Namun kereta tak lagi mandek di Stasiun Batutulis karena sepi penumpang, dimana kebanyakan penumpang lebih bersedia menaiki kereta api di Stasiun Bogor, juga karena kereta  menghalangi jalanan sehingga menimbulkan kemacetan.
Saya dan teman-teman kompasianer sempatkan berfoto ria di Stasiun BTT, termasuk di atas rel-nya. Tetiba terdengar bunyi kereta datang, ternyata bukan kereta melainkan mobil operasional PT. KAI yang sudah dimodifikasi untuk berjalan di atas rel dan kami seperti kena prank!
Selain pepotoan, saya dan manteman dibuat girang oleh Mba Indah Noing, beliau bagi-bagi cokelat dari Hongaria, terima kasih Mba Indah.
 Jelajah berikutnya ke Prasasti Batu Tulis dengan berjalan kaki dari stasiun BTT karena jaraknya yang tidak jauh.Â
Tiba di Prasasti Batu Tulis, bangunanya tampak seperti rumah sederhana. Terletak di seberang Istana Batu Tulis, Bogor yang merupakan tempat peristirahatan milik Presiden Indonesia pertama yaitu Sukarno.
Begitu saya masuk ke dalam ruangan tersebut, yang dibangun oleh Presiden Indonesia pertama, disana sudah ada kuncennya atau juru kunci wanita berusia sekitar 83 tahun konon generasi ke-9, karena sudah cukup tua maka harus ada yang menemani seperti yang terlihat saat itu, seorang lelaki duduk di sebelahnya.
Prasasti Batu Tulis itu sendiri merupakan cagar budaya dan salah satu bukti sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia, juga peninggalan dari Kerajaan Sunda. Â
Dipahatkan pada sebuah lempengan batu pipih berbentuk meruncing seperti "gugunungan" yang terdapat dalam wayang. Bertuliskan aksara tipe Jawa Kuno dalam 9 baris dan berbahasa Sunda Kuno.
Rupanya  Prasasti  ini pertama kali ditemukan oleh ekspedisi pasukan VOC, dipimpin oleh Kapten Adolf Winkler pada 25 Juni 1690. Â
Pada masa itu, diketahui bahwa Prasasti Batu Tulis ditemukan di daerah pedalaman di Selatan Batavia yang saat ini dikenal sebagai Batu Tulis, Bogor.
Selain batu prasasti, terdapat batu dengan tapak kaki Surawisesa dan batu simbol lingga. Batu-batuan ini diduga sama dengan batu megalitikum yang terdapat di klenteng Phan Ko Bio, di Pulo Geulis, Bogor. Â