Mohon tunggu...
Sukma Ayuuu
Sukma Ayuuu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa universitas islam negeri imam bonjol padang

Olahraga, membaca, scroll tik tok

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal Usul Nama Sungai Batang Hari dan Aliran-Alirannya

29 Juni 2024   19:27 Diperbarui: 29 Juni 2024   19:27 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungai Batang Hari ( Sungai Batang Hari), juga dikenal sebagai Sungai Batanghari, adalah sungai terpanjang di pulau Sumatera, terletak di provinsi Jambi dan Sumatera Barat, Indonesia. Sungai Batanghari menjadi saksi bisu berbagai peristiwa sejarah yang mempengaruhi perkembangan kawasan di sekitarnya. 

Bermuara di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat dan di Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, sungai ini berperan penting dalam hubungan perdagangan dan budaya antara Sumatera dan Tiongkok. Di sepanjang Sungai Batanghari, pengaruh Tiongkok terhadap perdagangan kuno terlihat jelas. 

Jejak peninggalan yang berasal dari Dinasti Han hingga Dinasti Tang dan Song menunjukkan eratnya hubungan dagang Jambi dengan Tiongkok. Sungai Batanghari merupakan jalur utama perdagangan internasional. Banyak kapal asing mengunjungi kota tepi sungai. 

Sungai Batanghari merupakan sungai yang mengalir dari sumbernya hingga muaranya dan banyak menyimpan catatan sejarah khususnya mengenai peradaban Melayu. Menurut catatan sejarah, sebuah kerajaan Melayu yang disegani muncul di Batanghari, dan kekuasaannya meluas dari Sumatera hingga Semenanjung Malaya. Selain itu, sejak abad ke-7, Batang Hari Siriran telah menjadi pusat perdagangan penting beberapa kerajaan yang bermunculan di Sumatera, antara lain Sriwijaya dan Dharmasraya.

     Masyarakat sudah mulai berkumpul di tanah Jambi dan desa-desa mulai tersebar ke berbagai tempat, namun masyarakat Jambi masih belum memiliki raja atau pemimpin,  

uku-sukunya belum bersatu, dan masih ada beberapa yang terbagi menjadi beberapa kelompok. Sementara itu, jumlah penduduk semakin bertambah. Para pemimpin suku menginginkan seorang raja yang dapat menyatukan suku-suku di bawah satu kerajaan. 

Para pemimpin suku memutuskan untuk mengadakan sayembara mencari raja rakyat Jambi. Namun para kepala suku memberikan ujian yang sangat berat yang harus dilalui oleh siapapun yang ingin menjadi raja di tanah Jambi. Itu harus dibakar di atas api yang menyala-nyala, direndam di sungai selama tiga hari tiga malam, dan digiling di penggilingan besi yang sangat besar. Namun, tidak ada yang bisa lulus ujian tersebut. Tokoh-tokoh besar dari negara militer seperti Provinsi IX Koto dan Provinsi VII Koto juga disertakan. 

Dan semuanya berubah dari buruk menjadi lebih buruk sampai para kepala suku di negara bagian Jambi setuju untuk mencari pemimpin asing di Jambi dan memutuskan untuk mencari seorang raja di benua Keling, India. 

Kemudian masyarakat Jambi Bekerjasama membangun kapal john (kapal) besar untuk menyeberangi laut menuju benua Keling. Setelah persiapan selesai kedatangan, para utusan khusus negeri Jambi bersiap untuk berangkat ke benua Keling keesokan harinya.

     Kemudian masyarakat Jambi Bergotoroyong membuat Jong (perahu) besar untuk meredam samudra menuju benua Keling. Setelah Jong siap sampai pada hari yang dinanti utusan dari negeri Jambi bersiap siap menuju benua Keling .

Perjalan panjang yang mereka tempuh, ombak dahsyat badai topan mereka tempuh demi seorang pemimpin yang diimpikan. Perjalanan memakan waktu 30 hari lamanya. Dan akhirnya mereka sampai di pelabuhan coisha di mana pelabuhan ini adalah pelabuhan utama di Timur India. 

Setelah sampai mereka segera merapat kemudian istirahat beberapa hari, kemudian berjalan menyusuri negeri itu untuk mencari orang yang sanggup menjadi raja mereka. Mereka menyebut negeri itu sebagai negeri Keling atau kelinga. Setelah lama mengelilingi negeri keling tersebut tidak ada satupun seseorang yang mampu menjadi raja di negeri Jambi, tepat pada hari ke 360 datanglah seorang pemuda tiba-tiba ada sosok pria yang tinggi dan gagah, berminat mendaftar dan mengikuti ujian untuk menjadi Raja Jambi. 

Saat direndam tiga hari tiga malam ia kuat, saat dibakar api panas ia juga kuat, bahkan saat tubuhnya ditebus dengan besi, ia juga tahan banting. Akhirnya utusan dari negeri Jambi membawa pulang calon raja mereka, Perjalanan kemudian dilakukan untuk kembali ke negeri Jambi, dari lautan luas lalu kemudian rombongan ini berlayar menyusuri sebuah sungai yang sangat besar dan panjang. Rombongan pun kemudian sampai juga di Jambi. 

Rakyat Jambi kemudian berkumpul ingin melihat Raja Keling yang akan memimpin mereka nanti. Setelah istirahat semalam, sang raja kemudian memberi kata sambutan pertamanya di hadapan rakyat Jambi.

     “Tugas pertamaku di negeri ini adalah memberi nama sungai yang kami tempuh kemarin, aku melihat sungai itu sangat panjang, mulai hari ini, sungai itu kita beri nama Kepetangan Hari.” tegas raja. Diberi nama Sungai Kepetangan Hari karena mereka sampai di negeri Jambi pas saat hari sudah petang dan senja. Semua rakyat Jambi pun setuju, sejak saat itu mereka mulai menyebut nama sungai itu sebagai Sungai Kepetangan Hari.

    Berbagai aktivitas pun berpusat pada sungai itu, mulai dari perdagangan barang-barang hingga mencari ikan, mencari emas dan banyak aktivitas lainnya. Sejak dipimpin Raja Keling, negeri Jambi pun menjadi negeri yang makmur dan tersohor. Hanya saja, raja masih terus berpikir soal nama sungai yang ia namakan Kepetangan Hari. Ia berniat ingin mengubah namanya menjadi berbeda agar semakin berkah untuk rakyat jambi.

 Lalu raja mengumpulkan lagi semua rakyat Jambi di sebuah tanah lapang tepat di pinggir sungai. Dalam petuahnya, sang raja lalu berkata. “Aku melihat sungai Kepetangan Hari ini telah memberi kehidupan yang baik untuk rakyat Jambi, jadi mulai hari ini, aku putuskan namanya berubah menjadi Sungai Batanghari,” ujar Raja. Nama baru Sungai Batanghari ini kata raja, diharapkan bisa membawa berkah lebih besar lagi untuk rakyat Jambi. 

Sejak saat itu, ia juga melarang rakyat mengotori Sungai Batanghari, tidak boleh membuang sampah, dan tidak boleh menebang pohon di sekitar pinggir sungai agar airnya tetap jernih. Semua rakyat pun sepakat, mengikuti perintah Raja Keling, karena mereka percaya, apapun perintah Raja Keling selalu membawa kebaikan. Hingga akhirnya, nama Sungai Batanghari terus digunakan oleh masyarakat Jambi, sebagai nama sungai yang selalu memberi berkah dan kebaikan untuk semua rakyat Jambi.

b.Aliran aliran sungai Batanghari

   Dimaksud dengan perkataan Batanghari di sini bukan hanya terbatas pada pengertian wilayah administrasi pemerintahan kabupaten Batanghari akan tetapi lebih luas lagi meliputi daerah yang secara geografis merupakan daerah lembah Sungai Batanghari beserta sejumlah anak-anak sungainya karena itu dengan Batanghari yang saya maksudkan dalam tulisan Ini melibatkan hampir seluruh daerah dataran rendah Provinsi Jambi kira-kira sekitar 40% dari seluruh luas daerah Provinsi Jambi terutama lembah Sungai Batanghari terdiri Sungai Tembesi dan sungai Batang Tebo.

     Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi pembatas topografi (punggungan bukit) yang menerima,mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkan melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). 

Selanjutnya Departemen Kehutanan (2001) memberikan pengertian bahwa Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, dan kemudian mengalir melalui sungai utamanya(single outlet). Suatu DAS dipisahkan dari wilayah lain disekitarnya (DAS-DAS) oleh pemisah dan topografi, seperti punggung perbukitan dan pegunungan.DAS Batanghari mempunyai luas daerah tangkapan air (catchment area) ± 4,5 juta hektar, dan merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia (Departemen Kehutanan, 2002).

Secara administrasi pemerintahan, sebagian besar DAS Batanghari berada di wilayah Provinsi Jambi (bagian hulu, tengah dan hilir DAS), sisanya berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat Dan Provinsi Riau (hulu DAS). Keberadaan DAS ini ditunjang pula dengan adanya faktor fisik berupa geologi, geomorfologi, litologi jenis tanah dan faktor sosial ekonomi.

     Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari secara geografis terletak pada posisi 0˚43’ - 0˚46’ Lintang Selatan dan 100˚45’ - 104˚25’ Bujur Timur. Secara topografis DAS Batanghari dibatasi oleh Bukit Barisan di sebelah barat dengan puncak Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, Gunung Pantai Cermin, Gunung Mesjid, Gunung Terasik, Gunung Raja, dan Gunung Kunyit. Sedang di sebelah selatan berbatasan dengan puncak puncak gunung dari Gunung Tengah Leras, Gunung Pandan Bongsu, dan Gunung Kayu Aro. 

Selanjutnya di sebelah utara berbatasan dengan puncak-puncak gunung dari Gunung Tiga Jerai dan Gunung Rinting, dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Berhala (Departemen Kehutanan 1993). Sedangkan secara administratif, DAS Batanghari berbatasan dengan Provinsi Riau di bagian utara, pada bagian barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, sedang di bagian selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, sementara di bagian timur berbatasan dengan Selat Berhala.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia,mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4,5 juta Ha (Departemen Kehutanan, 2002),dan meliputi sebagian besar wilayah Provinsi Jambi dan sebagian Provinsi Sumatera Barat.Panjang Sungai Batanghari ± 775 Km berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di Selat Berhala. Sungai-sungai besar yang merupakan anak Sungai Batanghari adalah Batang Asai,Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang Bungo, dan Batang Suliti.DAS Batanghari mencakup 4 provinsi. 

Sebagian besar (76%) wilayah DAS Batanghari Adalah bagian dari Provinsi Jambi, yang meliputi 8 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kota Jambi;Kabupaten Kerinci; Kabupaten Merangin; Kabupaten Sarolangun; Kabupaten Batanghari,Kabupaten Muaro Jambi; Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Bungo. Sebesar 19 % wilayah DAS Batanghari merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Barat ,meliputi Kabupaten Solok, Solok Selatan, Sawahlunto/Sijunjung di Kabupaten Dharmasraya.Sebagian kecil (4%) termasuk wilayah Kabupaten Musi Rawas di Provinsi Sumatera Selatan. Dan Sisanya 1% merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.

     Kondisi geologi daerah hulu DAS Batanghari didominasi oleh pegunungan Bukit Barisan Yang bersifat vulkanik kuarter. Bahan-bahan vulkanik ini kaya dengan plagioklas dan umumnya bersifat asam. Wilayah ini terdiri atas beberapa grup fisiografi, yaitu grup Aluvial, perbukitan,pegunungan dan plato, dataran, Volkan, dataran tuf masam, Marin, Karst, Kubah Gambut, dan Teras Marin. Selanjutnya untuk daerah hilir didominasi oleh geologi bahan endapan organosol.Struktur yang berkembang di daerah ini adalah struktur sesar atau patahan dan struktur antiklin dan sinklin. Struktur sesar umumnya ber arah barat laut tenggara. 

Sesar utama yang melalui daerah ini adalah Sesar Sumatera yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera. Sesar ini bisa dilihat mulai dari selatan yaitu sebelah barat Jangkat, ke arah utara melalui tepi barat dan timur danau Kerinci, lereng barat Gunung Kerinci, Danau Di Bawah terus ke arah utara. Struktur sinklin dan antiklin banyak ditemukan di bagian tengah dan hilir DAS Batanghari. Struktur ini dicerminkan oleh perbukitan yang bergelombang yang memanjang dengan arah barat laut tenggara.

     Kondisi alam kawasan Batanghari sangat cocok untuk transportasi sungai dan juga didukung oleh kekayaan alam seperti lada dan emas. Jalur perdagangan nusantara dan jalur perdagangan internasional (Tiongkok-India-Persia-Mesir-Mediterania) menghubungkan dengan berbagai negara pendukung budaya Hindu (Hindu dan Budha), Persia (Arab dan kemudian Islam), budaya tradisional, Mendorong kontak budaya dengan penduduk asli masyarakat yang mendukung budaya Melayu di lingkungan alam seperti pelabuhan transit dan pelabuhan. Lembah Batanghari sekaligus merupakan pusat perdagangan sungai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun