Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Wacana Kenaikan Tarif KRL, Tidak Menutup Kemungkinan Memunculkan Kritik Terkait Asas Keadilan

18 September 2024   11:31 Diperbarui: 18 September 2024   11:35 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wacana kenaikan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) sebesar Rp.1.000, memicu beragam reaksi dari masyarakat meskipun masih bersifat wacana.

Di satu sisi kenaikan ini dianggap perlu untuk mendukung keberlanjutan operasional dan peningkatan kualitas layanan KRL yang merupakan transportasi andalan jutaan pengguna.

Namun di sisi lain, wacana ini menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, yang mengandalkan KRL sebagai moda transportasi harian dengan biaya yang terjangkau. 

Pertanyaannya, apakah kenaikan ini akan memberikan manfaat jangka panjang atau justru menambah beban masyarakat di tengah tekanan ekonomi saat ini?

Kekhawatiran masyarakat khususnya menengah ke bawah dengan wacana kenaikan tarif moda transportasi KRL bukan tanpa alasan dan alasan utamanya seperti:

Biaya hidup yang bertambah: Karena kenaikan tarif KRL dapat menambah beban pengeluaran harian, terutama bagi yang bergantung pada transportasi ini untuk bekerja atau kegiatan sehari-hari, apalagi bagi pekerja yang melakukan pekerjaan jauh.

Pendapatan yang terbatas: Umumnya masyarakat menengah ke bawah memiliki pendapatan yang tetap atau tidak sejalan dengan kenaikan biaya kebutuhan. Jadi dengan kenaikan tarif transportasi dapat mengurangi daya beli kebutuhan lain misalnya makanan, pendidikan, dan kesehatan.

Transportasi yang terbatas: Bagi masyarakat menengah ke bawah, KRL sering menjadi pilihan utama karena harganya yang relatif murah dan efisien dibandingkan dengan moda transportasi lain. 

Pengaruh terhadap mobilitas pekerja: Seperti kita ketahui banyak pekerja dari daerah pinggiran seperti Bogor, Depok, Bekasi, Krawang dan yang lainnya, sangat bergantung pada KRL untuk bekerja di Jakarta atau luar kota. Dengan kenaikan tarif, tentunya dapat membatasi mobilitas bahkan memaksa sehingga mencari pekerjaan yang lebih dekat dengan rumah, meskipun mungkin tidak menawarkan pendapatan yang sama.

Termasuk ketimpangan sosial: Karena kenaikan tarif KRL bisa dirasakan sebagai kebijakan yang lebih membebani kelompok berpenghasilan rendah, sementara kelompok berpenghasilan lebih tinggi mungkin tidak terlalu terpengaruh. Hal ini bisa memperlebar ketimpangan sosial.

Namun meskipun mungkin dirasa kurang berpengaruh dengan kenaikan tarif nya, tapi perlu juga mempertimbangkan beberapa aspek, karena dapat mengubah kebiasaan sebagian kalangan menengah ke atas, yang mungkin mempertimbangkan alternatif transportasi seperti kendaraan pribadi atau layanan transportasi online.

Selain itu, meski tidak berdampak secara ekonomi, tetapi keputusan kenaikan tarif juga bisa memunculkan kritik terkait asas keadilan. Karena bisa jadi sebagian kalangan menengah ke atas, mungkin merasa tarif transportasi publik harus tetap terjangkau untuk semua lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.

Tak menutup kemungkinan ada juga yang bersedia dengan kenaikan tarifnya seperti di kalangan masyarakat menengah ke atas, asal kenaikan tarif ini diiringi dengan peningkatan layanan, seperti peningkatan frekuensi perjalanan, kebersihan, atau kenyamanan. 

Memang kalau diperhatikan sejauh ini naik KRL sudah memberi kenyamanan itu yang saya rasakan selaku pengguna KRL, tetapi di jam-jam tertentu seperti pagi dan sore harinya atau saat-saat berangkat dan pulang kerja, masih kurang nyaman mungkin karena menumpuknya penumpang. Jadi masih suka terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.

Contohnya, sengaja di dorong atau seolah-olah ada yang mendorong, padahal dengan maksud tertentu. Dan contoh-contoh lainnya.

Nah, jadi sebelum wacana kenaikan tarif KRL terealisasi, ada baiknya pemerintah perlu melakukan konsultasi publik untuk memastikan kebijakan ini diterima masyarakat dan menampung masukan dari berbagai kalangan. Seperti mengambil sikap atau mempertimbangkan beberapa aspek.

Misalnya, Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan kenaikan tarif ini didasarkan pada kajian mendalam tentang dampaknya terhadap berbagai kelompok masyarakat, terutama kelas menengah atau masyarakat berpenghasilan rendah. Karena ini memperhitungkan daya beli masyarakat dan potensi pengaruhnya terhadap akses transportasi publik.

Jika kenaikan tarif dilakukan, pemerintah harus memastikan ada peningkatan nyata dalam kualitas layanan KRL, seperti ketepatan waktu, kebersihan, kenyamanan, serta kapasitas angkut. Hal ini penting agar masyarakat merasa mendapatkan nilai tambah dari tarif yang lebih tinggi.

Dan yang tak kalah penting harus ada komunikasi yang jelas dan transparan mengenai tujuan kenaikan tarif dan bagaimana dana tambahan akan digunakan, ini sangat penting untuk mencegah kesalahpahaman.

Secara kita tau, di era digital sekarang, bukan hanya kesalahan pahaman yang sering terjadi, terkadang yang belum terjadi pun tetapi issue nya sudah melebar kemana-mana hingga ke seantero negeri yang bahkan imbasnya dapat merugikan pihak-pihak tertentu.

Salam Bijak !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun