Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Click Menjelajah ke Batu Tulis

12 Juni 2023   15:07 Diperbarui: 12 Juni 2023   15:09 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip tulisan kawan kompasianer senior yang mengatakan,  "Menurut pentolan KPK Kompasiana (Kompasianer Penggila Kuliner), acara hari ini sebenarnya adalah "kecelakaan". Karena berasal dari bincang-bincang iseng dengan Ketua Click (komunitas pengguna transportasi berbasis kereta) akhirnya diseriusi hingga jadilah event kolaborasi antara KPK dan Click yang diadakan hari Sabtu 10 Juni 2023 dari jam 9.00 hingga 14.00.  

Entah itu kecelakaan atau miss komunikasi atau apalah, satu hal acara sudah terlaksana dan berjalan dengan indah yang Mystery quest pun ternyata Mba Indah Noing.  

Namun  asal muasalnya kata saya  berawal dari acara seseruan teman-teman kompasianer beberapa waktu lalu di Agrowisata Bogor.

Melihat seru-nya acara tersebut sehingga  ingin rasanya mengulangi seseruan yang sama, dengan konsep yang sama, yang awalnya pun akan dilaksanakan tanggal 8 Juni, namun karena ada teman berhalangan di hari itu jadilah tanggal 10 Juni 2023.

Acara pun tak lagi seseruan seperti yang saya bayangkan tetapi Kolaborasi antara Click dan KPK. 

Jadi KOLABORASI ! Baiklah, maafkan jika pendapat saya salah, meskipun hati gimana...

Usai KPK Gerebek Laksa yang melegenda,  kompasianer siap-siap menjelajah. Tujuan pertama adalah Stasiun Batutulis (BTT). 

Dokpri KPK
Dokpri KPK
Kebetulan  dari Laksa Pak Inin ke BTT tidak terlalu jauh hanya beberapa menit maka diputuskan menggunakan angkot.

Stasiun Batutulis itu sendiri terletak di Batutulis Bogor Selatan, dan termasuk ke dalam Daerah Operasi I Jakarta dengan ketinggian di +299 m.

Stasiun ini pernah melayani kereta api Bumi Geulis (Bogor- Sukabumi), namun sempat dihentikan pada tahun 2013 karena rangkaian kereta api yang digunakan sudah tak lagi memungkinkan.  

Setelah vacum berberapa bulan, PT KAI akhirnya mengoperasikan kembali stasiun ini dengan Kereta api Pangrango yang sekarang memakai lokomotif CC206.  

Namun kereta tak lagi mandek di Stasiun Batutulis karena sepi penumpang, dimana kebanyakan penumpang lebih bersedia menaiki kereta api di Stasiun Bogor, juga karena kereta  menghalangi jalanan sehingga menimbulkan kemacetan.

Saya dan teman-teman kompasianer sempatkan berfoto ria di Stasiun BTT, termasuk di atas rel-nya. Tetiba terdengar bunyi kereta datang, ternyata bukan kereta melainkan mobil operasional PT. KAI yang sudah dimodifikasi untuk berjalan di atas rel dan kami seperti kena prank!

Selain pepotoan, saya dan manteman dibuat girang oleh Mba Indah Noing, beliau bagi-bagi cokelat dari Hongaria, terima kasih Mba Indah.

 Jelajah berikutnya ke Prasasti Batu Tulis dengan berjalan kaki dari stasiun BTT karena jaraknya yang tidak jauh. 

Tiba di Prasasti Batu Tulis, bangunanya tampak seperti rumah sederhana. Terletak di seberang Istana Batu Tulis, Bogor yang merupakan tempat peristirahatan milik Presiden Indonesia pertama yaitu Sukarno.

Begitu saya masuk ke dalam ruangan tersebut, yang dibangun oleh Presiden Indonesia pertama, disana sudah ada kuncennya atau juru kunci wanita berusia sekitar 83 tahun konon generasi ke-9, karena sudah cukup tua maka harus ada yang menemani seperti yang terlihat saat itu, seorang lelaki duduk di sebelahnya.

Prasasti Batu Tulis itu sendiri merupakan cagar budaya dan salah satu bukti sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia, juga peninggalan dari Kerajaan Sunda.  

Dipahatkan pada sebuah lempengan batu pipih berbentuk meruncing seperti "gugunungan" yang terdapat dalam wayang. Bertuliskan aksara tipe Jawa Kuno dalam 9 baris dan berbahasa Sunda Kuno.

Rupanya  Prasasti  ini pertama kali ditemukan oleh ekspedisi pasukan VOC, dipimpin oleh Kapten Adolf Winkler pada 25 Juni 1690.  

Pada masa itu, diketahui bahwa Prasasti Batu Tulis ditemukan di daerah pedalaman di Selatan Batavia yang saat ini dikenal sebagai Batu Tulis, Bogor.

Selain batu prasasti, terdapat batu dengan tapak kaki Surawisesa dan batu simbol lingga. Batu-batuan ini diduga sama dengan batu megalitikum yang terdapat di klenteng Phan Ko Bio, di Pulo Geulis, Bogor.  

Di ruangan ini juga terdapat silsilah raja Pajajaran.   

Sepertinya sekian dulu sejarah singkat Prasasti Batu Tulis, untuk kelengkapannya di tulisan berikutnya. Karena saya tertarik ingin menggali lebih jauh, melihat disana terdapat silsilah raja Pajajaran.  

Jujur saya agak kaget,  mengingat ucapan dari bibi saya (Tante saya) pernah mengatakan ke saya, "Jika kamu ditanya seseorang, katakan bahwa kamu memiliki darah bangsawan, dari raja Pajajaran (keluarga dari ibu saya).

Kalian pasti tidak percaya kan? Apalagi saya. Tetapi itulah yang diucapkan keluarga dari ibu saya, dan tak salah jika saya ingin menggali lebih jauh lagi, karena ada kalimat yang mengatakan "Jangan Lupakan Sejarah".

Dari prasasti Batu Tulis, lanjut menuju Istana Batu Tulis. Sayang tidak diperbolehkan masuk, karena belum dapat izin. 

Dokpri Pak Bugi
Dokpri Pak Bugi
Maka hanya pepotoan di luar istana saja. Gagal masuk ke Istana Batu Tulis, tak menyurutkan keingin tahuan manteman, maka destinasi berikutnya menilik ke Ci Fulus (Ci Fulus dalam bahasa Sunda diartikan air yang mendatangkan uang atau fulus) dipercaya sebagai pemandian para putri raja Pajajaran.  

Disana juga terlihat ada air pancuran. Konon air pada Ci Fulus berasal dari tanah yang tidak pernah kering walau musim kemarau, maka dipercaya mempunyai banyak manfaat. 

Dokpri KPK 
Dokpri KPK 
Tak heran orang-orang berdatangan kesana untuk mengambil airnya atau sekedar cuci muka, seperti yang dilakukan beberapa teman kompasianer sampai antri untuk cuci muka.  

Untuk sampai kesana kami melewati jalan setapak rasanya seperti mau naik gunung, seru sih lalu melewati rel kereta api.  

Dokpri Pak Bugi
Dokpri Pak Bugi
Apa kamu-kamu ingin mencoba kesana? Sekedar ingin tahu atau mau Icip-icip air tersebut?  

Selamat Menjelajah ! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun