Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Click Jelajah Cikarang, Saung Ranggon Menyimpan Benda Pusaka

28 Februari 2023   00:32 Diperbarui: 3 Maret 2023   19:39 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membaca isi tulisan atau sebuah artikel, tentu saja kita akan melihat judulnya terlebih dahulu.

 Jika menurut kita menarik, kita akan lanjut membaca isinya. Karena Judul tulisan dapat membuat pembaca penasaran.

Dan melihat judul artikel di Kompasiana 'Jelajah Click Mengunjungi Saung Ranggon dan Taman Buaya di Cikarang' cukup membuat saya penasaran, entah dengan teman-teman lainya.

Taman buaya? Berarti banyak buaya-nya dong, hi....seram, ucap saya dalam hati. Meskipun bagi saya lebih menyeramkan melihat ular, ulat dan semacamnya.

Lalu bagaimana dengan Saung Ranggon? Yang terlintas dipikiran saya adalah restoran berkonsep saung lesehan yang memiliki banyak spot instagrammable seperti di pedesaan, ada kolam ikannya dengan udara yang sejuk.  

"Wah pasti cukup menyenangkan nih.. bersantai melepas lelah sesambil menyantap menu ala pedesaan, ada ikan asin, sayur asam dan lain-lainnya" saya membayangkan itu.

Mengingat apa yang disampaikan oleh Bos Click, "Dari Stasiun Cikarang berangkat ke Saung Ranggon, disarankan membawa jaket atau payung mengingat cuaca sering hujan".

Artinya menjelajah duluan ke Saung Ranggon. Seperti dalam benak saya tadi, Saung Ranggon itu restoran berkonsep saung lesehan. Saya pun sengaja tidak sarapan dari rumah di Bogor, membayangkan ala pedesaan tadi pasti akan nikmat dengan angin sepoi-sepoi.

Saya pun membawa payung, jaket, ada baju ganti juga, kali aja basah-basahan mengingat cuaca yang belakangan memang sering hujan, minuman adalah wajib selalu saya bawa tanpa diingatkan,  tas ransel saya pun jadi penuh.

Dokpri
Dokpri
Begitu tiba di Saung Ranggon, saya agak kaget karena jauh dari apa yang saya bayangkan. Rupanya Saung Ranggon adalah bangunan bersejarah di Kampung Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat.

Berdiri pada abad 16, di atas tanah seluas 500 meter persegi, dengan panjang 7,6 meter, lebar 7,2 meter dan tinggi 2,5 meter.

Bangunannya dari kayu Ulin dari Sumatera, tanpa jendela dan beratapkan sirap kayu. 

Pintu menuju ke dalam area Saung Ranggon selalu tertutup, jika ingin masuk ke dalam otomatis harus se-izin 'kuncen-nya' yaitu Ibu Sri Mulyati.

Tak lama berselang, kami dari rombongan click masuk kedalam.

Jujur saya sedikit takut, terlebih begitu saya menengok ke arah kamar.

Cerita Ibu Sri, di dalam kamar menyimpan barang-barang pusaka juga rempah-rempah, ada tempat tidur berhias kelambu yang sudah terlihat usang sehingga terasa angker dan mistis.  

Beberapa teman memberanikan diri masuk ke dalam kamar untuk mengabadikan setiap sudut dengan bidikan kamera ponsel, tentu saja saya tidak ikut masuk.

Konon Saung Ranggon menjadi tempat singgah Pangeran Jayakarta, para ulama dan menjadi pertapaan Presiden Soekarno kala itu.

Lanjut ibu Sri Mulyati, jika ada pria lajang tampan berkunjung, maka ketika pria tersebut pulang, akan ada  wanita  yang  mengikuti dari belakang. Alamak.... Saya pun makin dibuat takut. Dan saya katakan, saya lebih takut berkunjung ke Saung Ranggon dari pada bertemu buaya.

Dokpri
Dokpri
Untungnya ucapan ibu tersebut menjadi bahan seseruan bagi kami, karena Jelajah Click Cikarang sekaligus untuk seseruan.  

Salam Sukma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun