? Hal ini dikarenakan kegagalan konsentrasi untuk mendengar, kalau bahasa anak jaman sekarang mah, Galfok (Gagal Fokus).

ADD atau Attention Deficyt Dissorder atau Gangguan Pemusatan Perhatian adalah penyimpangan otak yang membuat orang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi atau focus pada hal ang seharusnya ia kerjakan.

Selain ADD, ada pula ADHD atau Attention Deficyt Hiperactivity Dissorder dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Gangguan Pemusatan Perhatian disertai Hiperaktif . pada dasarnya keduanya adalah hal yang sama, yang membedakan adalah Hiperaktif yang dimaksud disini adalah kesulitan seseorang untuk mengendalikan gerakan motorik yang berlebihan.

ADHD tidak hanya dijumpai pada anak-anak saja, namun bisa pula ditemukan pada ornag dewasa. Tentunya orang dewasa tersebut pasti memiliki riwayat sebelumnya. Anak atau remaja yang diindikasikan sebagai seorang ADHD bilamana memiliki karakteristik sebagai berikut :

  • Seringkali anak ADHD menentang apa yang digariskan untuknya. Karena pada dasarnya mereka kurang cukup sabar dalam menghadapi sebuah masalah, sehingga membuat ia cepat marah atau tersinggung,
  • Mereka adalah orang-orang yang tidak dapat menyelesaikan sebuah permasalahan atau tugas dalam waktu yang singkat,
  • Sangat banyak bergerak, dan banyak bicara pun belum gilirannya,
  • Mudah teralihkan perhatiannya sehingga menyebabkan kekacauan dalam berpikir dan berujung pada tidak tercapainya tujuan
  • Selalu memikirkan ego pribadinya dan menyebabkan ia sulit untuk menunggu giliran dalam melakukan apapun 

Karena hal-hal yang ditengarai kurangnya konsentrasi beberapa anak tersebut memiliki beberapa masalah dalam pembelajaran :

  • Gangguan mengeja / Disorthografi
  • Gangguan berhitung / Diskalkulia
  • Gangguan membaca / Disleksia
  • Gangguan motorik / Dispraksia
  • Gangguan bicara/ bahasa/ Disfasia

Selain terpecahnya konsentrasi, hiperaktivitas yang dinyatakan oleh kegelisahan yang berlebihan akan suatu hal pun menjadi indikasi anak ADHD.  Munculnya ADHD selain 80% dikarenakan oleh factor keturunan, juga dikarenakan factor lingkungan mulai dari lingkugan fisik, biologis, dan psikologis serta riwayat cedera pada kepala yang cukup parah pun juga dapat menengarai timbulnya gejala ADHD.

Pengobatan anak ADHD dipercaya dapat menaikkan aktivitas otak dan memberikan tambahan energy pada otak mengendalikan apa yang merka pikirkan dan lakukan. Terapi yang dapat dilakukan adalan dengan terapi bermain, terapi medis, terapi back in control.

Jika terapi-terapi tersebut banyak dijumpai di seorang terapis atau psikiater, maka konselor sekolah pun dapat melakukan penanganan siswa ADHD dengan melakukan model konseling kognitif behavorial.

Model konseling ini adalah perpaduan dari konseling kognitiv yang memusatkan pada peningkatan daya ingat dan pemahaman konsep sebuah masalah dan konseling behavior yang memusatkan pada peningkatan kemampuan perilaku anak ADHD atau mengurangi perilaku buruk atau berlebihan .

Dalam pembelajaran seorang guru pun dapat menerapkan Discovery Learning pada anak ADHD karena Bruner menyarankan siswa harus belajar melalui kegiatan mereka sendiri dengan memasukkan konsep/prinsip, dan didorong untuk melakukan eskperimen sehingga memiliki pengalaman sendiri untuk menyimpulkan konsep nya secara pribadi.

Oleh karena itu, dalam penanganan siswa-siswi ADHD saat ini bukan hanya menjadi tanggungan keluarga saja, lebih dari itu sekolah pun dapat andil dengan mengerahkan tenaga ahli di bidang konseling dan guru/pendidik untuk memaksimalkan pendidikan dengan mengatur pola berpikir siswa-siswi ADHD tersebut.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun