Saya rasa hampir di setiap daerah atau baik seseorang jika hendak memasuki  kediaman atau rumah baru, biasanya membuat suatu acara, umumnya dikenal dengan istilah 'syukuran'.
Namun ada yang khas, unik dan menarik dalam tradisi atau ritual memasuki rumah baru (mambongoti bagas) bagi warga Batak Toba. Apakah acaranya berlangsung di kampung halaman atau di perantauan (kampung orang).
Uniknya karena melibatkan para tukang rumah tersebut. Seperti kita tahu tukang itu sangat berjasa harus bekerja keras siang dan malam, meskipun diupah tetapi harus tetap dihargai. Karena tanpa tangan-tangan tukang, rumah tidak akan pernah jadi seperti yang diharapkan si pemilik.
Jika ditanya, dimana keterlibatan para tukang tersebut?
Ada sesi penyerahan kunci rumah dari para tukang, kunci tersebut diletakkan di atas piring yang sudah berisi beras seandainya, lalu kunci rumah akan diserahkan kepada keluarga pemilik rumah yaitu pamannya (tulang) bukan kepada si pemilik, jika pamannya tidak bisa atau tidak ada boleh diwakilkan.Â
Namun sesi ini perlu dilakukan atau tidak tergantung kesepakatan bersama untuk mempersingkat waktu atau ada hal lain.
Selanjutnya si paman akan menyerahkan kunci rumah kepada si pemilik rumah ditimpali dengan aksi menabur beras perestuan (boras  sipir ni tondi).
Dalam ritual ini beberapa anggota keluarga yang sudah ditentukan akan memberikan petuah atau pesan dan amanat yang sarat makna (mandok hata) lalu masuk ke acara gunting pita (memasuki rumah).
.aSetelahnya dilanjutkan dengan acara ibadah, sebagai ucapan syukur kepada sang pencipta.
Selesai ritual ibadah, kembali ke acara adat. Disini pihak keluarga dari istri pemilik rumah (hula-hula)  atau Tulang dan Nantulang membawa beras yang ditaruh di atas kepala sambil manortor (menari sesuai tarian tradisi) juga  membawa Ikan Mas (dekke) istilahnya (Manyurduk), dengan disambut keluarga pemilik rumah (parboru).
u Lalu diserahkan kepada orang tua keluarga pemilik rumah, kemudian kepada para sanak saudara kandungnya atau keluarga kakak beradik.
u
Tentu saja setiap sesi penyerahan atau penyambutan disana tersemat kata-kata petuah yang punya makna mendalam.
Gantian, sesi berikutnya orang tua dari keluarga pemilik rumah dan keluarga, Â menyerahkan (Manyurduk) hidangan daging biasa babi atau lembu dengan potongan tertentu yang disebut dengan Namarmiak-miak.
Lanjut ke acara makan bersama.
i
Usai makan bersama acara masih panjang. Walau terlihat acara ramah tamah namun tetap serius, karena nuansa adatnya masih kenta.Sesi ini masuk kepada acara penyampaian kesan dan pesan (mandok hata), doa restu (Hata Tamiang), ucapan terima kasih (Mangampu).
Berhubung sesi ini pun terbilang cukup lama, maka di sela-sela acara, makanan ringan dan minuman akan dibagikan.
i
Sesuai tradisinya biasanya ada kue khasnya disebut dengan 'lapet atau ombus-ombus' hingga acara bagi-bagi jambar atau daging dengan potongan khusus tadi dan akan dibagikan kepada keluarga hula-hula.Inilah yang terjadi ketika saya mengikuti acara 'Mambongoti Bagas' atau menempati rumah baru, Amang Boru Saya. Dan posisi saya masuk sebagai hula-hula.
Bayangkan karena acaranya begitu panjang, berangkat pagi pulang malam. Meskipun terasa melelahkan namun memberikan kebahagiaan baik untuk pemilik rumah yaitu Amang Boru kami, juga kami sebagai hula-hula, termasuk undangan lainnya. Semuanya penuh dengan sukacita dan terberkati.Â
Jadi kata saya, selama atau sebanyak apapun prosesinya, tidak akan terasa jenuh jika kita mendalami makna apa yang tersirat di dalamnya.
Sekian dulu, jika ada kesalahan atau kekurangan beritahu saya untuk memperbaiki. Karena bagi saya agak rumit namun seru pastinya tersirat banyak makna.
Horas !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H