Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Horor dalam Tradisi

3 Agustus 2024   05:46 Diperbarui: 3 Agustus 2024   09:41 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Yon Bayu Pembicara Utama

Makanya sudah saatnya horor yang berasal dari kebiasaan dan tradisi masyarakat Jawa, diakui sebagai budaya.

 Dengan demikian karya fiksi yang berlatar budaya mistis Jawa, sepanjang ditulis dengan kaidah-kaidah sastra yang benar adalah sastra horor" Tegas Yon Bayu, yang punya hobi menyanyi juga, tapi kalau soal suka berdendang tidak banyak yang tau.

Diskusi Meja Panjang Sastra Horor, meski bertema horor, namun sangat menarik apalagi dihadiri dari berbagai profesi, seperti, ada Ketua DSJ Remmy novaris DM, perwakilan PDS HB jassin Dini Dwi Utari, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Mujizah,  mantan kepala pelaksana PDS HB Jassin  Ariany Isnamurti, Ketua JSM Riri Satria, Sastrawan  Kurnia Effendi, Sutradara teater Arief Akbar Bsa, penulis cerita horor Ikhwanul Halim, cerpenis Fanny Jonathan Poyk, Budayawan Bambang  Widiatmoko, penggiat literasi sekolah yang juga penyair Ujang Kasarung.

Dokpri Bersama Sutradara Guntoro Sulung
Dokpri Bersama Sutradara Guntoro Sulung
Juga ada Sutradara film Guntoro Sulung dan Budi Maryono, para kompasianer, anggota komunitas Pelestari Budaya Nusantara,  para sastrawan, budayawan hingga pelajar dan mahasiswa, dengan dipandu oleh Piet Yuliakhansa,  dan moderator penyair Nanang R Supriatin, yang juga dengan pembacaan puisi yang sangat memukau dari Boyke Sulaiman dan Elisa Koraag.

Dokpri, Ni Made Sri Andani, saat menjelaskan tentang horor 
Dokpri, Ni Made Sri Andani, saat menjelaskan tentang horor 
Sementara menurut Ni Made Andani Selaku Pendamping pada Diskusi Meja Panjang tersebut, lebih menyoroti tentang fungsi cerita horor sebagai motivasi.

 Contohnya, cerita tentang orang yang bangkrut karena memelihara burung perkutut dan setelah melepas burung itu ekonominya kembali membaik.

"Secara simbolis kita diajak untuk tidak mengekang burung dalam sebuah sangkar karena alamnya hidup di alam bebas.

Bukankah aneh ketika kita ada yang mengklaim pecinta binatang tetapi mengekang burung dalam sangkar" ujar Andani yang juga seorang dokter hewan.

Sementara menurut Sunu Wasono Selaku Pembanding pada Diskusi Meja Panjang tersebut, selain sebagai penulis senior yang tulisannya tersebar di Kompas, Republik, Jawa Pos dan masih banyak media lain, juga pensiunan Dosen, mengakui, kalau dirinya tidak pada posisi berseberangan dengan Yon Bayu menyoal cerita horor.

"Memang demikianlah latar belakang budaya yang mendasari munculnya kisah-kisah horor yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh supranatural, dan kalau ditelusur ke belakang orientasi ke dunia gaib niscaya berkaitan dengan sistem kepercayaan yang telah lama berakar pada masyarakat kita, dan sesuatu yang telah lama mengakar dan menjadi kepercayaan rasanya tidak akan hilang begitu saja," ujar Sunu Wasono yang pernah dosen tamu di La Trobe University Melbourne Australia tahun 1992.

Beliau juga mengatakan, bawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dengan sendirinya menghilangkan kepercayaan orang kepada hal yang gaib, justru produk teknologi dapat digunakan untuk memperkukuh kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun